SOLA KITAB SUCI
Apa maksudnya ketika kita mengatakan bahwa kita percaya pada sola Scriptura , atau hanya Kitab Suci saja? Seperti semua sola, pemahaman yang tepat atas doktrin ini memerlukan sejumlah konteks tertentu—baik konteks historis maupun teologis. Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa doktrin Reformasi sola Scriptura muncul dalam konteks gereja Katolik Roma abad pertengahan akhir dan ajarannya. Hal ini merupakan tanggapan terhadap kesalahan yang dirasakan dalam pengajaran gereja. Jadi apa yang dianggap tidak menyenangkan oleh para Reformator?Perselisihan dengan Roma bukan mengenai pengilhaman atau ketidakbersalahan Kitab Suci. Roma menegaskan kedua doktrin tersebut. Sebaliknya, disebabkan oleh fakta bahwa selama berabad-abad, Roma secara bertahap mengadopsi pandangan tentang hubungan antara gereja, Kitab Suci, dan tradisi yang secara efektif menempatkan otoritas tertinggi di luar Tuhan. Tradisi dipahami sebagai sumber wahyu kedua, dan Paus serta magisterium Romawi dipandang sebagai otoritas terakhir dalam hal iman dan amalan.Para Reformator ingin mengajak gereja kembali pada pandangan tentang hubungan antara Kitab Suci dan tradisi yang ditemukan pada gereja mula-mula. Mereka percaya bahwa Alkitab sendiri mengajarkan pandangan demikian. Doktrin Reformasi sola Scriptura , atau doktrin Reformasi tentang hubungan antara Kitab Suci dan tradisi, menegaskan bahwa Kitab Suci harus dipahami sebagai ilham Roh Kudus dalam penulisan manusia, Karena Kitab Suci “dinafaskan oleh Allah” (2 Tim. 3:16). Contoh, Adam itu dinafaskan oleh Allah, tokh Adam jatuh dalam dosa. Dengan kata lain, apa yang dikatakan Kitab Suci, itulah yang dikatakan Tuhan dan kesaksian iman manusia atau penulis kitab. Oleh karena itu, terdapat perbedaan ontologis yang mendasar antara Kitab Suci (Firman Tuhan) dan kata-kata ciptaan lainnya. Kitab Suci secara metafisik unik. Kitab Suci harus diperbarui di dalam dan oleh gereja, dan harus diperbarui dalam konteks hermeneutis aturan iman (Kisah Para Rasul 15). Ecclesia Reformata ecclesia semper Reformanda, diartikan sebagai "the church must always be reforming", seringkali digunakan secara singkat yaitu “semper reformanda” (always reforming)- senantiasa memperbaharui diri. Gereja diperbaharui lewat pembaharuan sudut pandang tafsir yang mengarah pada keteladanan Kristus. Roma 12:2 (TB) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
"Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah Saksi mata dan pelayan Firman. Oleh karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal muasalnya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, agar engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh-sungguh benar".
(Lukas 1:1-4)
Apakah Lukas menulis karena dia ujug-ujug ingin menulis karena gerakan Roh Kudus? Tidak! Lukas menulis karena dia ingin mengajarkan Teofilus yang mulia. Apakah Lukas menulis hal yang dia ujug-ujug tahu karena mendapat Ilham dari Roh Kudus? Tidak! Dia menulis hal-hal yang disampaikan oleh Saksi mata dan pelayan Firman yang telah dia selidiki dengan penuh perhatian.Kerabatku apakah para Saksi mata dan pelayan firman itu mengajarkan hal yang ujug-ujug mereka tahu karena mendapat Ilham dari Roh Kudus? Tidak! Mereka mengajarkan yang diajarkan kepada mereka oleh Yesus. Apakah mereka menceritakan kisah yang ujug-ujug diketahuinya karena mendapat ilham dari Roh Kudus? Tidak! Mereka menceritakan kisah dimana mereka menjadi saksinya.Apakah Lukas menulis karena dia ujug-ujug tahu ini yang benar dan itu omongan kosong sebab mendapat ilham dari Roh Kudus? Tidak! Lukas mendalami semuanya dengan seksama sebelum memutuskan untuk menulisnya.
Mari kita lihat Deklarasi Chicago tentang ketidakbersalahan Alkitab:
Pasal keenam: Kami mengakui seluruh bagian Alkitab, termasuk setiap kata dari naskah aslinya, ditulis berdasarkan ilham dari Allah.
Pasal ketujuh: Kami mengakui ilham yang dimaksud adalah: Allah memberikan ilham-Nya melalui Roh Kudus dan melalui buah tangan manusia. Sumber Alkitab berasal dari Allah. Kami mengakui bahwa ilham yang kudus ini, sebagian besar sulit dimengerti.
Pasal delapan: Kami mengakui bahwa ilham Allah diberikan melalui karakter, dan corak tulisan pengarang-pengarang yang dipilih dan yang sudah dipersiapkan lebih dulu.
Pasal kesembilan: Kami mengaku meskipun ilham tidak membuat pengarang menjadi orang yang serba tahu, tapi kami dapat dengan pasti menyatakan bahwa gerakan yang diterima pengarang waktu menulis Alkitab dapat mempercayai kebenarannya.
Kerabatku sekalian, apa yang dimaksud oleh deklarasi Chicago? Maksudnya adalah seseorang ujug-ujug ingin menulis dan dia ujug-ujug tahu yang akan ditulisnya. Dia ujug-ujug ingin menulis karena gerakan Roh Kudus untuk menulis. Dan dia ujug-ujug tahu yang akan ditulisnya karena mendapat ilham dari Roh Kudus.Orang itu tahu dia digerakkan oleh Roh Kudus dan mendapat ilham dari Roh Kudus? Tidak. Dia tidak tahu! Kalau tahu dia pasti mengaku bahwa dia ingin menulis atas dorongan Roh Kudus dan tahu yang akan dia tulis dari Ilham Roh Kudus.Orang itu tidak tahu dia digerakkan oleh Roh Kudus dan mendapat ilham dari Roh Kudus. Dia hanya tahu ujug-ujug ingin menulis dan ujug-ujug tahu yang akan dia tulis. Para teolog Kristenlah yang tahu bahwa orang itu ujug-ujug ingin menulis karena gerakan Roh Kudus dan ujug-ujug tahu yang akan ditulis karena mendapat ilham dari Roh Kudus. Dari mana para teolog itu mengetahui kebenaran demikian? Saya tidak tahu. Mungkin mereka ujug-ujug tahu.Kita perlu mengerti bahwa Alkitab tidak hanya berisi perintah-perintah, tetapi Alkitab juga mencatat suatu peristiwa, suatu masalah dan pemecahannya. Sehingga suatu ayat tidak selalu berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Tujuan Allah menggunakan Alkitab dalam rangka penyelamatan-Nya atas manusia adalah untuk:
1). Memberitakan penyelamatan Allah ke atas manusia.
2). Menunjukkan bagaimana manusia harus bersikap terhadap penyelamatan Allah itu agar diselamatkan.
3). Mengajar mereka yang telah percaya agar menjalani kehidupannya di dunia ini dengan benar sehingga mencapai kesempurnaan keselamatan di dalam kemuliaan-Nya.
[Kis.2:14-36; 7:1-53; 2Tim.3:15-17]
Untuk menyatakan maksud dan kehendak-Nya, Allah dapat berfirman dengan berbagai cara dan dalam waktu yang tidak dapat dibatasi oleh manusia. Namun dalam rangka menyatakan maksud dan kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia, maka Alkitab sudah cukup memberikan kesaksian yang diperlukan bagi manusia. Bahkan ke-66 kitab tersebut oleh gereja-gereja di dalam sejarahnya telah diterima sebagai tulisan-tulisan yang kanonik25) dalam arti diakui, sah, tidak diragukan kebenarannya dan dianggap cukup. Alkitab dipergunakan oleh Allah di dalam karya penyelamatan-Nya atas manusia. Hal itu dapat dimengerti dari kenyataan bahwa:
1). Melalui Firman Allah di dalam Alkitab, terjadi terus menerus peristiwa penyelamatan Allah ke atas manusia. Artinya terjadi terus menerus adanya orang yang menerima penyelamatan Allah sehingga lahirlah gereja di seluruh dunia.
2). Dengan adanya Alkitab, orang percaya terpelihara iman dan keselamatannya.
[Yoh.2:22; Rm.15:4; 2Tim.3:15; 1Tes.1:8-9]
Allah turut bekerja secara aktif sebagai Roh Kudus di dalam hati orang yang membaca atau mendengar berita penyelamatan Allah atas manusia yang ditulis di dalam Alkitab [Luk.4:17-21; band.Kis.10:44-48]. Dengan demikian Allah menolong setiap orang untuk dapat mengerti, memahami dan kemudian percaya, serta menerima penyelamatan Allah.Namun orang yang membaca atau mendengar berita penyelamatan Allah dalam Alkitab belum tentu menerima penyelamatan Allah. Sebab Roh Kudus yang bekerja dalam hati manusia adalah untuk menolong dan bukan memaksa. Itu berarti bahwa Roh Kudus tidak hendak merampas kebebasan manusia untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, yaitu untuk menerima atau menolak penyelamatan Allah [Mat.12:31,32 dan paralelnya hubungkan dengan Yoh.3:14,27 dan Yes.43:3; 59:21; Kis.7:51-53].
Alkitab ditulis dan dihimpun oleh orang-orang yang dipakai Allah untuk menyatakan maksud dan kehendakNya. Orang-orang tersebut berasal dari latar belakang, tempat, zaman, bahasa dan kemampuan yang berbedabeda [Luk.1:1-4; Kis.1:1; Rm.1:1; 1Kor.1:1; 5:9; Mazmur-mazmur; dll.]. Campur tangan Allah dinyatakan dalam hikmat yang menyertai para penulis dan pengumpul ke-66 kitab itu melalui pimpinan dan penyertaan Roh
Kudus [1Kor.1:1; Kis.1:16; Gal.1:1; band. Kis.15:28]. Hal itu dapat kita mengerti dari buah pekerjaan yang
dihasilkan, sebagaimana nampak dari kenyataan bahwa semua tulisan itu berbicara tentang hal yang sama dan untuk satu tujuan yang sama, yaitu penyelamatan Allah atas manusia [Rm.15:4; 1Kor.2:11-13; 2Tim.3:14-17; 2Pet 1:19-21].
APA ITU ALKITAB?
Para Penulis
Kurang lebih, 40 orang menjadi penulis Alkitab, ditulis dalam periode sekitar 1.500 tahun. Para penulis ini adalah raja, nelayan, imam, pejabat pemerintah, petani, gembala, dan dokter. Dari keanekaragaman ini muncul kesatuan yang luar biasa, dengan kesatuan tema yang dianyam dalam keseluruhan kitab.
Kesatuan tema Alkitab itu bisa terjadi karena pada dasarnya Alkitab hanya memiliki satu Penulis, yaitu Allah sendiri. Alkitab “dinafaskan oleh Allah” (2 Timotius 3:16).
Manusia selaku penulis menuliskan secara tepat apa yang Allah ingin mereka tuliskan, dan hasilnya adalah Firman Allah yang suci dan sempurna (Mazmur 12:6; 2 Petrus 1:21)
Alkitab dibagi dalam dua bagian utama: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara ringkas, Perjanjian Lama adalah kisah mengenai suatu bangsa, dan Perjanjian Baru adalah cerita mengenai seorang Anak Manusia. Bangsa itu adalah cara Allah untuk membawa Anak Manusia itu ke dalam dunia.
Perjanjian Lama menggambarkan berdirinya dan dipeliharanya bangsa Israel. Allah berjanji menggunakan Israel untuk memberkati seluruh dunia (Kejadian 12:2-3).
Begitu Israel menjadi suatu bangsa, Allah membangkitkan satu keluarga dalam bangsa itu yang melaluinya berkat akan datang: keluarga Daud (Mazmur 89:3-4). Kemudian dari keturunan keluarga Daud dijanjikan seorang Manusia yang akan membawa berkat yang dijanjikan itu (Yesaya 11:1-10).
Perjanjian Baru memerinci datangnya Anak Manusia yang dijanjikan itu. Namanya adalah Yesus, dan Dia menggenapi nubuat-nubuat Perjanjian Lama saat Dia menghidupi hidup yang tak berdosa, mati menjadi Juruselamat, dan bangkit dari antara orang mati
Yesus bukan sekedar figur sejarah; kenyataannya, Dia lebih dari sekedar seorang manusia.
Dia adalah Allah dalam wujud manusia, dan kedatanganNya adalah peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Allah menjadi manusia demi memberi kita gambaran yang jelas dan dapat dimengerti mengenai siapa Dia.
Allah seperti apa? Dia seperti Yesus; Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:14; 14:9).
Allah menciptakan manusia dan menempatkannya dalam lingkungan yang sempurna; namun, manusia memberontak melawan Allah; jauh dari apa yang ditentukan Allah sejak semula.
Allah menempatkan dunia di bawah kutuk karena dosa, namun segera menjalankan rencana untuk memulihkan manusia dan segala ciptaan pada kemuliaan sebelumnya.
Sebagai bagian dari rencana penebusanNya, Allah memanggil Abraham keluar dari Babilonia menuju Kanaan (sekitar tahun 2000 SM). Allah berjanji kepada Abraham, anaknya Ishak dan cucunya Yakub (juga disebut Israel) bahwa Dia akan memberkati dunia melalui seorang Keturunan mereka. Keluarga Israel pindah dari Kanaan ke Mesir, di mana mereka bertumbuh menjadi sebuah bangsa.
Sekitar tahun 1400 SM, Allah memimpin keturunan Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa dan memberi Tanah Perjanjian, Kanaan, menjadi milik mereka.
Melalui Musa, Allah memberi umat Israel hukum Taurat dan membuat perjanjian dengan mereka: jika mereka setia kepada Allah dan tidak mengikuti berhala dari bangsa-bangsa sekeliling mereka, maka mereka akan makmur. Kalau mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala, maka Allah akan menghancurkan bangsa mereka.
Kurang lebih 400 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Daud dan putranya Salomo, Israel mengokohkan diri sebagai kerajaan yang besar dan kuat. Allah berjanji kepada Daud dan Salomo bahwa dari keturunan mereka akan lahir seseorang yang memerintah sebagai Raja kekal.
Setelah pemerintahan Salomo, bangsa Israel terpecah. Sepuluh suku di Utara dinamakan “Israel,” dan mereka bertahan kurang lebih 200 tahun sebelum Allah menghakimi mereka karena penyembahan berhala: Assyria menawan Israel sekitar tahun 721 SM. Dua suku di Selatan dinamai “Yehuda,” dan mereka bertahan sedikit lebih lama, namun pada akhirnya mereka juga berbalik dari Allah. Babilon menawan mereka sekitar tahun 600 SM.
Sekitar 70 tahun kemudian, Allah dengan murah hati membawa sisa-sisa dari orang-orang tawanan ini kembali ke tanah air mereka. Ibukota, Yerusalem, dibangun kembali sekitar tahun 444 SM, dan Israel sekali lagi memperoleh identitas nasional mereka. Demikianlah Perjanjian Lama berakhir.
Perjanjian Baru dimulai sekitar 400 tahun kemudian dengan kelahiran Yesus Kristus di Yudea.
Yesus adalah keturunan yang dijanjikan kepada Abraham dan Daud itu, seseorang yang akan menggenapi rencana Allah untuk menebus umat manusia dan memulihkan ciptaan.
Dengan setia, Yesus menyelesaikan pekerjaanNya: Dia mati bagi dosa dan bangkit dari antara orang mati. Kematian Kristus menjadi dasar bagi perjanjian baru dengan dunia: semua yang beriman kepada Yesus akan diselamatkan dari dosa dan hidup untuk selama-lamanya.
Setelah kebangkitanNya, Yesus mengutus para muridNya memberitakan kabar mengenai hidup dan kuasaNya untuk menyelamatkan ini. Murid-murid Yesus pergi ke seluruh penjuru dunia menyebarkan kabar baik mengenai Yesus dan keselamatan.
Mereka menjelajahi Asia Kecil, Yunani dan seluruh Kekaisaran Romawi. Perjanjian Baru diakhiri dengan nubuat mengenai kembalinya Yesus untuk menghakimi dunia yang tidak percaya kepadaNya dan membebaskan semua ciptaan dari dosa.