Selasa, 16 April 2024

SUDUT PANDANG LUKAS 24:36-48, 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶



SUDUT PANDANG LUKAS 24:36-48, 𝗠𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶

Kitab Injil menampilkan paradoks penampakan Yesus-Paska kepada murid-murid-Nya. Tubuh kebangkitan Yesus sama sekaligus berbeda dari tubuh sebelum kematian-Nya. Sama: Ada luka bekas dipaku di tangan dan luka bekas ditusuk tombak di perut-Nya serta dapat dijamah. Berbeda: Para murid tidak langsung mengenali-Nya.

Bacaan  diambil dari Injil Lukas 24:36-48 

Bacaan Minggu ini perikopnya diberi judul oleh LAI 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥. Konteks bacaan adalah keseluruhan pasal 24 tentang kebangkitan dan kenaikan Yesus. Sebelum kita masuk ke pengulasan bacaan, mari kita melihat dua episode sebelumnya.

▶ Episode pertama. Pada hari Minggu dinihari empat perempuan, yaitu Maria dari Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan satu perempuan 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢, pergi ke kubur Yesus membawa rempah-rempah. Batu kubur sudah terguling dan tidak ada jenazah Yesus di dalamnya. Seseorang berpakaian berkilau-kilauan mengatakan kepada mereka bahwa Yesus sudah bangkit seperti yang sudah dikatakan-Nya di Galilea. Keempat perempuan itu menyampaikan berita ini kepada para rasul. Petrus bergegas ke kubur dan hanya mendapat kain kafan.

▶ Episode kedua. Pada hari Minggu itu juga dua orang pengikut Yesus pulang ke Emaus dari Yerusalem. Mereka adalah Kleopas dan satu lagi 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢. “Seseorang” tiba-tiba datang menyertai mereka dan berbincang sepanjang perjalanan. Setibanya di Emaus mereka menawarkan “Orang itu” untuk bermalam. Saat makan, kedua murid itu langsung menyadari bahwa “Orang itu” adalah Yesus-Paska. Yesus menghilang dari pandangan dan mereka langsung bergegas kembali ke Yerusalem mewartakan peristiwa ini kepada para rasul.

Bacaan Minggu ini menyambung langsung episode kedua. Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:

🛑 Mereka terkejut dan takut (ay. 36-43)
🛑 Kamulah saksi-saksi (ay. 44-48)

𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗸𝗲𝗷𝘂𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁 (ay. 36-43)

Ketika kedua murid dari Emaus sedang berbincang dengan para rasul tentang pengalaman mereka yang disertai Yesus-Paska (episode kedua), tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “𝘋𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘩𝘵𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶!” (ay. 36). Mereka terkejut dan takut, karena mereka menyangka melihat hantu (ay. 37). Di Injil Markus dalam kisah 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘢𝘪𝘳 para murid juga ketakutan karena mereka menyangka melihat hantu (lih. Mrk. 6:49).

Penampakan Yesus-Paska kepada para murid di atas mirip di Injil Yohanes. Sapaan Yesus pun sama, “𝘋𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘩𝘵𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶!” Lokasinya pun sama di Yerusalem. Perbedaannya, reaksi para murid di Injil Yohanes bersukacita, sedang di Injil Lukas terkejut dan takut. Tentu saja muatan teologis keduanya juga berbeda.

Injil Lukas ditulis untuk pembaca atau jemaat Kristen dari latar belakang Helenis. Paham Helenis membedakan tubuh dan roh. Lukas menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan iman Kristen yang tidak membuat dikotomi itu. Tubuh dan roh adalah satu entitas, satu-kesatuan. Pada ayat 38 – 43 Yesus-Paska mengenalkan diri-Nya dengan menunjukkan luka bekas dipaku di tangan dan kaki-Nya dan menyuruh para murid merabanya untuk meyakinkan mereka bahwa Ia bukan hantu. Bukan hanya itu Yesus juga meminta makanan kepada para murid dan mereka menyodorkan ikan goreng. Yesus memakannya di depan mereka. Di sini Lukas hendak menegaskan yang bangkit bukan roh saja, melainkan tubuh dan roh.

Dalam penampakan Yesus ke Emaus ada acara makan bersama Yesus. Dalam kisah penampakan pada bacaan Minggu ini juga. Namun, ada perbedaannya. Dalam perjalanan ke Emaus dua murid itu mendapat penjelasan Yesus mengenai Kitab Suci sehingga mereka mengenal Yesus saat makan bersama. Mereka langsung mengekspresikan iman mereka. Pada bacaan Minggu ini Yesus belum menjelaskan isi Kitab Suci sehingga belum ada reaksi iman para murid selain terkejut dan takut. Penjelasan Yesus sesudah makan.
 
𝗞𝗮𝗺𝘂𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶-𝘀𝗮𝗸𝘀𝗶 (ay. 44-48)

Bagian pertama (ay. 36-43) bercorak narasi. Bagian kedua Yesus menyampaikan ulang nubuat-Nya yang pernah disampaikan saat mereka masih berkarya di Galilea mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya (lih. Luk. 9:22, 31, 44; 17:25; 18:32-33). Seperti dikatakan oleh Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi serta Mazmur bahwa Mesias harus menderita dan bangkit pada hari ketiga.

Penegasan Yesus itu dapat kita lihat dalam ucapan-Nya, “𝘐𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯-𝘒𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘒𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 …” (ay. 44). Mengapa ada tambahan kata 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 (ἔτι)? Mengapa tidak ditulis 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶? 

Kitab Injil Lukas ditulis sesudah tahun 70 ZB yang berjarak lebih daripada 40 tahun sesudah kebangkitan dan kenaikan Yesus. Itu berarti Yesus-historis sudah tidak ada lagi di bumi. Dari situasi ini tampaknya penulis Injil Lukas hendak mengajak pembaca untuk masuk ke dalam dunia cerita mengalami kehadiran Yesus-Paska. Ucapan Yesus itu ditujukan kepada pembaca. Hal yang sama dalam kisah episode pertama mengenai empat perempuan, yaitu Maria dari Magdala, Yohana, Maria ibu Yakobus, dan satu perempuan 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢, pergi ke kubur Yesus. Dalam kisah episode kedua tentang perjalanan ke Emaus Lukas juga sengaja hanya menyebut nama satu murid, Kleopas. Satu murid lagi 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢. Di sini tampaknya Lukas mengajak pembaca untuk menamai perempuan dan murid tanpa nama itu dengan nama pembaca.

Berbeda dari Injil Matius yang sudah menyatakan Yesus adalah Raja, Mesias, sejak lahir, Injil Lukas menyatakan Yesus adalah Mesias sesudah kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam bagian ini Yesus mengulang yang pernah dikatakan-Nya mengenai hal itu. Kata Yesus, “… 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴 … (ay. 44) … 𝘔𝘦𝘴𝘪𝘢𝘴 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 … (ay. 45)”.

Selanjutnya Yesus memberi perintah kepada para murid untuk memberitakan pertobatan untuk pengampunan dosa dalam nama-Nya kepada segala bangsa dimula dari Yerusalem (ay. 47). Pertobatan untuk pengampunan dosa ditawarkan kepada segala bangsa. Para murid diberi misi oleh Yesus. Lukas satu-satunya pengarang Injil yang menulis secara lengkap dari kelahiran, karya, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus hingga perintah misi pemberitaan Injil bermula dari Yerusalem sampai ujung bumi alias Roma (Kis. 28:30-31).

Bacaan Injil ditutup dengan ucapan Yesus, “𝘒𝘢𝘮𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪-𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘪.” (ay. 48) 

Saksi (𝘮𝘢𝘳𝘵𝘶𝘴) dipungut dari istilah pengadilan di Atena, Grika Kuno, yang masih digunakan dalam pengadilan modern. Orang yang disumpah menjadi saksi akan bersaksi (𝘮𝘢𝘳𝘵𝘶𝘳𝘦𝘰) dengan menuturkan apa yang dilihat, didengar, atau dialaminya sendiri. Dengan demikian saksi haruslah objektif. Kesaksian (𝘮𝘢𝘳𝘵𝘶𝘳𝘪𝘰𝘯) objektif di pengadilan dapat meringankan atau memberatkan terdakwa. Objektivitas kesaksian akan terusik,apabila terdakwa adalah rekan, saudara, atau orang miskin atau lemah sehingga saksi bersimpati yang dapat menggoyahkan objektivitas. Sungguh sulit untuk menjadi seorang saksi. Apa pun kesaksiannya akan ada pihak yang dimaslahatkan dan sekaligus ada pihak yang dilancutkan.

Istilah saksi di pengadilan diperluas maknanya dalam Perjanjian Baru. Apabila saksi di pengadilan dibutuhkan keterangan objektifnya, menjadi saksi Kristus tidak cukup dengan berbicara tentang kebenaran Kristus. Seperti kata Yesus, “𝘒𝘢𝘮𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪-𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘪.” Semuanya ini apa? Semuanya ini adalah (seperti dalam ayat sebelumnya) Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Mengapa Yesus menderita? Para murid menjadi saksi bahwa Yesus semasa hidup-Nya berkarya dengan menghadirkan Kerajaan Allah yang memerjuangkan keadilan sosial bagi masyarakat terpinggirkan baik dalam struktur keagamaan maupun sosio-ekonomi dan politik. Pelayanan Yesus itu mengganggu sistem puritas Yahudi. Masyarakat distrukturkan bukan hanya dalam pemeringkatan status dan peran sosial, tetapi juga pengutuban kudus/najis, tahir/cemar, suci/bernoda, benar/berdosa, halal/haram, utuh/cacat, laki-laki/perempuan, kaya/miskin, Yahudi/kafir, dlsb. Akibat pelayanan itu Yesus dihukum mati dengan dakwaan tindak pidana subversif.

Menjadi saksi pengadilan saja tidak enak, apalagi menjadi saksi Kristus. Menjadi saksi Kristus berarti menyaksikan semua karya Kristus dengan merefleksikannya dalam perilaku dan gaya hidup. Orang Kristen bersaksi bukan, misalnya, menceritakan tentang hidupnya yang diberkati oleh Allah dengan kekayaan melimpah, melainkan berperangai laksana Kristus dalam berkarya. Gereja adalah saksi Kristus dan untuk memberikan kesaksian itu gereja mendorong warganya untuk melayani. Melayani seperti apa? Melayani seperti Kristus melayani; memerjuangkan keadilan sosial bagi masyarakat terpinggirkan baik dalam struktur keagamaan maupun sosio-ekonomi dan politik. Memang berat.
(14042024)(T)(LAPANGAN PANCASILA)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...