Rabu, 31 Juli 2024

(satu dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

 (satu dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM  TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang 

DALAM RANGKA MENYAMBUT BULAN KEBANGSAAN, MEMBINCANGKAN TRINITAS DALAM SUDUT PANDANG BERBANGSA DAN BERNEGARA

Politik berbasis iman pada Allah Trinitas menolak segala bentuk otoritariasnisme  dan  monarkhiasnisme  yang  dilegitimasi  oleh  satu  Allah  yang   tunggal (unitarian). Kekerasan yang dilakukan banyuak agama monoteisme menunjukan betapa politik monoteis atau unitaris tidak memadai. Sebaliknya, persekutuan Trinitas  menjadi model bagi hidup  bersama  pada  ranah  sosial  dan  politik,  agar  kehidupan  bersama itu diwarnai oleh kesetaraan dan kebebasan. Maka orang-orang Kristen dipanggil  untuk  berpartisipasi  dalam kehidupan  berbangsa  dan  bernegara  yang  sehat  dan   demokratis yang membawa damai sejahtera bagi semua orang, dan yang menghargai  perbedaan. Keberagaman yang ada di Indonesia menjadi kesempatan untuk mewujudkan kehidupan bersama yang bersifat trinitas, ini merupakan misi Allah (missio Dei), bahkan misi Allah Trinitas (missio Dei Trinitatis) dan bukan misi gereja (missio ecclesiae). Gereja  melakukan misinya sebagai partisipasi ke dalam misi Allah Trinitas itu, misi Allah adalah  mewujudkan damai sejahtera (Syalom) bagi seluruh ciptaan, maka gereja melaksanakan kesaksian dan pelayanan dalam rangka mewujudkan misi Allah ini. Prinsip-Prinsip Bhineka  Tunggal Ika dalam pemahaman Tringtunggal Maha Kudus, Dari apa yang telah kita mengerti tentang ajaran iman mengenai keberadaan Allah, beberapa prinsip dapat kita ambil dan  dapat kita terapkan pada pemahaman kita tentang Bhinneka tunggal Ika ("Berbeda-beda  tetapi Satu") dalam kehidupan kita berbangsa. Karena manusia diciptakan "menurut gambar dan rupa"Allah (Kejadian 1:26), sehingga prinsip-prinsip apa saja yang kita dapat jumpai dalam diri Allah ini dapat menjadi pola berkehidupan, baik kehidupan pribadi, rohani, sosial,  kemasyarakatan, politik, budaya, dan lain-lainnya. Menurut ajaran Alkitab berdasarkan  kacamata Iman Kristen diatas, Allah yang satu/esa (Yes 44:6, Yes 45:6, Markus 12:8, Yoh 17:3, 1 Kor 8 :4, Gal 3:20, Yakobus 2 : 19, ulangan 6:4, 1 Tim 2:5, Keluaran 3 ; 15, Matius 4:10a, Markus 12:29a, Yesaya 46:9, Markus 12;32a, Yohanes 5:44a) itu memiliki tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam DiriNya (Kol 1:15, 1 Kor 2:11, Mat 28:18-20, Yoh 5:26, Yoh 20:28, Yoh 1:1-3, Yoh 17:21-23, Yoh 1:14, Yoh 10:30-33, Yoh 15;26, 1 Kor 2 :10-11, Ibrani 1:3). Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan justru dari dalam Diri Allah yang Esa itu sendiri tentang prinsip adanya "kesatuan dalam kemajemukan", yang semakna dengan "Bhinneka Tunggal Ika" Sehingga berdasarkan prinsip menurut Alkitab ini "Bhinneka Tunggal Ika" itu bukanlah sesuatu hal yang baru ataupun sesuatu yang asing dalam visi tentang realita kehidupan berbangsa kita. Bhinneka Tunggal Ika ada dalam keyakinan iman yang paling fundamental dalam Iman Kristen, karena prinsip yang demikian sudah ada secara kekal di dalam diri Allah yang Esa yang memiliki tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu sendiri. Didalam pemahaman tentang Tritunggal Mahakudus diatas, karena tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu berada dalam Diri Allah yang Esa, maka ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit didalam diri Allah itu hanya memiliki satu Essensi Dzat-Hakekat/Ousia saja. Dalam hal ini dapat kita terapkan suatu prinsip bahwa didalam keberbedaan bangsa Indonesia baik dalam hal ras, suku, budaya, bahasa maupun agama yang amat nyata itu, terdapat suatu esensi dan hakekat ke-Indonesia-an yang satu yang secara merata dimiliki tanpa ada perbedaan oleh semua warga dari bangsa Indonesia yang majemuk itu. Dan esensi ke Indonesiaan yang satu itu dapat kita temukan seperti yang dituangkan dalam Sumpah Pemuda yang dirumuskan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oklober 1928 itu, sebagai :1) Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, 2) Berbahasa Satu Bahasa Indonesia, dan 3) Ber-Tanah Air Satu, Tanah Air Indonesia. Dalam tiga sumpah mengenai "kesatuan bangsa, kesatuan bahasa, kesatuan tanah air" inilah Essensi atau Hakekat yang Satu dari ke-Indonesia-an kita itu dinyatakan. Namun di dalam Essensi Ilahi yang Satu itu, perbedaan dan ciri masing-masing hypostasis/pribadi/realita konkrit itu tidak dilenyapkan dan dijaga keunikannya masing-masing. Oleh karena itu jika prinsip ini kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia yang satu ini, adalah suatu hal yang tak mungkin bagi kita untuk melenyapkan warna-warni budaya dan ciri khas ke-Nusantara-an kita masing-masing, seperti yang dinginkan oleh kaum radikal. Dimana mereka menghendaki suatu pemerintahan trans-nasional yang menghilangkan ciri-ciri budaya lokal itu, dengan cara berbudaya serta tunduk pada cara hidup yang seragam yang tak mengenal keberbagaian itu. Justru dalam prinsip yang kita terapkan ini kita pelihara dan hormati ciri khas masing-masing budaya Nusantara itu dalam bingkai kesatuan NKRI sebagai wadah dari kebangsaan. tanah air, dan bahasa yang satu: Indonesia, itu. Selanjutnya, jika didalam diri Allah yang Esa itu terdapat gerak hidup-ilahi bersama, yang berasal dari hypostasis/pribadi/realita konkrit Bapa kepada hypostasis/pribadi Putra (Firman) oleh hypostasis/pribadi/realita konkrit Roh Kudus (Roh Allah), dan sebaliknya gerak hidup ilahi yang sama itu dipantulkan kembali oleh hypostasis/pribadi/realita konkrit Putra (Firman Allah) kepada hypostasis/pribadi/realita konkrit Bapa (Wujud Allah) oleh Roh Kudus (Roh Alalh) yang sama itu. Dan gerak hidup-ilahi itu adalah "kasih". Jadi "kasih" adalah merupakan cara interaksi antar hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam diri Allah yang Esa. disamping itu merupakan gerak hidup-ilahi bersama dalam diri Allah yang Esa tadi. Dan prinsip yang ada pada Allah itu jika diterapkan dalam kehidupan kita berbangsa adalah demikian. Jika kasih adalah gerak hidup di dalam Allah yang Esa itu, dan juga merupakan interaksi antar ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit dari Allah yang Esa tersebut, maka bangsa Indonesia yang satu ini, memiliki gerak dan dasar hidup kebangsaan dan interaksi antar warga negaranya berlandaskan filsafat bangsa yang terbukti mampu melindungi bangsa kita yang satu ini dalam kemajemukannya. Dan filsafat bangsa yang satu ini tak lain adalah "Pancasila'', Dengan demikian bagaimanapun juga Pancasila itu harus dipertahankan dan diimplementasikan secara konsekwen,. Dan ideologi bangsa yang telah  terbukti dapat melindungi kebhinekaan dalam kesatuan bangsa ini yang harus dilindungi dan dibela dari siapapun yang hendak merongrongnya ataupun yang hendak menggantikan dengan ideologi yang lain. Yang terakhir prinsip dalam ajaran tentang Allah yang Esa dan ber-hypostasis/ber- pribadi/realita konkrit tiga yang dapat diterapkan dalam hidup kita dalam berbangsa yang satu dalam kemajemukan itu adalah "perikhoresis"/saling bersemayam/saling mendiami' tadi. Dalam "perikhoresis/saling bersemayam/saling mendiami ini masing-masing "hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam diri Allah yang Esa itu saling mendiami 'bersemayam satu sama lain, sehingga satu tak dapat dipisahkan dari yang lain diantara ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu, karena yang satu berada didalam yang lain, dan memang betul-betul satu. Demikianlah jika prinsip perikhoresis ini diterapkan dalam  kehidupan kita berbangsa, berarti masing-masing warga maupun kelompok apa-apa saja yang ada dalam masyarakat harus merasa saling memiliki dan merasa yang lain sebagai bagian dari dirinya. Ini bisa terjadi jika pemahaman sebagai bangsa yang satu itu diajarkan secara sistimatis, sehingga kelompok yang satu dalam masyarakat, baik itu kelompok ras. suku, budaya, bahasa maupun agama, merasa bagian dari yang lain dengan penuh rasa adil dan hormat. Dalam prinsip ini maka kelompok yang satu tidak akan merasa lebih tinggi, paling benar dan paling berhak dibanding dengan kelompok yang lain. Sehingga dalam prinsip ini tidak ada tempat bagi diskriminasi atas suatu kelompok ras dan suku oleh kelompok suku dan ras yang lain, dan tak ada tempat bagi penghinaan serta penistaan oleh agama yang satu terhadap agama yang lain. Juga tak ada tempat bagi penghinaan dan perendahan oleh kelompok budaya yang satu terhadap kelompok budaya yang lain. Demikianlah dengan diterapkannya prinsip semacam ini yang ada dalam masyarakat hanyalah harmoni, kerukunan, saling menghormati, dan saling tenggang-rasa, serta sikap adil terhadap semua komponen yang ada dalam masyarakat. Maka praktek hidup sebagai bangsa yang satu di dalam kemajemukan komponen-komponen yang ada dalam masyarakat itu dapat menjadi kenyataan. Demikianlah berdasarkan pembahasan kita ini Bhinneka Tunggal Ika itu adalah merupakan prinsip yang selaras dan sesuai dengan keyakinan mendasar dari Iman Kristen, terutama Iman Kristen Rasuliah. dan harus didukung dan dibina terus-menerus, serta terus diajarkan kepada generasi muda sejak masih kecil, dalam kehidupan  kita  berbangsa.    Selamat  berbangsa  dan  bernegara     Tuhan memberkati
(01082024) (TUS)

BACA JUGA :
https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/tiga-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/dua-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...