Kamis, 19 Desember 2024

SUDUT PANDANG INJIL LUKAS 3:7-18, 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗿𝗮𝗵𝗮𝗻, Serial Natal



SUDUT PANDANG INJIL LUKAS 3:7-18, 𝗕𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗿𝗮𝗵𝗮𝗻, Serial Natal

Pertobatan di banyak kalangan Kristen menjadi murahan. Pertobatan dicerap berubah menjadi religius, rajin berdoa, rajin berpuasa, rajin membaca 𝘴𝘰 𝘤𝘢𝘭𝘭𝘦𝘥 firman Tuhan, rajin “melayani” dalam arti kerja bakti di gereja menyiapkan perlengkapan ibadah. Ada juga orang-orang yang bertobat itu rajin melakukan 𝘵𝘰𝘶𝘳 “bersaksi” mengenai rincian proses pertobatannya dan “menginjili” orang-orang yang sudah Kristen, bahkan sejak lahir.

Apa kata Injil Lukas tentang pertobatan?

Hari ini adalah Minggu ketiga masa Adven. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 3:7-18 yang didahului dengan Zefanya 3:14-20, Yesaya 12:2-6, dan Filipi 4:4-7.

Bacaan Injil Minggu ini adalah sambungan langsung bacaan Minggu lalu (Luk. 3:1-6). Narasi Minggu lalu berupa pengantar kiprah Yohanes Pembaptis yang mewartakan pertobatan. Pewartaannya seolah-olah monolog. Bacaan Minggu ini Yohanes melakukan banyak dialog dengan orang banyak yang tertarik pada pewartaannya.

Pengulasan bacaan dibagi ke dalam tiga bagian:
▶ Yohanes si pemberita (ay. 7-9)
▶ Pertobatan standar Lukas (ay. 10-14)
▶ Yohanes dan Mesias (ay. 15-17)

𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝘀𝗶 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 (ay. 7-9)

Lalu ia (Yohanes) berkata kepada orang banyak yang berdatangan untuk dibaptis olehnya, “𝘏𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘴𝘢! 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨? (ay. 7) 𝘑𝘢𝘥𝘪, 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘶𝘢𝘩-𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶: 𝘈𝘣𝘳𝘢𝘩𝘢𝘮 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘦𝘭𝘶𝘩𝘶𝘳 𝘬𝘢𝘮𝘪! 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘈𝘣𝘳𝘢𝘩𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘣𝘢𝘵𝘶-𝘣𝘢𝘵𝘶 𝘪𝘯𝘪! (ay. 8) 𝘒𝘢𝘱𝘢𝘬 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘳 𝘱𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘱𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘪. (ay. 9)”

Ada perbedaan dengan Injil Matius. Petulis Injil Matius langsung menggebrak dengan menyiapkan orang-orang Farisi dan Saduki yang akan menjadi lawan Yesus. Mereka, yang disebut sebagai keturunan ular berbisa, sejak semula sudah ditempatkan sebagai lawan Yohanes. Petulis Injil Lukas tidak menyebut orang-orang Farisi dan Saduki mendatangi Yohanes, melainkan orang banyak. Kok berbeda? Tampaknya sejak semula Lukas tidak mau menempatkan orang-orang Farisi dan Saduki sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kematian Yesus, melainkan imam-imam kepala (lih. Luk. 23:13). Lukas masih memandang positif kaum Farisi dengan menulis kiprah Paulus di kitab keduanya alias Kisah Para Rasul.

Ungkapan keturunan ular berbisa (TB 1974: ular beludak) merujuk manusia licik dan munafik. Mereka mengira karena mereka keturunan Abraham lalu dengan memberi diri dibaptis oleh Yohanes akan meluputkan mereka dari penghukuman. Yohanes menyampaikan perbandingan kontras: Allah Mahakuasa sehingga Ia dapat melakukan apa pun seperti menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu. 

“𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘰𝘬 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯!” begitu kira-kira kata Yohanes. Di sini Yohanes menuntut pertobatan mereka sungguh-sungguh menjadi nyata dalam perbuatan. Pertobatan tanpa perubahan perbuatan ibarat pohon yang tidak berbuah. Mereka akan ditebang atau disingkirkan oleh Allah, dan dibuang ke dalam api, meskipun mereka keturunan Abraham.

𝗣𝗲𝗿𝘁𝗼𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘀𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮𝗿 𝗟𝘂𝗸𝗮𝘀 (ay. 10-14)

Pertobatan menurut Injil Lukas bukanlah dari berperilaku jahat menjadi religius seperti rajin berpuasa, berpantang, rajin “melayani” di Gereja dalam arti kerja bakti menyiapkan ibadah, dan lain sejenisnya. Ini merupakan pertobatan murahan. Tidak berdampak pada masyarakat. Pertobatan yang ditampilkan Lukas adalah perubahan praksis atau perbuatan nyata. Untuk itulah para pendengar pewartaan Yohanes bertanya kepadanya. Para penanya dibagi oleh Lukas menjadi tiga kelompok. Isi ayat 10-14 ini adalah khas Lukas, tidak ada di kitab Injil lain.

Kelompok 𝗸𝗲𝘀𝗮𝘁𝘂 umum atau orang banyak. Mereka bertanya, “𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵?” (ay. 10)

Dengan menampilkan khalayak yang bersikap positif kepada Yohanes di sini petulis Injil Lukas hendak menyampaikan kepada para pemimpin Gereja agar merakyat. Khalayak justru membuka hati untuk menerima Kabar Baik, meskipun pada umumnya mereka tidak dihargai oleh elit.

Jawab Yohanes kepada mereka, “𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘥𝘶𝘢 𝘩𝘦𝘭𝘢𝘪 𝘣𝘢𝘫𝘶, 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯.” (ay. 11)

Jawaban Yohanes menyesuaikan dengan keadaan nyata masyarakat. Ia tidak berkata muluk-muluk, apalagi menyuruh memberi persepuluhan. Ia hanya menekankan umat untuk peduli kepada mereka yang lebih menderita atau miskin dengan berbagi.

Kelompok 𝗸𝗲𝗱𝘂𝗮 pemungut-pemungut cukai yang datang minta dibaptis. Mereka bertanya kepada Yohanes, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵?” (ay. 12)

Para pemungut cukai dipandang najis oleh masyarakat Yahudi. Mereka adalah antek Pemerintah Romawi dalam hal memungut pajak. Untuk mendapat kelebihan mereka memeras dengan meminjam wibawa Pemerintah Romawi. Di sini petulis Injil Lukas menegaskan keyakinannya bahwa kesucian hati seseorang tidak ditentukan oleh pandangan masyarakat umum.

Jawab Yohanes, “𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘨𝘪𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶.” (ay. 13)

Yohanes menyerukan kepada para pemungut cukai agar tidak menggunakan kuasa untuk memeras masyarakat, apalagi masyarakat yang sudah hidup susah. Pemungut cukai menjalankan tugas pemerintah, bukan pemalak. Kerap terjadi para pemungut cukai menagih lebih daripada ketetapan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dalam kisah Zakheus yang juga khas Lukas (lih. Luk. 19).

Kelompok 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮 prajurit-prajurit. Mereka bertanya kepada Yohanes, “𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵?” (ay. 14a)

Prajurit-prajurit tersebut bukanlah prajurit Romawi. Mereka adalah prajurit lokal yang berdinas dalam kerajaan Herodes Antipas. Mereka bukan pasukan atau polisi asing. Tampaknya prajurit-prajurit lokal ini suka memeras dan menjadi 𝘣𝘦̀𝘬𝘪𝘯𝘨 bisnis ilegal. Mereka juga ikut mengawal para pemungut cukai dalam mengutip pajak dari masyarakat.

Yohanes menjawab prajurit-prajurit itu, “𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘢𝘴, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴! 𝘊𝘶𝘬𝘶𝘱𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘫𝘪𝘮𝘶!” (ay. 14b)

Jawaban-jawaban Yohanes sederhana, tidak muluk-muluk, tetapi sangat mendasar, langsung menghunjam perbuatan mereka sehari-hari dan berdampak pada masyarakat. Tidak disuruhnya orang-orang itu untuk rajin berdoa, rajin beribadah, apalagi rajin “kesaksian”. Ia mengajak orang-orang berbelarasa dengan sesama yang berkekurangan, menjembatani antara yang berkuasa dan yang lemah, serta tidak menyalahgunakan kuasa untuk memerkaya diri. Dengan begitu umat siap menerima kedatangan Mesias.

𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗲𝘀𝗶𝗮𝘀 (ay. 15-17)

Sejak abad kedua SZB pengharapan akan Mesias pada bangsa Yahudi menguat. Hal itu dapat dilihat dalam Kitab Daniel, naskah-naskah apokrif seperti Mazmur Salomo (17:23, 36), dan naskah-naskah Qumran. Mesias dapat datang dari keturunan Raja Daud seperti nubuatan Nabi Natan (2Sam. 7:14-16), dapat juga imam keturunan Lewi (Im. 4:3, 5; Za. 4:14), atau seorang nabi (Ul. 18:15, 18). 

Tidaklah mengherankan orang banyak yang datang minta dibaptis mengira Yohanes adalah mesias. Apalagi Yohanes adalah anak Imam Zakharia. Mereka pun bertanya kepada Yohanes kalau-kalau ia adalah Mesias yang dinantikan (ay. 15).

Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, “𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘐𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘵-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘪. (ay. 16) 𝘈𝘭𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘮 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘭𝘶𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨-𝘕𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘮 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯.” (ay. 17)

Kitab Injil tertua adalah Markus. Petulis Markus hanya menyampaikan ayat 16 di atas. Injil Matius dan Lukas, yang ditulis berjarak 15 – 20 tahun dari Injil Markus, perlu menambah penjelasan. Bahkan Injil Matius menyampaikan alasan Yesus dibaptis oleh Yohanes. Keterangan itu ditambahkan untuk menjernihkan pembaca Injil (biasa disebut dengan Jemaat Matius dan Lukas) akibat konflik persaingan antara murid-murid Yohanes dan jemaat Kristen. Cukup banyak juga murid-murid Yohanes yang bergabung dengan jemaat Kristen, yang sedikit banyak menimbulkan riak-riak di dalam jemaat. Jejaknya dapat dilihat di Injil Lukas jilid kedua (Kis. 18:25; 19:2-4).              

Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukan Mesias. Ia mewartakan kedatangan Mesias, seorang yang lebih berkuasa daripada dia. Begitu berkuasanya orang itu Yohanes merasa tak layak menjadi hambanya bahkan dengan pangkat terendah. Ini diungkapkannya dengan 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘵-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬.

Ungkapan 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 diperkuat dengan perbandingan status pembaptisan air Yohanes belum ada apa-apanya, karena dia yang akan datang membaptis dengan Roh Kudus dan api. Di sini Lukas hendak memerkenalkan dia yang yang datang laksana sosok Elia, nabi besar dan kuat yang secara dahsyat menurunkan api dari surga (2Raj. 1:10) dan yang telah naik ke surga dinantikan kedatangannya kembali pada akhir zaman (bdk. Mrk. 9:11).

Yohanes sendiri menanti kedatangan Sang Mesias. Lukas menempatkan Yohanes berpandangan sama dengan orang Israel yang berteologi Perjanjian Lama (PL). Baptisan dengan Roh Kudus dan api dipahami sebagai pembersihan yang sangat dahsyat, yang dianalogikan pembersihan tempat pengirikan (ay. 17a). Allah akan membersihkan kotoran di dalam umat Israel 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘪𝘭𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳 (lih. Yes. 4:4; 32:15-16; Yeh. 35:25-26).

Dalam pada itu pandangan petulis Injil baptisan dengan Roh Kudus dan api berpautan dengan peristiwa dalam perayaan Pentakosta. Sesudah Yesus diangkat ke surga, Ia mencurahkan Roh Kudus yang sudah dijanjikan-Nya dalam rupa lidah-lidah api yang turun ke atas jemaat perdana pada hari Pentakosta (Kis. 2:3, 33).

Kedatangan Mesias tidaklah sekejam yang diperikan oleh Yohanes Pembaptis. Lukas memerikan pelayanan Yesus lebih sebagai kedatangan Tuhan yang menyukakan hati seperti yang disampaikan dalam bacaan kesatu dan kedua (Lih. Zef. 3:14-18 dan Flp. 4:4-7). Memang pelayanan Yesus akan berakibat pemisahan antara yang menerima-Nya dan menolak-Nya (lih. Luk. 12:51-52). Yesus juga mewartakan hari penghakiman, tetapi Lukas memerikan Yesus bukan sebagai Hakim yang kejam, melainkan sebagai Penyelamat (lih. Sudut 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 edisi 1 Desember 2024)
(15122024)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...