Masa Adven disediakan bagi umat untuk bersiap diri; bersiap diri menantikan kedatangan kembali Kristus, bersiap diri untuk mengenang, dan bersiap diri untuk menuju perayaan kelahiran Yesus Kristus. Eskatologis dan historis. Masa Adven bukanlah masa raya Natal.
Saya gembira melihat sudah cukup banyak umat Kristen Protestan tidak lagi merayakan Natal pada masa Adven. Apa pun alasan mereka, setidaknya mereka menghormati penetapan kalender gerejawi secara ekumenis atau am. Gereja merupakan himpunan orang percaya sehingga Gereja bukan milik pribadi. Apalagi dalam Syahadat Kristen umat selalu mengaku percaya 𝘨𝘦𝘳𝘦𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘥𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘮 dalam setiap kebaktian Minggu. Sungguh aneh apabila ada Gereja yang menyelenggarakan kebaktian Minggu Adven juga menghelat perayaan Natal pada masa Adven. Percaya kepada 𝘨𝘦𝘳𝘦𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘥𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘮 hanya di bibir.
Ada yang beralasan praktis merayakan Natal pada masa Adven karena cukup banyak warga jemaat yang hendak berlibur. Alasan ini sebenarnya mengada-ada. Umat diberi waktu merayakan Natal cukup panjang dalam masa raya Natal, dari 24 Desember 2024 selepas matahari terbenam sampai sebelum Minggu Transfigurasi (2 Maret 2025).
Hari ini adalah Minggu kedua Adven. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 3:1-6 yang didahului dengan Maleakhi 3:1-4, Lukas 1:68-79, dan Filipi 1:3-11.
Tema eskatologis masih mengisi Minggu II Adven. Pengulasan bacaan Injil dibagi ke dalam dua bagian:
▶️ Panggilan Yohanes (ay. 1-2)
▶️ Pemberitaan Yohanes (ay. 3-6)
𝗣𝗮𝗻𝗴𝗴𝗶𝗹𝗮𝗻 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 (ay. 1-2)
Injil Lukas sebenarnya dimula dari pasal 3 ini. Dua pasal sebelumnya ditulis belakangan sebagai tanggapan Lukas atas ketidakpuasan jemaat Kristen pembaca kitab Injilnya mengenai asal usul Yesus. Jejaknya dapat dilihat dari teks silsilah Yesus (Luk. 3:23-36). Jika pasal 1 – 2 sudah ada sejak awal, maka silsilah itu tampaknya tidak perlu ditulis. Jejak lain yang sulit disanggah adalah ayat 1 dan 2, yang menjadi bacaan Injil Minggu ini.
Dalam tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. (ay. 1-2)
Dua ayat di atas ditulis rinci sesungguhnya tidak berbeda dari kata pembuka. Meskipun tampak begitu rinci, tidak mudah mencerna tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius itu, karena tak jelas sistem kalender yang digunakan oleh Lukas. Kemungkinan ia menggunakan kalender Siria. Sebelum memaknai kalimat pembuka itu, saya mau mengenalkan sekilas tokoh-tokoh yang disebut oleh Lukas di atas.
𝗧𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶𝘂𝘀. Ia mengganti Kaisar Agustus. Dua tahun sebelumnya ia berbagi kuasa dengan Kaisar Agustus. Tahun ke-15 pemerintahannya, jika dialihbentuk ke Zaman Bersama atau ZB (dulu dikenal sebagai Masehi), berarti antara 1 Oktober 27 dan 30 September 28.
𝗣𝗼𝗻𝘁𝗶𝘂𝘀 𝗣𝗶𝗹𝗮𝘁𝘂𝘀. Ia pejabat Romawi, praefectus (pengawas), yang mengepalai wilayah Yudea, Samaria, dan Idumena antara 26 dan 36 ZB. Ia bertanggungjawab atas penarikan pajak, berwenang menjatuhkan hukuman mati, dan menjaga ketertiban, terutama Yudea yang rawan pemberontakan.
𝗛𝗲𝗿𝗼𝗱𝗲𝘀. Yang dimaksud di sini tampaknya Herodes Antipas, anak Herodes Agung dan Maltake. Ia berkuasa atas wilayah Galilea dan Perea. Herodes inilah yang (akan) membunuh Yohanes Pembaptis, karena ia tidak berterima atas kecaman Yohanes mengambil Herodias, istri Filipus, saudaranya.
𝗙𝗶𝗹𝗶𝗽𝘂𝘀. Ia adalah saudara Herodes Antipas. Ia menguasai wilayah Iturea, Trakhonitis, Auranitis, Batanea, dan Gaulanitis. Istrinya, Herodias, diambil oleh Herodes Antipas.
𝗟𝗶𝘀𝗮𝗻𝗶𝗮𝘀. Ia masih satu keluarga dengan Herodes. Ia berkuasa atas wilayah Abilene di sebelah barat Damaskus.
𝗛𝗮𝗻𝗮𝘀 dan 𝗞𝗮𝘆𝗮𝗳𝗮𝘀. Hanas menjadi imam besar antara 6 dan 15 ZB. Ia adalah mertua Kayafas. Lima anak dan seorang menantunya menjadi imam besar. Kayafas menjadi imam besar antara 18 dan 36 ZB.
Injil Lukas harus dipandang sebagai karya sastra, bukan kitab sejarah. Pembukaan pasal 3 ini dibuat tampak kronologis dengan menampilkan nama-nama tokoh pada masa itu bukan untuk menyatakan kitabnya adalah buku sejarah. Tokoh-tokoh berikut wilayah kekuasaan mereka dan tahun disebut oleh Lukas untuk menyampaikan bahwa panggung dunia yang mereka kuasai itu akan menghadapi tantangan baru, yang dimula dengan 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘧𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘠𝘰𝘩𝘢𝘯𝘦𝘴, 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘡𝘢𝘬𝘩𝘢𝘳𝘪𝘢, 𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘳𝘶𝘯. Frase 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘧𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 (Yohanes) merupakan rumusan kitab-kitab Perjanjian Lama (PL) untuk mengenalkan nabi (bdk. Yer. 1:2; Yeh. 1:3).
Pada akhir kisah kelahiran Yohanes Pembaptis dikatakan bahwa ia tinggal di padang gurun (Luk. 1:80). Yohanes adalah anak imam sehingga ada yang menduga ia bergaul dengan imam-imam kaum Eseni di Qumran, di tepian Laut Mati.
𝗣𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗮𝗻 𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 (ay. 3-6)
Lalu datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan baptisan tobat untuk pengampunan dosa, (ay. 3) seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya, “𝘈𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘶-𝘴𝘦𝘳𝘶 𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘶𝘳𝘶𝘯; 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘕𝘺𝘢. (ay. 4) 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘮𝘣𝘶𝘯, 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘪𝘳𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘪𝘬𝘶-𝘭𝘪𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘭𝘶𝘳𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘦𝘬𝘶𝘬-𝘭𝘦𝘬𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘵𝘢, (ay. 5) 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. (ay. 6)”
Dalam ayat 3 Yohanes diperkenalkan sebagai pemberita keliling. Ia meninggalkan padang gurun dan pergi ke kawasan di sekitar Sungai Yordan, yang sudah barang tentu cukup banyak penduduknya. Hal ini berbeda dari Injil Markus dan Matius, yang Yohanes memberitakan di gurun.
Kata memberitakan dan pemberita sudah sejak mulanya digunakan oleh jemaat Kristen. Sebagai pemberita pertobatan Yohanes tak ubahnya seperti nabi-nabi pada zaman PL, yakni memberitakan bahwa Allah akan datang kepada umat-Nya yang bertobat. Hal baru dalam pemberitaan Yohanes adalah pertobatan yang diwujudkan dengan pembaptisan. Penting untuk dipahami mengenai baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, bukan inisiasi menjadi Kristen. Yohanes membaptis untuk menyiapkan umat agar layak menyambut kedatangan 𝘋𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘬𝘶 (lih. ay 16).
Nubuat-nubuat nabi Yesaya dalam ayat 4-5 dikutip dari Yesaya 40:3-5. Ketiga petulis Injil sinoptik mengutip dari Septuaginta, kitab suci Yahudi berbahasa Grika, bukan Ibrani. Markus dan Matius mengutip ayat 3 saja, sedang Lukas mengutip sampai ayat 5.
Tugas Yohanes disejajarkan dengan nubuat-nubuat nabi Yesaya. Selain kesejajaran literal padang gurun, terdapat kesejajaran bersinonim:
• 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯/𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘶-𝘴𝘦𝘳𝘶 …
• 𝘉𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩/𝘱𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 …
• 𝘗𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘱𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘴𝘢/𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯 …
Dalam konteks Yesaya ia berbicara mengenai persiapan suatu jalan raya yang lurus di padang Arab, dari Babel ke Yerusalem agar Allah dapat membawa pulang kaum Yehuda yang dibuang di Babel. Lukas kemudian memaknainya sebagai kiasan untuk pertobatan demi menyambut Yesus.
Lanjutan frase 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘪𝘳𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 merupakan perombakan besar seperti yang sudah dinubuatkan dalam nyanyian Maria 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘳𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘪𝘬𝘢𝘯 (lih. Luk 1:52-53). Ini adalah khas Lukas yang tak suka melihat orang kaya atau pejabat merendahkan orang-orang marginal. Mereka akan direndahkan, sedang orang-orang marginal akan ditinggikan. Untuk itulah teks mewartakan pertobatan. Bertobat berarti meninggalkan pola lama dengan mengganti yang baru, peduli kepada masyarakat miskin.
Berbeda dari Markus dan Matius, Lukas menegaskan bahwa Yesus yang dinantikan akan membawa keselamatan kepada semua manusia (ay. 6), bukan kepada umat Israel saja. Nada universalitas sebelumnya sudah disampaikan dalam nyanyian Simeon (Luk. 2:31-32), yang kemudian ditegaskan lagi dalam kitab kedua Lukas, yakni Kisah Para Rasul (Kis. 1:8; 28:28).
(08122024)(TUS)