Sabtu, 30 November 2024

Sebuah Sudut Pandang Langkah-langkah/Proses Pendampingan Pastoral bagi Penduka

Sebuah Sudut Pandang Langkah-langkah/Proses Pendampingan Pastoral bagi Penduka 

Di dalam pendampingan pastoral untuk menyembuhkan penduka yang 
berduka berkepanjangan, yang dibutuhkan adalah bagaimana ia bisa berjumpa dengan penolong yang sejati yaitu Yesus, sehingga bisa 
menghadapi kenyataan hidup dengan iman yang kokoh serta mampu 
menjalani kehidupan yang baru tanpa didampingi oleh orang yang sudah 
meninggal (melupakan). Untuk itu diperlukan langkah-langkah 
pendampingan pastoral yang tepat.
Wright dalam bukunya mengutip pendapat Girard Egan, seorang 
dokter jiwa yang terkemuka, yang menyarankan empat tahap dalam proses konseling, yakni:

1) mendengarkan konseli dan membangun hubungan 
dengannya;
 2) menanggapi konseli dan menolongnya, untuk menyelidiki 
perasaannya, pengalaman-pengalamannya, dan tingkah lakunya; 3) membangun saling pengertian antara konselor dan konseli; 
4) mendorong tindakan yang kemudian dievaluasi bersama oleh konselor dan konseli.

Lawrence Brammer, seorang psikolog, dalam buku Wright, memiliki 
daftar yang lebih panjang namun serupa, yakni: 

 1) membuka percakapan 
dan mengungkapkan masalah-masalah; 
2) menjelaskan masalah dan tujuan 
konseling; 
3) menyusun hubungan konseling dan prosedur-prosedurnya; 
4) 
membangun hubungan yang lebih dalam; 
5) menyelidiki perasaan-perasaan, 
sikap, atau pikiran;
 6) memutuskan beberapa rencana tindakan, mencoba, 
dan mengevakuasi tindakan-tindakan tersebut; 
7) mengakhiri hubungan 
antara konselor dan konseli.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebutWright memberikan 
langkah-langkah pastoral yang sebagian besar di antaranya digambarkan dalam Alkitab dengan jelas, yakni:

 1) membangun hubungan penolong dan 
yang ditolong (Yohanes 16:7-13); 
2) menyelidiki masalah, mencoba 
menjelaskan persoalan dan mengetahui apa yang telah dilakukan pada waktu 
yang lampau untuk mengatasi hal itu; 3) menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil. Mungkinkah ada beberapa alternatif yang dapat dicoba satu persatu (Yohanes 14:26; 1 Korintus 2:13); 
4) mendorong tindakan yang 
dievaluasi bersama oleh orang yang menolong dan yang ditolong. Jika ada gagal, dicoba lagi (Yohanes 16:13; Kisah 10:19-20; 16:20) dan; 
5) mengakhiri hubungan konseling dan mendorong, agar orang yang ditolong itu menerapkan apa yang telah dipelajari pada waktu ia memulai berjalan maju sendiri (Roma 8:14). Kebanyakan dari proses ini dilukiskan dengan indah dalam Lukas 24 sewaktu Yesus bertemu dengan dua orang dalam perjalanan ke Emaus. 

Dari pendapat beberapa ahli ini, ada proses tahapan-tahapan 
pendampingan pastoral bagi penduka yang mengalami kedukaan 
berkepanjangan akibat kematian orang yang mereka kasihi, yaitu:

Tahap Mendengarkan dan Membangun Hubungan

Tahap pertama ini sangat penting di dalam membangun hubungan 
antara penolong dan yang ditolong. Sebab, ini merupakan langkah awal 
untuk membuka komunikasi dengan konseli, dengan menciptakan suatu 
percakapan yang nyaman, ideal dan berkualitas. Penulis membuka jalur 
komunikasi dengan konseli saat penulis melakukan perkunjungan doa yang rutin diadakan setiap hari Jumat tiap pekan berjalan.
Dalam tahap pertama ini, penulis selaku konselor hadir bersama 
konseli secara fisik maupun psikis. Konselor mendengar dan memerhatikan dengan seksama apa yang diungkapkan konseli baik verbal maupun non verbal. Di dalam hal ini, konselor berusaha menerima seluruh keberadaan konseli apa adanya, dengan seluruh keberadaannya sehingga konseli merasa aman dan bisa menjalin hubungan yang baik antara konseli dan konselor. Dalam tahap awal ini, konselor berusaha untuk mengenal konseli dengan baik dan berusaha memahami serta menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi konseli, sehingga konseli merasa nyaman untuk menceritakan 
masalah-masalah yang dihadapinya, juga percaya bahwa konselor akan 
mampu membantu dirinya menghadapi masalah/problem dukacita yang dialaminya.
Cara pertama dari mendengarkan dengan aktif ialah mendengarkan 
fakta-fakta yang dikemukakan oleh konseli. Khususnya tentang waktu 
dahulu, sebelum terjadi kehilangan orang yang dikasihi, tentang kehilangan yang menimbulkan kepedihan hati, tentang reaksi konseli atas kehilangan yang ia derita, tentang keadaannya sekarang, tentang relasi dengan keluarga,
persekutuan gereja, tentang rencana masa depannya. Fakta-fakta ini 
bermanfaat di dalam melakukan konseling pastoral, khususnya dalam membangun hubungan relasi dengan konseli, sehingga konselor dapat 
masuk ke dalam kehidupan konseli untuk dapat membantu serta 
mengarahkannya menemukan solusi masalah kedukaan yang dihadapinya serta mampu untuk kembali move on dalam menjalani kehidupan. Hal ini 
juga dapat menjadi pintu masuk untuk tahap konseling berikutnya. 
Problem dari sebuah konseling adalah kesulitan para konselor untuk 
mengetahui kapan mereka harus mendengar tanpa mengatakan apa-apa. Tujuan konseling pastoral adalah menolong penduka untuk bisa keluar dari masalah yang dihadapinya. Oleh karena, itu mendengar merupakan hal yang 
sangat penting untuk dilakukan oleh konselor. Sebab dengan mendengar, 
maka akan ditemukan akar masalah yang sedang dihadapi oleh konseli, sekaligus dengan mendengar menunjukkan bahwa konselor berempati atas masalah yang dihadapi konseli. Sikap mendengar yang berempati memberikan kehangatan dalam relasi percakapan antara konselor dan konseli sehingga dapat memberikan dukungan kepada orang yang berduka. Sekaligus penduka merasa tidak sendiri, tetapi ada orang yang bersama-sama 
dengan dia. sekaligus dengan mendengar menunjukkan bahwa konselor berempati atas 
masalah yang dihadapi konseli. Sikap mendengar yang berempati 
memberikan kehangatan dalam relasi percakapan antara konselor dan konseli sehingga dapat memberikan dukungan kepada orang yang berduka. Sekaligus penduka merasa tidak sendiri, tetapi ada orang yang bersama-sama 
dengan dia.

Tahap Menampung Masalah dan Menanggapinya

Setelah tahap mendengar dan memerhatikan apa yang dikemukakan oleh konseli, maka konselor melanjutkan kepada tahap berikutnya, yakni menampung masalah konseli berdasarkan percakapan yang terjadi dan 
menanggapi konseli dengan permasalahan yang sudah diungkapkan, sehingga bisa menolong konseli untuk melihat apa akar masalah dari kedukaan yang berkepanjangan di dalam dirinya dan faktor-faktor apa yang menyebabkannya. Di sini, konselor berusaha untuk mendengar dengan baik, penuh perhatian dan empati, sehingga bisa menampung sebanyakbanyaknya permasalahan konseli yang membuatnya tenggelam dalam dukacita yang berkepanjangan. Menjadi pendengar aktif membuat konseli 
dapat mengeluarkan semua beban yang ada pada dirinya, sekaligus membuat perasaan konseli menjadi lega. Secara psikologi, konseli mengalami perasaan depresi dan stress karena ketidakmampuan menerima perpisahan dengan orang yang mereka kasihi, yang dirasakan terlalu cepat dan dalam kondisi tidak siap untuk berpisah. Sehingga untuk melampiaskan amarah dan kepedihan hati, maka konseli 
mencari kambing hitam masalah, dengan menyalahkan diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bahkan Tuhan sebagai sang empunya kehidupan. Dengan memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengungkapkan perasaannya juga pergumulannya, maka konselor dapat menggali sebanyak mungkin informasi yang membebani pikiran konseli, sekaligus menggali 
seberapa jauh dukacita konseli yang menyebabkan krisis. Setelah mendengar dan menampung semua permasalahan konseli, maka konselor membuat kesimpulan dan merumuskan kembali pokok 
permasalan yang sebenarnya sedang dihadapi oleh konseli, dan 
membimbing konseli untuk melihat bahwa di dalam dirinya sedang ada rasa terluka yang amat hebat, juga rasa kehilangan yang begitu luar biasa karena ketidakmampuan menerima kenyataan kematian dari orang yang mereka kasihi. Kekecewaan dan ketidaksiapan untuk berpisah inilah yang membuat 
konseli depresi dan stress, bahkan kehilangan iman. Konselor selaku 
pendamping berusaha membimbing dan menuntun konseli dengan 
pemahaman yang berhubungan dengan spiritualitas, dengan merumuskan masalah konseli dan menuntunnya untuk menyadari kesalahan yang membuatnya terpuruk dan mengambil keputusan tanpa merasa terpaksa dan 
dipaksa.
(10102023)(TUS)


SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...