SUDUT PANDANG Injil Lukas 3:15-17, 21-2, 𝙏𝙚𝙧𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩
Dalam Injil Markus dan Matius Yesus dibaptis oleh Yohanes. Dalam Injil Yohanes Yesus tidak dibaptis. Bagaimana dalam Injil Lukas?
Hari ini adalah Minggu kesatu setelah Epifani. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 3:15-17, 21-22 yang didahului dengan Yesaya 43:1-7, Mazmur 29, dan Kisah Para Rasul 8:14-17.
Minggu ini disebut juga sebagai 𝘏𝘢𝘳𝘪 𝘗𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (𝘉𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘮 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘓𝘰𝘳𝘥). Penjelasan pendahuluan sebelum Yesus dibaptis cukup rumit. Bagian pembaptisan Yesus tertulis pada ayat 21-22. Namun, ayat 19-20 menyebut Yohanes ditangkap oleh Herodes dan dijebloskan ke penjara, karena Yohanes mengecam Herodes yang mengambil Herodias, istri saudaranya. Barangkali dengan pertimbangan itu RCL menetapkan bacaan sebelum tembereng pembaptisan Yesus adalah ayat 15-17.
Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:
▶ Yohanes dan Mesias (ay. 15-17)
▶ Yesus berdoa (ay. 21-22)
𝗬𝗼𝗵𝗮𝗻𝗲𝘀 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗲𝘀𝗶𝗮𝘀 (ay. 15-17)
Sejak abad kedua SZB pengharapan akan Mesias pada bangsa Yahudi menguat. Hal itu dapat dilihat dalam Kitab Daniel, naskah-naskah apokrif seperti Mazmur Salomo (17:23, 36), dan naskah-naskah Qumran. Mesias dapat datang dari keturunan Raja Daud seperti nubuatan Nabi Natan (2Sam. 7:14-16), dapat juga imam keturunan Lewi (Im. 4:3, 5; Za. 4:14), atau seorang nabi (Ul. 18:15, 18).
Tidaklah mengherankan orang banyak datang minta dibaptis kepada Yohanes. Mereka juga mengira Yohanes adalah mesias. Apalagi ia adalah anak Imam Zakharia. Mereka pun bertanya kepada Yohanes kalau-kalau ia adalah Mesias yang dinantikan (ay. 15).
Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, “𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘪𝘳, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘐𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨. 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘵-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬. 𝘐𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘙𝘰𝘩 𝘒𝘶𝘥𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘪. (ay. 16) 𝘈𝘭𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘮 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘭𝘶𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨-𝘕𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘮 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳-𝘕𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘬𝘢𝘯.” (ay. 17)
Kitab Injil tertua adalah Markus. Petulis Markus hanya menyampaikan ayat 16 di atas. Injil Matius dan Lukas, yang ditulis berjarak 15 – 20 tahun dari Injil Markus, perlu menambah penjelasan. Bahkan Injil Matius menyampaikan alasan Yesus dibaptis oleh Yohanes. Keterangan itu ditambahkan untuk menjernihkan pembaca Injil (biasa disebut dengan Jemaat Matius dan Jemaat Lukas) akibat konflik persaingan antara murid-murid Yohanes dan jemaat Kristen. Cukup banyak juga murid-murid Yohanes yang bergabung dengan jemaat Kristen, yang sedikit banyak menimbulkan riak-riak di dalam jemaat. Jejaknya dapat dilihat di Injil Lukas jilid kedua (Kis. 18:25; 19:2-4).
Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukan Mesias. Ia mewartakan kedatangan Mesias, seorang yang lebih berkuasa daripada dia. Begitu berkuasanya orang itu Yohanes merasa tak layak menjadi hambanya bahkan dengan pangkat terendah. Ini diungkapkannya dengan 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘵-𝘕𝘺𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬.
Ungkapan 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘴𝘢 diperkuat dengan perbandingan status pembaptisan air Yohanes belum ada apa-apanya, karena dia yang akan datang membaptis dengan Roh Kudus dan api. Di sini Lukas hendak memerkenalkan dia yang yang datang laksana sosok Elia, nabi besar dan kuat yang secara dahsyat menurunkan api dari surga (2Raj. 1:10) dan yang telah naik ke surga dinantikan kedatangannya kembali pada akhir zaman (bdk. Mrk. 9:11).
Yohanes sendiri menanti kedatangan Sang Mesias. Lukas menempatkan Yohanes berpandangan sama dengan orang Israel yang berteologi Perjanjian Lama (PL). Baptisan dengan Roh Kudus dan api dipahami sebagai pembersihan yang sangat dahsyat, yang dianalogikan pembersihan tempat pengirikan (ay. 17a). Allah akan membersihkan kotoran di dalam umat Israel 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘰𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘥𝘪𝘭𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳 (lih. Yes. 4:4; 32:15-16; Yeh. 35:25-26).
Dalam pada itu pandangan petulis Injil mengenai baptisan dengan Roh Kudus dan api berpautan dengan peristiwa dalam perayaan Pentakosta. Sesudah Yesus diangkat ke surga, Ia mencurahkan Roh Kudus yang sudah dijanjikan-Nya dalam rupa lidah-lidah api yang turun ke atas jemaat perdana pada hari Pentakosta (Kis. 2:3, 33).
Kedatangan Mesias tidaklah sekejam yang diperikan oleh Yohanes Pembaptis. Lukas memerikan pelayanan Yesus lebih sebagai kedatangan Tuhan yang membawa sukacita. Memang pelayanan Yesus akan berakibat pemisahan antara yang menerima-Nya dan menolak-Nya (lih. Luk. 12:51-52). Yesus juga mewartakan hari penghakiman, tetapi Lukas memerikan Yesus bukan sebagai Hakim yang kejam, melainkan sebagai Penyelamat (lih. Titik Pandang edisi 1 Desember 2024).
𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗼𝗮 (ay. 21-22)
Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit (ay. 21) dan turunlah Roh Kudus dalam wujud serupa burung merpati ke atas-Nya. Terdengarlah suara dari langit, “𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘒𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩, 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘔𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯.” (ay. 22)
Di atas Lukas tidak menulis Yesus datang dari Nazaret dan dibaptis di Sungai Yordan (bdk. Mrk. 1:9). Lukas bahkan tidak menyebut nama Yohanes sebagai pembaptis Yesus. Apabila kita menafsir bahwa Yesus tidak dibaptis oleh Yohanes, itu terlalu menyederhanakan teks, karena Injil Markus dan Matius menyebut Yesus dibaptis oleh Yohanes. Sebaliknya, apabila kita menafsir Yesus dibaptis oleh Yohanes, kita harus punya alasan kuat yang dapat dipertanggungjawabkan karena teks tidak menyebut Yohanes sebagai pembaptis.
Saya menafsir Yesus dibaptis oleh Yohanes, meskipun teks tidak mengatakannya. Alasan saya adalah cara bercerita Lukas menghilangkan tokoh terdahulu agar panggung kosong diisi oleh tokoh yang baru. Pada Lukas 1:56 tokoh Maria dihilangkan dari panggung cerita agar Lukas dapat memasukkan tokoh atau kisah baru kelahiran Yohanes Pembaptis. Demikian juga bacaan kita saat ini Lukas menghilangkan tokoh Yohanes untuk menampilkan tokoh baru Yesus ke panggung. Penghilangan tokoh Yohanes dalam episode pembaptisan Yesus tampaknya petulis Injil Lukas hendak menekankan adegan Yesus berdoa dan turunnya Roh Kudus dalam wujud badani burung merpati.
Cerita pembaptisan Yesus adalah kisah teologis sehingga ada perbedaan dalam kitab-kitab Injil. Cerita ini diperikan seolah-olah terjadi secara fisikal dengan menggunakan dunia bahasa yang dikenal pada masa itu. Misal, langit atau Surga adalah tempat kediaman Allah sehingga sebelum Roh Allah turun dari surga 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘬𝘢 terlebih dahulu. Saat turun dari langit atau surga Roh Allah itu dilukiskan dalam wujud 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘱𝘢𝘵𝘪 yang memiliki sayap untuk terbang. Suara Allah dari surga juga digambarkan seperti suara manusia yang dapat didengar telinga manusia. Metafora 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 itu sama dengan metafora 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘪𝘳𝘮𝘢𝘯 karena keduanya memerikan Allah seakan-akan bermulut komat-kamit seperti mulut manusia. Turunnya Roh Allah atau Roh Kudus dan terdengar suara dari langit adalah pemerian (kata dasar peri) teologis mengenai penyataan Allah (𝘳𝘦𝘷𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯) atau penampakan Allah (epifani atau teofani).
Yesus berdoa merupakan adegan kesatu dari sejumlah adegan penting dalam Injil Lukas yang diawali dengan doa Yesus. Karya Yesus di publik dibuka dan ditutup dengan doa. Yesus berdoa pada waktu Ia menyembuhkan (Luk. 5:16), sebelum memilih 12 rasul (Luk. 6:12), sebelum menubuatkan sengsara-Nya (Luk. 9:18), sebelum beralihrupa (Luk. 9:28), dan sebelum mengajarkan cara berdoa kepada murid-murid-Nya (Luk. 11:1-2). Juga Ia berdoa untuk Petrus (Luk. 22:32), Ia berdoa di Taman Zaitun (Luk. 23:34, 46).
Doa Yesus menjadi momen Roh Kudus dalam wujud badani burung merpati turun ke atas-Nya. Dalam kisah pengantar pelayanan Yesus Roh Kudus diberi peran penting (Luk. 4:1, 14). Yesus mengenalkan diri-Nya dengan kata-kata Nabi Yesaya, “𝘙𝘰𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘐𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘢𝘱𝘪 𝘈𝘬𝘶.” (Luk. 4:18).
Dalam Alkitab Ibrani teks tidak memerikan Roh Allah sebagai burung merpati. Dalam kitab Injil sinoptik burung merpati dijadikan simbol kehadiran Roh Kudus. Bahkan dalam Injil Lukas Roh Kudus diperikan 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘸𝘶𝘫𝘶𝘥 𝘣𝘢𝘥𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘳𝘱𝘢𝘵𝘪 (𝘴o𝘮𝘢𝘵𝘪𝘬o 𝘦𝘪𝘥𝘦𝘪 𝘩o𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯). Jemaat Lukas dari kalangan Helenis memercayai burung merpati yang hinggap pada diri seseorang menjadi tanda ia mendapat perkenan para dewa.
Pada zaman PL orang Israel percaya bahwa Allah berbicara kepada umat-Nya (Ul. 4:10-12). Suara Allah kerap dihubungkan dengan guntur (Mzm. 18:14) untuk menegaskan asalnya dari atas atau langit. Dalam kisah pembaptisan Yesus terdengar lagi suara dari langit untuk menegaskan bahwa Yesus Anak Allah. Sebelumnya pembaca sudah mengetahui status Yesus ketika malaikat Gabriel menyampaikan kabar kepada Maria (Luk. 1:35).
Frase 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘒𝘶 merujuk Mazmur 2:7, sedang 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘔𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯 merujuk Yesaya 42:1. Dalam Mazmur 2:7 didramakan Allah melantik raja baru Israel menjadi anak angkat-Nya. Jalinan hubungan antara Allah dan raja yang diurapi-Nya tak terbatalkan (lih. 2Sam. 7:14-15). Dalam konteks Injil Lukas hubungan Anak dan Allah mendapat makna istimewa dan unik karena Roh Kudus telah turun ke atas Maria dan Yesus. Frase 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘔𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯 menggemakan nyanyian Hamba TUHAN. Dengan demikian Yesus, Anak Allah, diperkenalkan juga sebagai Hamba TUHAN, yang memiliki misi universal (Yes. 49) dan ditentukan untuk menderita (Yes. 53), yang merupakan dua tema Lukas dalam kitab Injilnya. Pautan Yesus dengan seluruh umat akan dikembangkan dalam silsilah (Luk. 3:24-38); dari Yusuf naik ke Daud, Abraham, Adam, dan Allah. Sosok Anak Allah yang harus menderita secara paradoks terungkap dalam (Anak-Ku) 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩, yang merujuk Ishak, anak yang dikasihi Abraham, yang harus dipersembahkan (Kej. 22:2).
Sangatlah jelas Lukas menghilangkan tokoh Yohanes Pembaptis dari panggung kisah pembaptisan Yesus untuk menegaskan bahwa identitas dan misi Yesus ditetapkan oleh Allah, bukan oleh Yohanes. Misi Yesus sebagai Hamba TUHAN untuk segala bangsa dan dijalani-Nya lewat penderitaan dan mati untuk semua orang.
(12012024)(TUS)