SUDUT PANDANG Injil Matius 2:1-12, 𝗘𝗽𝗶𝗳𝗮𝗻𝗶: 𝗗𝗶𝘁𝗼𝗹𝗮𝗸 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗯𝗮𝗻𝗴𝘀𝗮 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶, 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗼𝗹𝗲𝗵 𝗯𝗮𝗻𝗴𝘀𝗮 𝗹𝗮𝗶𝗻
Gereja Barat merayakan Natal pada 25 Desember sebagai adopsi perayaan 𝘚𝘰𝘭 𝘐𝘯𝘷𝘪𝘤𝘵𝘶𝘴, Matahari yang tak Terkalahkan atau 𝘋𝘪𝘦𝘴 𝘕𝘢𝘵𝘢𝘭𝘪𝘴 𝘚𝘰𝘭𝘪𝘴 𝘐𝘯𝘷𝘪𝘤𝘵𝘪, ulang tahun (dewa) Matahari yang tak Terkalahkan. Gereja Timur merayakan Natal pada 6 Januari, yang lalu bergeser ke 7 Januari, sebagai adopsi perayaan kelahiran Dewa Aion di Aleksandria, Mesir, di pinggiran Sungai Nil. Kedua perayaan kafir itu dikristenkan dan diberi muatan teologis sebagai perayaan kelahiran Yesus Kristus. Hal yang mirip dengan hari raya Pentakosta, yang semula festival panen Yahudi, diberi muatan Hari Pencurahan Roh Kudus.
Latar belakang perbedaan tanggal perayaan Natal di atas adalah perbedaan narasi. Sejak semula sudah ada perbedaan tanggal, meskipun Gereja Barat dan Timur sama-sama menggunakan kalender Julian dan sama-sama adopsi perayaan kafir. Nama Julian sendiri diambil dari Julius Caesar, penguasa kafir Romawi. 𝘓𝘩𝘢 𝘸𝘰𝘯𝘨 sama-sama adopsi tradisi kafir 𝘬𝘰𝘬 ada Gereja mendaku diri paling rasuli?
Gereja Barat menetapkan 6 Januari sebagai 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗘𝗽𝗶𝗳𝗮𝗻𝗶 atau 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗣𝗲𝗻𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗧𝘂𝗵𝗮𝗻 atau 𝘌𝘱𝘪𝘱𝘩𝘢𝘯𝘺 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘓𝘰𝘳𝘥. Menurut tradisi Gereja Barat momen yang dianggap sebagai 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 atau Epifani adalah saat perjumpaan orang majus dan Yesus. Momen ini dimaknai sebagai 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (𝘨𝘦𝘯𝘵𝘪𝘭𝘦𝘴) atau kepada seluruh dunia.
Menurut tradisi Gereja Timur momen yang dianggap sebagai 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 atau Epifani adalah saat pembaptisan Yesus (𝘉𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘮 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘓𝘰𝘳𝘥). Momen ini dimaknai sebagai 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 kepada publik atau penyataan diri Tuhan kepada dunia. Dalam pada itu Gereja Barat sendiri menetapkan Hari Pembaptisan Tuhan pada Minggu kesatu sesudah Hari Epifani, yang tahun ini jatuh pada 12 Januari 2025.
Bacaan ekumenis untuk Hari Epifani diambil dari Injil Matius 2:1-12 yang didahului dengan Yesaya 60:1-6, Mazmur 72:1-7, 10-14, dan Efesus 3:1-12.
Kisah Natal versi Injil Matius berbeda sama sekali dari versi Injil Lukas. Kelahiran Yesus di rumah Yusuf, karena Yusuf dan Maria memang tinggal di Betlehem, bukan di Nazaret. Perbedaan narasi ini karena perbedaan teologi. Matius mengusung teologi Keluaran atau Yesus adalah Musa Baru untuk Israel Baru. Suasana kisah kelahiran Yesus mirip dengan kelahiran Musa.
Bacaan untuk Hari Epifani mengisahkan orang-orang majus dari Timur datang ke Yerusalem untuk menyembah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan karena mereka melihat bintang-Nya. Tidak ada yang tahu termasuk Raja Herodes yang mereka jumpai. Herodes kemudian mengumpulkan semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi untuk dimintai penjelasan. Mereka menjawab bahwa raja itu lahir di Betlehem sesuai nubuat Nabi Mikha (lih. Mik. 5:1).
Herodes diam-diam berbicara dengan orang-orang majus itu dan meminta mereka memberitahu kepadanya sesudah mereka menjumpai anak itu. “𝘒𝘢𝘣𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘱𝘢𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢." kata Herodes.
Orang-orang majus itu melanjutkan perjalanan ke Betlehem dengan dipandu bintang yang muncul lagi. Mereka menemukan rumah itu, masuk ke dalam 𝗿𝘂𝗺𝗮𝗵 itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta benda mereka dan memersembahkan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan, dan mur. Oleh karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negeri mereka melalui jalan lain.
Konteks terdekat dari Matius 2:1-12 adalah pasal 1; Matius 1:1-17 𝘚𝘪𝘭𝘴𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘒𝘳𝘪𝘴𝘵𝘶𝘴 dan Matius 1:18-25 𝘒𝘦𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘒𝘳𝘪𝘴𝘵𝘶𝘴. Di perikop Silsilah Matius menekankan bahwa Yesus adalah keturunan Abraham dan Daud:
▶ Allah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi semua bangsa (Kej. 12:1-3).
▶ Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya akan menjadi raja dan kerajaannya akan kokoh selama-lamanya (2Sam. 7:12-16).
▶ Allah menggenapi janji-Nya dengan kelahiran Yesus (1:18-25) dan kedatangan orang-orang majus (Mat. 2:1-12).
Konteks terjauh adalah Matius 28:16-20 𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢. Perikop penutup Injil Matius itu adalah penggenapan janji Allah kepada Abraham dan Daud. Yesus adalah keturunan Abraham yang menjadi berkat bagi semua bangsa. Yesus adalah Raja yang mewarisi takhta Daud dan yang kerajaan-Nya kokoh selama-lamanya.
Sesudah mengisahkan kelahiran Yesus di akhir pasal 1, Matius langsung menceritakan reaksi orang terhadap kelahiran Yesus di awal pasal 2: 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 atau 𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸. Orang-orang majus atau orang-orang bukan-Yahudi menerima, sedang Raja Herodes atau pemimpin orang Yahudi menolak.
Orang-orang majus datang karena telah melihat bintang yang mereka pahami sebagai bintang tanda kelahiran 𝘙𝘢𝘫𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪. Berhubung bintang itu merujuk bintang Raja orang Yahudi, para majus pergi ke ibukota Israel, Yerusalem. Ironisnya pusat agama Yahudi itu sendiri tidak tahu bahwa Raja Mesianik mereka telah lahir. Bahkan raja mereka sendiri, Raja Herodes, menolaknya. Ia lalu merencanakan pembunuhan terhadap Raja Mesianik itu (lih. Mat. 2:13-18).
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru (PB) ungkapan 𝘙𝘢𝘫𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪 hanya diucapkan oleh orang-orang bukan-Yahudi. Lihat Matius 27:11, 29, 37; Markus 15:26; Lukas 23:3, 38; Yohanes 19:19.
Seperti yang pernah saya sampaikan untuk memahami cerita Injil bacalah cerita sebagai cerita. Mari kita melihat tokoh-tokoh dalam cerita yang perikopnya oleh LAI diberi judul 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘫𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘪𝘮𝘶𝘳.
𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵: 𝗕𝗶𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗶𝗺𝗽𝗶
Bintang itu bukan bintang biasa atau benda langit biasa. Bintang itu adalah karangan Matius untuk mengungkapkan kehadiran Allah dan penyataan Allah mengenai Yesus sebagai Raja Mesianik (𝘌𝘱𝘪𝘱𝘩𝘢𝘯𝘺). Berhubung bintang itu dikendali oleh Allah, bintang itu dapat berjalan mendahului orang-orang majus dan berhenti di rumah Yesus di Betlehem, Yudea.
Tidak ada kutipan dari kitab-kitab Perjanjian Lama (PL) untuk bintang itu sehingga terbuka kemungkinan Matius tidak punya maksud apa-apa dengan bintang itu selain hiasan cerita untuk memerlihatkan kehadiran Allah yang memberitahu dan membimbing para majus untuk dapat bertemu dan menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.
Namun, kita pembaca dapat menduga-duga bahwa Matius mendapat inspirasi dalam membuat kisah teologisnya dari Bilangan 22-24. Di sana ada raja jahat (Balak) yang hendak mencelakai bangsa Israel dan Musa. Di sana ada juga si penenung (magi) Bileam yang bukan orang Israel. Bileam juga melihat bintang (Bil. 24:17). Bintang yang dilihat Bileam itu menandakan kelahiran Raja Daud.
𝘉𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘋𝘢𝘶𝘥 itu juga dilihat dan diungkapkan orang-orang majus kepada Raja Herodes (Mat. 2:1), si raja jahat yang mau membunuh Yesus: Raja Mesianik keturunan Daud, Israel Baru, Musa Baru. Raja orang Yahudi yang baru lahir itu adalah Sang Mesias yang dijanjikan Allah dan dinubuatkan di kitab nabi (Mik. 5:1).
Selain melalui bintang Allah juga hadir di dalam cerita melalui mimpi. Allah memeringatkan orang-orang majus untuk tidak kembali kepada Herodes. Melalui mimpi Allah menggagalkan rencana Raja Herodes untuk membunuh Raja Mesianik.
𝗢𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗷𝘂𝘀
Matius tidak menjelaskan siapa orang-orang majus itu. Hanya ada tiga hal yang cukup jelas digambarkan mengenai mereka:
• Mereka mampu memberi makna atau menafsir posisi bintang di langit.
• Mereka bukan orang Israel atau bukan orang Yahudi.
• Mereka tahu bahwa ibukota Israel dan pusat agama Yahudi ada di Yerusalem.
Melalui tokoh cerita orang-orang majus Matius mengungkapkan bahwa Yesus adalah Raja Mesianik yang dijanjikan Allah dalam nubuatan Nabi Mikha. Para majus datang dari Timur, datang dari tempat yang jauh yang tersirat dari 𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘥𝘶𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘬𝘦 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩 (ay. 16). Mereka datang untuk menyambut dan menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.
Tidak dijelaskan berapa jumlah orang-orang majus itu, tetapi mereka membawa tiga macam persembahan: emas, kemenyan, dan mur. Tidak ada kutipan dari PL untuk persembahan itu sehingga terbuka kemungkinan ketiganya hanya hiasan cerita sebagai benda-benda yang lazim dipersembahkan kepada seorang raja. Namun, kita sebagai pembaca juga dapat menduga-duga bahwa Mazmur 70 dan Yesaya 60:1-6 mungkin menjadi rujukan Matius. Bangsa-bangsa bukan-Israel akan datang ke Israel untuk menyembah raja Israel dengan membawa emas dan kemenyan.
𝗥𝗮𝗷𝗮 𝗛𝗲𝗿𝗼𝗱𝗲𝘀
Pengarang Injil Matius tampaknya sengaja menyebut Herodes dengan 𝘙𝘢𝘫𝘢 𝘏𝘦𝘳𝘰𝘥𝘦𝘴 untuk diperbandingkan dengan Raja orang Yahudi yang baru lahir. Raja Herodes diperikan sebagai raja orang Yahudi pada waktu itu. Namun, ia bukan raja orang Yahudi yang mesianik, yang diurapi Allah, dan yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan Daud.
Informasi dari para majus itu membuat Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem terkejut (ay. 3). Frase 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 sebenarnya rada berlebihan, tetapi dapat diduga petulis Injil Matius sejak semula menempatkan Yerusalem sebagai pusat konflik terhadap Yesus dan para pengikut-Nya. Hal ini diperkuat dengan ayat berikutnya (ay. 4) yang Raja Herodes mengumpulkan 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘪𝘮𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘩𝘭𝘪 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪 untuk mencari jawaban tempat Mesias dilahirkan. Kata 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 menunjukkan provokasi petulis Injil Matius bahwa mereka adalah musuh-musuh Yesus yang paling bertanggungjawab atas kematian Yesus.
Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjawab Raja Herodes dengan mengutip Mikha 5:1, tetapi disunting oleh Matius. Mari kita bandingkan.
• Mikha 5:1 “𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶, 𝘩𝘢𝘪 𝘉𝘦𝘵𝘭𝘦𝘩𝘦𝘮 𝘌𝘧𝘳𝘢𝘵𝘢, 𝘩𝘢𝘪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙚𝙘𝙞𝙡 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘮-𝘬𝘢𝘶𝘮 𝘠𝘦𝘩𝘶𝘥𝘢, 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘒𝘶 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙚𝙧𝙞𝙣𝙩𝙖𝙝 𝙄𝙨𝙧𝙖𝙚𝙡, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘴𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶, 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶.”
• Matius 2:6 “𝘋𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘉𝘦𝘵𝘭𝘦𝘩𝘦𝘮, 𝘵𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘠𝘦𝘩𝘶𝘥𝘢, 𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙪 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞-𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙠𝙚𝙘𝙞𝙡 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘠𝘦𝘩𝘶𝘥𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯, 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙜𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙢𝙖𝙩-𝙆𝙪 𝙄𝙨𝙧𝙖𝙚𝙡."
Seperti tampak di atas Matius menyunting kutipan PL-nya agar sesuai dengan cerita Injilnya atau teologinya. Matius tidak bersependapat dengan Nabi Mikha bahwa Betlehem adalah 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 sehingga Matius mengubahnya menjadi 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪-𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭. Kata 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 tentunya mengubah makna 180 derajat. Matius mengubah Betlehem, yang sebelumnya diremehkan, menjadi amat sangat penting. Ia juga mengubah 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭 menjadi 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘮𝘢𝘵-𝘒𝘶 𝘐𝘴𝘳𝘢𝘦𝘭.
Menariknya kutipan dari Mikha itu diucapkan oleh pemimpin agama Yahudi. Secara ironis Matius hendak menyampaikan bahwa orang Yahudi yang tahu banyak mengenai Mesias justru orang yang tidak menyambut kedatangan Sang Mesias itu. Raja Herodes malah merencanakan pembunuhan terhadap Raja Mesianik yang baru dilahirkan itu. Rencana itu digagalkan Allah melalui mimpi orang-orang majus. Dalam cerita selanjutnya Raja Herodes diperikan sebagai Firaun Mesir yang membunuhi anak-anak bangsa Israel.
(06012025)(TUS)