Salah satu argumen umum yang menentang kredibilitas Alkitab dan Musa oleh beberapa akademisi dan kritikus Alkitab adalah Pentateukh (Lima kitab pertama dalam Perjanjian Lama: Kejadian-Ulangan) ditulis seribu tahun setelah peristiwa tersebut oleh beberapa imam yang tidak dikenal (anonim) di Babilonia. Diyakini bahwa para imam anonim ini mengarang kisah-kisah tentang Musa dan Keluaran (Eksodus) untuk memberi identitas kepada bangsa mereka yang sedang menderita di negeri pembuangan. Perlu diketahui bahwa Keluaran (Eksodus) dari Mesir terjadi sekitar abad ke-15 SM, sedangkan peristiwa Pembuangan ke Babilonia pada abad ke-5 SM.
Namun, mari kita pikiran baik-baik hal ini. Israel telah menjadi suatu bangsa selama hampir seribu tahun sebelum pembuangan ke Babilonia. Jadi, apakah Anda mengatakan mereka tidak memiliki sejarah tentang leluhur mereka sampai saat itu? Juga mengapa orang Israel di Babilonia mau menerima sejarah tentang perbudakan yang hina di Mesir ketika para imam dapat mengarang cerita glorifikasi tentang leluhur mereka sebagai raja-raja di Israel? Tidak hanya itu, tetapi mereka juga harus melakukan semua perintah Hukum Taurat, terdiri dari 600-an aturan, yang terkait dengan kisah Keluaran tersebut. Apakah masuk akal jika orang Israel mau menerima sejarah seperti itu jika itu hanya sekedar dongeng mitos yang dibuat-buat?
Keluaran (Eksodus) bukanlah sekedar kisah mistis atau mitos tentang dewa-dewi yang tidak dikenal. Ini adalah sejarah nyata suatu bangsa besar. Bangsa manakah di muka bumi yang tidak mengetahui sejarah dasar mereka sehingga mereka dapat dibodohi oleh beberapa penipu? Mungkinkah saat ini, seorang penipu zaman modern mengarang sejarah Pangeran Diponegoro yang berperang melawan penjajah Cina dan bukan Kompeni Belanda pada tahun 1825? Tidak mungkin! Sejarah perjuangan Diponegoro sudah terlalu terkenal. Bangsa Indonesia akan langsung tahu bahwa orang tersebut pembohong besar atau gila. Begitu pula dengan orang-orang Yahudi di Babilonia tentang sejarah mereka sendiri. Itu tidak masuk akal. Itu hanya masuk akal jika cerita dasarnya benar: Ada seorang yang bernama Musa, dan ada sekelompok orang atau bangsa yang benar-benar terlibat dalam sejarah Keluaran dari Mesir.
Empat kitab pertama yang berisikan kisah Eksodus dari Mesir sampai ke Tanah Kanaan (Keluaran-Ulangan) menyebutkan sekitar seratus nama orang. Beberapa nama hanya muncul satu kali dan tidak penting diketahui oleh komunitas Yahudi yang hidup di abad ke-5 SM, misalnya: Keluaran 6 berisikan catatan nama sekitar 40 orang (Palu, Karmi, Ohad, Zohar, Libni, Yizhar, Uziel, Musi, dst). Juga banyak nama orang dalam pasal-pasal berikut ini: Keluaran 18, 31; Bilangan 1, 7, 10, 13, 26, 34. Untuk apa para 'penipu' (sering disebut sebagai "Redaktur") yang hidup di abad ke-5 SM bersusah payah mengarang seratus nama orang? Sangat masuk akal orang-orang ini penting pada abad ke-15 SM, dan nama mereka dicatat karena mereka terlibat langsung dalam Keluaran. Hal ini bisa dibandingkan dengan "kisah Nabi Musa AS" dalam Al-Quran yang ditulis abad ke-7 M di Semenanjung Arab, tepatnya lebih dari 2000 tahun setelah Keluaran dalam Alkitab, hanya mencatat kurang dari 10 nama, diantaranya: Musa, Harun, dan Karun [Karun atau Qarun (QS 28:76-82) mirip dengan "Korah" yang memberontak terhadap Musa (Bilangan 16:1-3, 19-32) tetapi kisah kekayaan yang luar biasa milik Karun berasal dari Midrashim Yahudi bukan dari catatan Pentateukh], sedangkan tokoh-tokoh lainnya anonim; tanpa nama (Hanya disebut dengan sebutan umum, seperti: "ibunya Musa", "saudara perempuan Musa", dan "istri Fir'aun" [Nama mereka hanya disebutkan dalam hadist dan tradisi Islam. Nama ibu Musa adalah Mihyanah binti Yashar bin Lawi, Yukhabidz binti Lawi bin Ya’qub, Yuhanidz, Yarikha, dan ada pula yang mengatakan Yarikhat; nama saudari Musa adalah Maryam binti Imran, ada juga yang berpendapat namanya adalah Kultsumah atau Kultsum; dan nama istri Fir'aun adalah Asiyah (QS 20:37-40; QS 28:7-13)]. Bahkan catatan Al-Quran mengandung 'anakronisme' (kesalahan sejarah berdasarkan ketidaksesuaian kronologi; tidak sesuai dengan latar waktu atau zaman), misalnya: Samiri yang membuat patung anak lembu yang dapat bersuara (QS 7:142, 148-151; QS 20: 85-89) [Kemungkinan Samiri adalah anakronisme "orang Samaria" abad ke-8 SM. Ini merujuk kepada Yerobeam dan Omri dari Kerajaan Israel dengan ibukotanya Samaria yang membuat dua berhala patung anak sapi emas. (1 Raja 12:25-30; 16:24)] dan Haman seorang penasehat Firaun Mesir yang menyarankan membangun bangunan tinggi sampai ke langit (QS 28:6, 8, 38; QS 29: 39; QS 40:24, 36) [Tampaknya Haman ini adalah anakronisme dari "Haman" penasehat Ahasweros raja Persia pada abad ke-5 SM yang sangat membenci Mordekahi seorang Yahudi dan mendirikan tiang tinggi setinggi 50 hasta untuk menggantung Mordekhai. (Ester 3:1-6; 5:9-14)]
Mengenai rute perjalanan bangsa Israel dari Mesir sampai di seberang Sungai Yordan, Kitab Keluaran-Ulangan menyebutkan sekitar 40 nama tempat. Beberapa tempat kemungkinan besar tidak penting dikenal oleh komunitas Yahudi di negeri Babilonia, bahkan oleh pembaca zaman modern, seperti: Moserot, Hasmona, Kehelat, Hazerot, Punon, dst. Adanya 40 nama tempat tersebut menunjukan peristiwa Keluaran bukanlah mitos tetapi peristiwa nyata. Untuk apa para imam anonim yang hidup sekitar 1000 tahun setelah Keluaran harus bersusah payah mengarang puluhan nama tempat? Bukankah lebih masuk akal hanya mencatat beberapa nama tempat yang masih populer saja. Hal ini bisa dibandingkan dengan catatan dalam Al-Quran, yang ditulis sekitar 2000 tahun setelah peristiwa Keluaran, hanya menyebutkan sekitar lima nama tempat saja, misalnya: Mesir, Bukit Thursina, dan Baitul Maqdis. Tempat-tempat lainnya hanya menggunakan sebutan umum, seperti: Musa masuk ke dalam "kota", Musa melihat api di "lereng gunung", (QS 28:15, 19 )
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para penipu hanya akan memberikan keterangan yang sangat umum, mereka tidak akan memberikan rincian, agar orang-orang percaya kepada 'cerita' karangan mereka. Selain banyaknya nama orang dan tempat, Pentateukh juga memuat banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Mesir dan rincian kebiasaan Mesir kuno juga hukum masyarakat Timur Dekat Kuno yang sesuai dengan zaman para Bapa Leluhur dan Keluaran sekitar milenium ke-2 SM; bukan kata-kata pinjaman dan kebiasaan orang Babilonia-Persia pada abad ke-5 SM. Mengenai kebiasaan kuno pada zaman Musa, sekali lagi Al-Quran yang ditulis ribuan tahun sesudah zaman Musa mencatat anakronisme mengenai hukuman "salib": Fir'aun mengancam para penyihir yang menjadi beriman setelah dikalahkan oleh Musa akan disalibkan QS 7:124; QS 20:71; QS 26:49). Pada zaman Musa, bangsa Mesir tidak menggunakan hukuman salib. Penyaliban baru menjadi hukuman populer pada zaman Kerajaan Asiria (Asyur) dan Persia abad ke-5 sampai 6 SM.
Berdasarkan perbandingan catatan atau kisah dalam Al-Quran yang ditulis lebih dari 2000 tahun setelah peristiwa Keluaran yang sebenarnya dapat disimpulkan tidak masuk akal bahwa catatan Eksodus yang terdapat dalam kitab Keluaran-Ulangan berasal dari karangan para imam Yahudi anonim (atau Redaktur) yang hidup di zaman Pembuangan Babilonia.
Bacaan lanjutan:
1. Nancy S. Dawson: All The Genealogies of the Bible. Visual Chart and Exegetical Commentary (hlm. 29-55)
2. B. J. Noonan: Non-Semitic Loanwords in the Hebrew Bible. Number of Loans and Frequency of Loans in J, E, D, P, H and DtrH (Hlm. 255-259, Table 4.11, 4.12)
3. A. S. Yahuda: The Language of the Pentateuch in its Relation to Egyptian
4. A. S. Yahuda: The Accuracy of the Bible. The Stories of Joseph, The Exodus and Genesis Confirmed and Illustrated by Egyptian Monuments and Language
5. 132 Ayat Al-Quran Tentang Nabi Musa
https://www.alquranpedia.org/2023/04/132-ayat-al-quran-tentang-nabi-musa.html
6. Mengapa penyaliban menjadi hukuman yang paling 'kejam dan mengerikan'?
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c1km3vlgme1o
7. Kisah Ibu dan Saudara Perempuan Nabi Musa
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/nisa/kisah-ibu-dan-saudara-perempuan-nabi-musa/
(18032025)(TUS)