Perbedaan kronologi dan isi cerita Injil memang menjadi masalah besar bagi kaum fundamentalis yang ingin membela ideologi ineransi: laporan petulis Injil tidak memiliki kesalahan dalam hal apa pun. Jika kaum fundamentalis terdesak tidak dapat menjelaskan perbedaan latar waktu penyaliban Yesus di kitab-kitab Injil, mereka akan berujar: itu bukan perbedaan, itu saling melengkapi.
Kalau argumen mereka bahwa cerita-cerita Injil saling melengkapi, saya berikan contoh mengenai pengutusan atau pencurahan Roh Kudus.
Versi Injil Lukas dan Kisah Para Rasul
▶ Yesus akan mengutus Roh Kudus sesudah Ia terangkat ke surga (Luk. 24:49; Kis. 1:8).
▶ Yesus terangkat ke surga (Luk. 24:51; Kis. 1:9)
▶ Roh Kudus dicurahkan pada Hari Pentakosta atau Perayaan Panen Yahudi (Kis. 2:1-4).
▶ Yesus tidak hadir. Yesus akan hadir nanti saat parousia yang kita sendiri sampai sekarang tidak tahu waktunya.
Versi Injil Yohanes
▶ Yesus akan mengutus Roh Kudus sesudah Ia sampai ke rumah Bapa (Yoh. 14:16-17)
▶ Sesudah Ia bangkit, Yesus pergi ke rumah Bapa (Yoh. 20:17)
▶ Yesus datang dan menampakkan diri kepada para murid dan memberi Roh Kudus (Yoh. 20:22).
▶ Yesus sendiri hadir dan memberi Roh Kudus, bahkan petulis berikutnya mengisahkan sesudah peristiwa pengembusan Roh Kudus, Yesus makan ikan bakar bersama dengan murid-murid-Nya di tepian Danau Tiberas (Yoh. 21).
Kaum fundamentalis tentu bingung sendiri untuk mengharmoniskan dua kisah di atas apabila dalih mereka bahwa perbedaan itu untuk saling melengkapi.
Bagi umat Kristen beriman dewasa kisah-kisah teologis di atas adalah berkat, kekayaan iman. Kitab-kitab Injil aslinya ditulis bukan untuk orang-orang Kristen Indonesia. Kitab Injil ditujukan kepada jemaat para petulis Injil masing-masing untuk menjawab pergulatan iman mereka: mengapa Sang Mesias mati?
Setiap jemaat memiliki pergulatan sendiri-sendiri. Pergulatan Jemaat Lukas tentu berbeda dari pergulatan Jemaat Yohanes. Kita beruntung menerima pelbagai kisah teologis sehingga kita tahu bahwa setiap orang memiliki pergumulan yang berbeda, tidak seragam. Ada banyak titik pandang mengenai Yesus, Sang Mesias, sehingga cara pelayanan Yesus pun beraneka ragam.
Injil Lukas memberi tempat istimewa bagi orang-orang marginal. Lukas juga memberikan standar orang Kristen kaya yang ideal. Sila kaya, tetapi harus peduli kepada kaum pinggiran.
Matius berbeda lagi. Jemaat Matius sudah mapan. Banyak intrik di dalam Jemaat. Orang berlomba menjadi pejabat Gereja. Matius tidak melarang itu, tetapi mereka harus melayani. Melayani berarti sadar bahwa majikan para pejabat Gereja itu adalah Jemaat. Dalam kenyataan di Gereja modern pendeta adalah bos atau orang-orang kaya adalah majikan para pendeta.
(22052025)(TUS)