Kamis, 22 Mei 2025

SUDUT PANDANG KUASA BERBICARA ATAU KUASA MENDENGAR, MENGULIK KISAH PARA RASUL BAB 2 :1-4, Serial Kenaikan TY Pentakosta

SUDUT PANDANG KUASA BERBICARA ATAU KUASA MENDENGAR, MENGULIK KISAH PARA RASUL BAB 2 :1-4, Serial Kenaikan TY Pentakosta

PENGANTAR
Karunia mendengar dalam konteks keagamaan sering kali disebut sebagai "ksenoglossia" atau "karunia mendengar bahasa lain". Namun, dalam beberapa tradisi keagamaan, karunia mendengar bahasa lain juga dapat disebut sebagai bagian dari glossolalia, yaitu kemampuan untuk berbicara atau mendengar bahasa-bahasa lain yang tidak diketahui sebelumnya.

Istilah yang lebih spesifik untuk karunia mendengar bahasa lain adalah "ksenoglossia", yang berarti kemampuan untuk memahami atau mendengar bahasa-bahasa lain yang tidak diketahui sebelumnya.

Jadi, untuk membedakan:

- Glossolalia: kemampuan berbicara dalam bahasa-bahasa lain yang tidak diketahui sebelumnya.
- Ksenoglossia: kemampuan memahami atau mendengar bahasa-bahasa lain yang tidak diketahui sebelumnya.

DISKUSI
 Ada diskusi menarik dalam peristiwa PENTAKOSTA, itu anugerah berbicara atau anugerah mendengar?
Krn kisah teologis dilihat dari sudut pandang LUKAS yg menulis, bisa jadi itu anugerah mendengar bukan anugerah berbicara. Telinga orang-orang biasa yg lalu lalang di celikan untuk mampu mendengar suara para murid dalam bahasa mereka, tentang semuanya diawali dari mendengar, jadi, kalau itu karunia mendengar bearti Roh Kudus berkarya pada banyak orang dalam kebedaan bukan eksklusive pada para murid, yg semuanya orang Yahudi, genre atau corak tulis penulis Injil LUKAS yg juga menulis KISAH PARA RASUL audiens nya non Yahudi, walau tetap memberi ruang pada ke Yahudian tidak seekstrem penulis Injil YOHANES yang menolak ke Yahudian artinya Roh Kudus berkarya tanpa pandang bulu, tidak pandang perbedaan tapi tidak juga menyeragamkan. Bukankah iman ditimbulkan karena pendengaran? (Roma 10:17).  Iman tumbuh dari pendengaran yg membuat orang-orang itu (3000 an) mau dibaptis. "Iman bukan karena melihat" (Faith is not by sight) adalah sebuah kalimat yang menekankan pentingnya percaya pada sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dirasakan secara langsung, tetapi yang kita percaya kebenarannya. Hal ini sangat relevan dalam konteks rohani, tetapi juga dapat diterapkan pada aspek kehidupan yang lain. Dalam agama Kristen, misalnya, iman berarti percaya pada Allah dan janji-janji-Nya, bahkan jika kita tidak melihat bukti nyata dari janji-janji tersebut secara fisik. Kita percaya pada hal-hal yang tidak dapat dilihat seperti roh, kedatangan kembali Kristus, atau kehidupan kekal. Kita seringkali hidup berdasarkan apa yang kita lihat dan rasakan secara langsung. Namun, hidup berdasarkan iman berarti percaya pada hal-hal yang mungkin belum kita lihat atau rasakan, tetapi kita tahu akan terjadi atau benar. Kita mungkin percaya bahwa matahari akan terbit besok, meskipun kita tidak dapat melihat matahari secara langsung sekarang. Kita juga mungkin percaya pada keberadaan hal-hal yang tidak dapat kita lihat, seperti cinta, keadilan, atau kebenaran. Iman memberikan harapan dan kekuatan ketika kita menghadapi kesulitan atau hal-hal yang tidak jelas. Iman juga memungkinkan kita untuk bertindak meskipun kita tidak memiliki semua jawaban atau bukti. Sementara penglihatan memberikan informasi langsung, iman memungkinkan kita untuk menerima informasi yang lebih luas dan berakar dalam keyakinan. Kita dapat mempercayai sesuatu meskipun kita tidak dapat melihatnya, dan ini adalah bagian penting dari perjalanan iman. 2 Korintus 5:7 menyatakan, "Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat". Ibrani 11:1 mendefinisikan iman sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat". Roh Kudus yg menggerakkan orang-orang ini untuk mau dibaptis, jadi gak ada itu baptisan Roh, semua baptisan adalah baptisan Roh karena Roh Kudus yg bekerja pada diri manusia, karena Roh Kudus berkarya maka orang menyediakan diri dibaptis, bukan orang mau dibaptis baru Roh Kudus ada. Ini kan sinkron dg pemahaman bahwa Roh Kudus dicurahkan ke semua bangsa, taruna-taruns, lelaki dan perempuan pada kisah Rasul 2 :17. Roh Kudus menyatukan ya bener, karena persatuan itu yg menggerakkan nurani orang yang berbeda-beda tapi punya keinginan untuk bersama dalam kebedaan, tapi orang yg ego nya tinggi gak mau denger nuraninya, artinya gak mau denger Roh, demikian hal nya orang gak mau denger nurani nya kenyataan bahwa perbedaan itu nyata, shg persatuan itu tidak menghilangkan perbedaan, itu artinya mendengar suara Roh Kudus artinya melihat kenyataan yg ada bahwa perbedaan adalah keniscayaan atau sudah dari sono nya, shg   yg diangkat kemudian beda karunia tetapi satu Roh, 1 Korintus 12 :4-11. Mungkin gereja nya banyak denominasi tapi visi dan misi nya sama, kemuliaan Kristus, keteladanan Kristus, Kristus kepalanya, jadi persatuan dalam alkitab bukan keseragaman. Nah, kalau begitu karunia berbicara atau karunia mendengar? kalau Roh Kudus berkarya dalam banyak orang, banyak suku, dlsb untuk mampu mendengar dari para murid, inilah simbol kebedaan dalam satu sabda, pas ..... dg audiens LUKAS yg non Yahudi,  bagaimana satu sabda itu di bawa dalam perbedaan suku dan bangsa, kalau itu anugerah berbicara maka fokus nya ke para murid yg notabene orang yahudi, salah satu yang dibawa dalam penulisan Injil LUKAS dan KISAH PARA RASUL itu bahwa KESELAMATAN itu UNIVERSAL, KESELAMATAN itu untuk segala bangsa, ditawarkan ke siapa saja, sila kan yang mendengar boleh menerima bahkan menolak. Itulah konsep PENGINJILAN. Jadi, karunia berbicara atau mendengar?
Betul, bisa dimaknai..... emang dua-duanya, tapi penempatannya yg harus diperjelas, agar tidak salah jemaat menangkap penempatannya, tapi ada yang khas dalam karunia mendengar dalam pengajaran iman Kristiani. Kalau fokus di para murid maka eksklusive, agak beda dg aura penulisan LUKAS, tapi kalau itu fokus pada banyak orang, apalagi non Yahudi, apalagi berbeda-beda, orang yg tidak dihitung atau masuk dalam hitungan kemesiasan Yahudi itu khas LUKAS. Betul, sebetulnya dari segi bahasa asli tidak ada penjelasan bahasa itu bahasa sorgawi, itu bahasa lumrah. Dalam Kis 2 :1-41, itu ant karunia berbicara atau karunia mendengar itu, ada yg mengatakan "loh ..... kan jelas Roh Kudus turun di atas para murid?, bearti kuasa bicara dong. Perhatikan Kis 2 : 17, Khotbah Petrus, itu Roh Kudus tercurah pada semua orang. Perhatikan di PL pada kitab Bilangan 11 :25-29, Roh Allah pun turun pada orang-orang yang tak terpilih (di luar Musa dan 70 tua-tua). Bilangan 11:27-29 (TB)
27 Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: "Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di tempat perkemahan."
28 Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" 
29 Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!" 
Perhatikan pula  Kitab Yoel 2:28-29.
Bilangan 11:27-29 (TB)
27 Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: "Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di tempat perkemahan."
28 Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" 
29 Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!" 

Perhatikan Kitab Yoel 2:28-29.

artinya, persatuan itu muncul dari orang-orang yg datang dg latar belakang berbeda-beda, Roh Allah bergerak pada mereka untuk berkarunia mendengar, shg mereka mendengar hal tsb, tapi manusia pun punya kehendak bebas untuk menolak karunia mendengar tsb (Kis 2:13). Roh Allah tercurah pada semua orang, artinya semua orang diberi karunia mendengar SABDA tapi perkara menerima atau menolak itu keputusan pribadi, itulah mewartakan Injil, tak ada pemaksaan. penyatuan umat terjadi karena ada nya keinginan yg sama untuk bersekendak dg SABDA, shg mereka memberi diri di baptis, bukan mereka dibaptis baru dapat Roh Kudus, tapi Roh Kuduslah yg menggerakkan mereka untuk membaptiskan diri dari mendengar SABDA (kasus Lydia di Kis 16:9-15). Jadi, persatuan umat itu terjadi karena Roh Kudus berkarya, umat mendengar sabda dan punya keinginan untuk bersekendak dg SABDA atau Roh Kudus. Roh Kudus berkarya, kalau umat tidak mau mendengar SABDA dan tidak mau bersekehendak dg Roh Kudus, maka persatuan dalam kebedaan umat itu tidak akan pernah terjadi. Makanya, kenapa ada kalimat kasihilah Tuhan Allahmu dg segenap hatimu, dg segenap jiwamu, dan dg segenap akal. budimu? mengasihi dg hati itu maksudnya suara Roh Kudus yg selalu berdengung dalam diri manusia, itu yg dimaksudkan dg nurani. Mengasihi dg jiwa itu maksudnya adalah menekan ego kita untuk mau bersekehendak dengan suara Roh Kudus. Mengasihi dengan akal budi, itu menggunakan akal pikiran kita yg sudah mendengar SABDA untuk mau pula bersekehendak dengan nurani atau Roh Kudus. Jadi, di satu sisi ada Roh Kudus atau nurani atau hati, ini yg dalam budaya Yahudi disebut dg Roh Allah dan disisi yang lain itu ada jiwa/ego/ ke AKU an kita serta nalar/akal Budi yg dalam budaya Yahudi dan Yunani biasa disebut KEDAGINGAN. Jadi, kenapa di Alkitab pertempuran nya antara ROH dan DAGING itu sebabnya. Sehingga, konsep Alkitab itu yg diadopsi dalam pengakuan iman rasuli itu adalah KEBANGKITAN DAGING atau KEBANGKITAN TUBUH, dimaksudkan adalah jiwa/ego/ ke AKU an kita dan akal Budi / nalar kita  (DAGING) yg sudah sekehendak dengan Allah atau Roh Kudus (ROH). Nah, dalam pemahaman Yahudi, hati, jiwa, dan akal Budi itu letak nya di perut makanya harus dikenyangkan, oleh karena itu jangan heran budaya nya adalah makan bersama yg menjadi ritual perjamuan Kudus, Yesus memberi makan, dlsb ..... untuk bisa bersekehendak dg Allah manusia harus kenyang dalam budaya Yahudi. Maka dari itu jangan heran, penulis alkitab, menuliskan bahwa Yesus berkata "manusia tidak hanya harus dikenyangkan dengan roti saja tetapi dengan FIRMAN TUHAN/SABDA (Matius 4:4), oleh karena itu juga di Alkitab tertulis, IMAN TIMBUL DARI PENDENGARAN, dan PENDENGARAN AKAN FIRMAN TUHAN (Roma 10:17). Jadi sistematika di Alkitab itu, Roh Allah bergerak dari manusia yg mendengarkan SABDA, manusia yg sudah dengar SABDA (teladan Kristus) apabila mau mengalahkan ke DAGINGAN nya yaitu menekan EGO nya (jiwa) dan menalar dg baik (akal budi), maka manusia akan bersekehendak dengan Tuhan, itu manusia mendengarkan suara ROH ALLAH, maka itu manusia mengalami KEBANGKITAN DAGING. Teologis Tubuh, kenapa Yesus naik ke surga bersama tubuhnya yg remuk redam, menjadi konsep KEBANGKITAN DAGING? karena penulis alkitab, ingin mengungkap kisah teologis, bahwa DAGING (jiwa dan akal Budi atau ego dan nalar) yang sudah bisa bersekehendak dengan Allah (dg Roh Kudus, dg meneladan Kristus Sang Sabda) itulah walaupun remuk redam tubuh nya dalam proses meneladan Kristus, ke DAGINGAN nya tetap diterima surga. Kalau karya Roh Kudus mendorong ke kesatuan jemaat, sangat setuju, tapi kalau Roh Kudus mendorong keseragaman jemaat itu pemahaman fatal. Kalau keseragaman tidak perlu ada pendewasaan gereja, tidak perlu ada manajemen gereja untuk mengelola kelompok sbg pilar gereja, apa gunanya jargon jadikanlah semua bangsa hanya jargon kosong kalau itu keseragaman. Terlampau sering, sebuah gereja mengangkat tema Roh Kudus atau Pentakosta dg kesatuan jemaat, bahkan ada yg sampai kebablasen dg keseragaman, tapi masih jarang dan langka gereja mengangkat tema Roh Kudus atau Pentakosta dg Roh yang menggerakkan manusia untuk berani menerima perbedaan, bahkan mengelola perbedaan dalam kesatuan. Kesatuan umat itu dalam hal apa sebetulnya, kesatuan umat itu dalam hal Vii dan misi meneladan Kristus Yesus, beda gak masalah, bahkan mekar pun gak masalah, yang penting tidak menumbuhkan pertikaian dan sakit hati juga Visi dan misi nya masih sama yaitu meneladan Kristus Yesus, kalau begitu mekar tidak menjadi masalah, beda gak jadi masalah, yang penting dewasa untuk tidak menganggap itu sebagai pertikaian dan sakit hati. Roh Kudus itu menggerakkan di dalam kebedaan, metafora nya sangat jelas di peristiwa Pentakosta. Sebetulnya, dimana point yg merujuk tentang kesatuan umat dari kis 2 : 1 - 41? Karena, semua nya bermakna tentang perbedaan, bahasa yg berbeda, 12 atau para murid yg berbeda karakter dan juga latar belakang yg berbeda? orang yg datang pada hari raya panen gandum (kaya lebaran yg pulang ke kampung) yg sudah berbeda kondisinya(mungkin bahkan sudah  nikah beda agama dan plg kampung), mendengar bahasa asal dimana mereka tinggal yg berbeda-beda, cuman 1 persamaannya yg mau dengar SABDA, mau dibaptis. Sebetulnya, semangat yg harus digaungkan itu semangat Roh Kudus untuk melihat perbedaan itu sebagai sesuatu yang wajar dalam hidup manusia. Sehingga ketika ada perbedaan tidak tergesa bertikai dan memasang perisai aku benar serta kamu salah, jadi .... semua bisa didiskusikan dan dibicarakan, semangat Roh Kudus seperti itulah yg sebetulnya terlihat dalam cerita Pentakosta.
(23052025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...