Rabu, 13 Agustus 2025

SUDUT PANDANG AMSAL-AMSAL DAN NEGARA KITA

SUDUT PANDANG AMSAL-AMSAL DAN NEGARA KITA

Amsal menurut KBBI memiliki arti misal, umpama, atau perumpamaan. Secara praktis, kata amsal berarti peribahasa. Dalam Alkitab, Amsal adalah salah-satu kitab dalam PL. Kata ini digunakan untuk menerjemahkan nama Ibrani kitab ini 'misyle', artinya 'amsal dari', singkatan dari misyle syelomoh (amsal-amsal Salomo) walaupun tidak semua amsal dalam kitab ini berasal dari Salomo. Penyusunan kitab Amsal berlangsung berabad-abad sejak masa Salomo dan sebagian besar pada masa Hizkia, lalu, beberapa amsal ditambahkan di masa pembuangan. W. F Albright, pakar PL mengemukakan bahwa isi Kitab Amsal atas dasar kesusastraan, harus dipandang sebagai karya sastra yang berasal dari zaman sebelum ucapan-ucapan Ahiqar yang berbahasa Aram (abad ke-7 SM). Artinya, walau baru rampung penyusunannya secara keseluruhan pada masa pembuangan tetapi penulisan amsal-amsal ini berasal dari masa yang jauh sebelumnya.

Kumpulan amsal dalam kitab ini boleh dibilang selalu relevan dari jaman ke jaman, dan untuk semua golongan, dan banyak konteks termasuk konteks kebangsaan.

Bagaimana negara akan maju menurut amsal?

Penguasa harus menjauhi kejahatan sebab "Melakukan kefasikan adalah kekejian bagi raja, karena takhta menjadi kokoh oleh kebenaran." (16:12) Jadi, para pelanggar harus dijauhi pemimpin kita agar mereka amanah (25:5). Setiap orang di negeri ini harus taat aturan, karena "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum." (29:18) 'Hukum' dalam ayat ini menggunakan kata Ibrani 'Torah' yang selain berarti 'Taurat' juga berarti 'wejangan' dari para nabi, artinya, setiap warga-negara harus menghormati hukum dan belajar dari pengalaman dan nasehat para pendahulu.
Mengapa suatu negara bisa mundur?

Ini karena ada orang-orang jahat yang "Seperti singa yang meraung atau beruang yang menyerbu, demikianlah orang fasik yang memerintah rakyat yang lemah." (28:15) diperparah oleh "pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya," (28:16). Ini terjadi karena "pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik." (29:12). Padahal "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa." (14:34). Selain itu, "Banyak orang mencari muka pada pemerintah," (29:26). Seharusnya, "Dengan keadilan seorang raja menegakkan negerinya, tetapi orang yang memungut banyak pajak meruntuhkannya." (29:4). Pemerintah sering lupa bahwa "Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah." (14:28).
Nasehat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kejujuran dan kebenaran, karena "Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat." (29:2). Pemerintah, utamanya para penguasa harus mau hadir secara nyata bagi rakyat, juga mau mengkoreksi diri sebab "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (11:14).

Bagaimana dengan negeri kita?
Di negeri kita, Kemerdekaan yang Belum Selesai

Kita sering mengibarkan bendera setinggi-tingginya, seolah warna merahnya telah benar-benar mewakili keberanian, dan putihnya sepenuhnya mencerminkan kesucian hati bangsa. Tapi di balik kibaran itu, masih ada ruang abu-abu yang tak pernah benar-benar dibicarakan.

Kemerdekaan, kata para pendiri bangsa, adalah hak segala bangsa. Tapi di jalan-jalan kota, masih ada anak-anak yang menjadikan aspal sebagai rumah dan lampu merah sebagai panggungnya meminta belas kasihan. Di desa-desa yang sunyi, sawah menguning bukan hanya tanda panen, tapi juga tanda bahwa tangan-tangan petani terus memanggul beban yang tak sebanding dengan hasilnya.

Kita bebas berbicara, tapi kadang tak bebas didengar. Kita bebas memilih, tapi sering disuguhi pilihan yang sama dengan wajah berbeda. Kita merdeka dari penjajah asing, namun belum sepenuhnya merdeka dari keserakahan dan ketidakadilan yang lahir dari saudara sendiri.

Mungkin kemerdekaan sejati bukan hanya soal berdiri di atas tanah sendiri, tapi juga soal bagaimana kita berdiri untuk satu sama lain. Bukan hanya soal mengusir penjajah dari luar, tapi juga mengusir penjajah dari dalam hati: tamak, iri, dan apatis.
Selama ruang abu-abu itu masih ada, tugas kita belum selesai. Kemerdekaan bukan hadiah yang selesai dibuka pada 17 Agustus 1945—ia adalah janji yang harus ditepati setiap hari, di setiap langkah, di setiap keputusan yang kita ambil sebagai bangsa.
Lukas 12:49-56 -- Yesus datang bukan untuk "berdamai" (sama) dengan kejahatan dan kemunafikan, tetapi untuk menentang: berani beda, berani berkonflik untuk menunjukkan kebenaran.
Yeremia 23:23-29 -- nabi itu juga menentang yang jahat, sesuai dengan pesan Allah. Mereka menentang nabi-nabi Baal yang hidup damai dengan kejahatan. 
Ibrani 11:29 - 12:2 -- beriman = berserah dan berani menentang kejahatan dengan meneladani Kristus (mata yang tertuju pada Kristus).
perdagangan lagi tidak baik-baik saja di semua sektor, malah pajak dinaikin, pajak kendaraan naik 18% pdhl kendaraan makin lama makin tua makin turun harga, kok malah pajaknya naek🙈🙊
Nah, kondisi negeri itu menjadi masalah kontekstual baginorang kristen Indonesia, Yeremia mendengungkan suara kenabian melawan kuasa zaman pada saat itu Baal, sama orang Kristen Indonesia juga harus menyuarakan swara kenabian melawan sistim yg tidak pro rakyat tidak pro orang lemah dan miskin, ıtulah bgmn orang kristen Indonesia memaknai anugerah kemerdekaan, melawan ketidakadilan dan penindasan dari yg kuat ke yg lemah, ada penindasan pajak, ada penindasan perkusi minoritas, ada penindasan kekuasaan seperti aturan hal cipta lagu, pemindahan kewenangan tanah yg nganggur 2 tahun, pemindahan kepemilikan rekening yg tidak aktif 3 Bulan, penambangan, dlsb. orang kristen harus menyuarakan kenabian dg mengkritisi sistim, bukan dg kekerasan, kebencian, dan dendam terhadap sesama manusia, baal saat itu adalah sistim yg tidak adil pada zamannya, dg adanya cara peribadatan dan penyembahan yg tidak manusiawi, itu penindasan, apa patokan kita dalam menyuarakan kenabian, ya teladan Kristus yg bisa dilihat pada Alkitab, sepertil halnya surat Ibrani, dimana saat umat pada saat itu ditindas,  kekuatannya mereka pada iman, meneladan Kristus yg mendatangkan harapan, kelak hidup bersama Kristus, kekuatan dalam menyuarakan kenabian adalah itu. Lukas 12:49-56, Yesus tidak mendatangkan perdamaian, oh ..... karena Yesus tidak mau berkompromi dengan dosa yang dilawanNya,   penindasan dan ketidak Adilan adalah lawan dari KASIH maka itu adalah dosa yg harus ditentang serta tidak boleh diajak kompromi, saat suara kenabian orang kristen Indonesia suarakan, maka dosa termasuk didalamnya penindasan dan ketidak Adilan akan mengadakan perlawanan maka itu yg dimaksud Yesus dg tidak membawa perdamaian,  bangsa kita, bangsa yg merdeka tapi kenyataan yg kita lihat banyak ketidak merdekasn terjadi di bangsa ini, contoh gamblang adalah perkusi thp minoritas, SKB 2 menteri, yg berlawanan dg UUD 45, belum lagi penerapan bbrp aturan pemerintah yg tidak pro rakyat,  bgmn gereja bersikap pd situasi ini? apakah gereja akan sibuk dg dirinya sendiri? ataukah akan peduli pada sekitar, bagaimana gereja berperan untuk mendidik umat nya menjadi bangsa yg bermartabat? umat yg selalu berpikir untuk membebaskan dan memulihkan? Menurutku,  tentang kemerdekaan anggota keluarga juga menarik sebagai langkah awal, hihi. Malah bisa bahas: kemerdekaan untuk anak" yang akan memilih jurusan, jodoh, pekerjaan; kebebasan untuk pasangan dari segala kekerasan dalam rumah tangga, bagus, tinggal dikaitkan hal-hal tsb dg swara kenabian di Yeremia, apa yg terkait dg landasan iman di surat Ibrani tental hal-hal tsb, swara kenabian yg didengungkan Yeremia tidak selalu konteksnya kritis thp penguasa tapi swara kenabian bisa juga berwujud kritisi thp tindakan-tindakan non kasih dalam kehidupan keluarga, penindasan dan ketidak adilan dalam kehidupan keluarga itu bukan kemerdekaan dalam kehidupan berkeluarga, landasan perjuangan dalam kehidupan keluarga apa? ya surat Ibrani, apa? iman meneladan Kristus, Lukas 12:49-56 mengungkap bgmn Yesus datang tidak membawa perdamaian, yah ...... Krn Yesus pasti tidak akan berkompromi dg dosa, artinya Yesus juga akan berdiri tegak menentang penindasan dan ketidak Adilan dalam keluarga, ketidak merdekaan dalam keluarga, kita udah memperdalam dua sudut pandang, sudut pandang orang Kristen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan orang kristen dalam kehidupan keluarga pada suatu bangsa, tindakan-tindakan yg diambil dari dua sudut pandang tsb, itu tindakan yg mengarahkan umat untuk menjadi manusia yg bermartabat dalam berbangsa dan bernegara, umat yang membebaskan dan memperdulikan.

Selamat menyongsong Hari Kemerdekaan RI.

(14082025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...