Pada hakikatnya musik liturgi bersifat simbolis. Musik bukan untuk membuat perayaan liturgi menjadi lebih meriah. Musik diadakan dan digunakan dalam rangka perayaan liturgi. Dengan demikian musik melayani liturgi, bukan sebaliknya.
Musik ditujukan untuk menolong mengungkapkan peran umat secara aktif. Beraneka nyanyian dan musik yang sesuai dengan tema liturgi dan tempat akan membantu umat dalam memasuki misteri iman yang dirayakannya.
Musik liturgi memerjelas Misteri Kristus. Lewat isi syairnya musik dapat ikut memerdalam misteri iman kepada Kristus yang sedang dirayakan dalam liturgi. Musik dan nyanyian liturgi harus bersyair sesuai dengan ajaran iman Gereja. Melalui melodinya musik dapat menolong umat merenungkan dan berkontemplasi tentang misteri iman yang dirayakannya. Kriteria musik liturgi bukan pada popularitas lagu, melainkan kesesuaian musik itu dengan jiwa dan misteri iman kepada Kristus yang dirayakan dalam liturgi.
Oleh karena musik liturgi melayani liturgi, maka pemusik liturgi haruslah diberi pengetahuan dasar ilmu liturgi. Pemusik liturgi yang tanpa pengetahuan dasar ilmu liturgi akan menonjolkan “keahliannya” atau performance dalam bermusik dan menelan nyanyian jemaat. Hal ini dapat dilihat di Gereja-Gereja kharismatik. Bahkan di Gereja arus-utama masih banyak terlihat seperti itu, misalnya di GKI Kebayoran Baru terutama dalam ibadah Kapal Minggu, yang pemusik dan pemandu nyanyian menelan nyanyian jemaat. Perayaan liturgi menjadi Konser Musik Minggu dengan uang kolekte sebagai penebus harga tiket.
(12082025)(TUS)