GKJ secara tradisi menajuk Minggu Pentakosta sebagai Riyaya Unduh-Unduh Gerejawi. Sepanjang ini liturgi Riyaya Unduh-Unduh secara khusus bercorak budaya Nusantara. Apakah ini bentuk kontekstualisasi?
Kontekstualisasi bukanlah arkaisme dan modernisme. Apabila tradisi dibangkitkan lagi, maka itu bukan dalam rangka membuat orang menjadi tradisional, tetapi dalam rangka pengakaran, dalam rangka martabat atau harga diri manusia. Hal yang sama berlaku bagi masalah modernitas. Hal ini bukannya dalam rangka meniru orang Barat atau liberalisasi begitu saja, melainkan dalam rangka martabat atau harga diri manusia.
Satu hal yang tidak dapat kita tolak dan mungkiri sebagai kenyataan sejarah bahwa gereja-gereja hadir di Indonesia lewat misionaris-misionaris dari Barat. Usaha kontekstualisasi bukan merupakan penolakan masa lalu. Yang mesti kita tolak ialah menjadikan masa lalu itu sebagai ukuran mutlak kebenaran.
Secara sederhana kontekstualisasi dimengerti sebagai usaha menghayati harga diri dan jatidiri sebagai orang Kristen Indonesia yang benar-benar Kristen dan sekaligus benar-benar orang Indonesia.
Tradisi ini tentu dalam rangka kontekstualisasi secara afirmatif sehingga usaha menghayati harga diri dan jatidiri sebagai orang Kristen Indonesia yang benar-benar Kristen dan sekaligus benar-benar orang Indonesia adalah upaya terus-menerus. Sayangnya homili dari pemimpin ibadah kadang merusak liturgi bercorak budaya nusantara ini. Homili hafalan berupa parafrase teks.
(04082025)(TUS)
Tulisan kadaluarsa yg lupa diupload🤭😁