Banyak orang Kristen menyukai hal-hal yang tampak sensasional. Misal, mendengarkan “kesaksian” orang-orang Kristen baru konversi dari agama bukan-Kristen. Contoh lain adalah melihat pendeta-pendeta yang menampilkan “penyembuhan ilahi”. Mereka merasa “diberkati” oleh hal-hal yang tampak sensasional itu. Iman bertambah tebal.
Orang-orang Kristen bertipe Kristen 𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘪𝘴𝘩 ini memang sulit diajak lebih sedikit berpikir bahwa ada yang jauh lebih hakiki. Pada sisi satu mereka suka memamerkan bahwa mengikut Yesus itu berat, pada sisi lain diajak lebih sedikit berpikir saja sudah menolak karena tidak mau yang berat-berat. Padahal berpikir itu perintah langsung dari Yesus untuk menggunakan segenap akal-budi.
Hari ini adalah Minggu kesebelas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Lukas 13:10-17 yang didahului dengan Yeremia 1:4-10, Mazmur 71:1-6, dan Ibrani 12:18-29.
Bacaan Injil Minggu ini perikopnya diberi judul oleh LAI 𝘔𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵.
𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵. (ay. 10) 𝘋𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘳𝘰𝘩 . 𝘗𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘶𝘯𝘨𝘬𝘶𝘬 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘨𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪. (ay. 11) 𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘏𝘢𝘪 𝘪𝘣𝘶, 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘣𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘮𝘶." (ay. 12) 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. (ay. 13)
𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬, "𝘈𝘥𝘢 𝘦𝘯𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪-𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵." (ay. 14) 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘏𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯? (ay. 15) 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘦𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯𝘢𝘯 𝘈𝘣𝘳𝘢𝘩𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘪𝘣𝘭𝘪𝘴. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵?” (ay. 16) 𝘞𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘐𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢. (ay. 17)
Apa nasabah pengantar yang saya buat di atas dengan bacaan Minggu ini? Judul perikop yang diberi oleh LAI dapat mengecoh pembaca. Pembaca 𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘪𝘴𝘩 akan menekankan pada penyembuhan perempuan yang 18 tahun menderita penyakit punggung. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Penyakit menahun dapat sembuh. Amin? Amiiiin! Apakah petulis Injil Lukas hendak menyampaikan penyembuhan itu sebagai pesan utamanya?
Perikop di atas adalah bahan khas Lukas. Artinya tidak ada kisah tersebut paralel dengan bacaan dalam kitab-kitab Injil lainnya. Bahkan kisah itu tidak ada di dalam Injil ekstra-kanonik seperti Injil Thomas.
Sudah cukup banyak penginjil Lukas mengisahkan karya penyembuhan oleh Yesus sebelum perikop ini. Untuk apa lagi Lukas menekankan karya penyembuhan dalam perikop Minggu ini? Sangat bolehjadi ada hal lain yang hendak disampaikan oleh Lukas. Apa tanda atau petunjuk bahwa Lukas hendak menyampaikan hal lain yang jauh lebih penting?
Mari kita baca lagi ayat 14. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘢𝘥𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵, 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬, "𝘈𝘥𝘢 𝘦𝘯𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪-𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵." Argumen kepala rumah ibadat itu sangat logis. Tidak ada urgensi atau tidak ada situasi darurat bagi Yesus menyembuhkan penyakit perempuan itu. Masih dapat ditunda.
Sekarang kita lihat tanggapan Yesus pada ayat 15, " 𝘏𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬 …” Argumen Yesus di Lukas 13:15-16 tidak menjawab argumen yang diajukan kepala rumah ibadat yang mengatakan, “𝘜𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘱𝘢? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘴𝘵𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵?”. Alih-alih menanggapi argumen itu, Yesus menyerang para penyembah Sabat itu sebagai orang-orang munafik, “𝘏𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯?” (ay. 15).
Pada Sabat orang dilarang bekerja. Memberi minum ternak pada Sabat adalah bekerja. Mereka (yang Yesus sebut orang-orang munafik itu) menelikung atau mengakali hukum itu. Pemelihara ternak tidak memberi ternaknya minum, tetapi melepaskan tali ternaknya dan membawanya ke tempat minuman. “𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵, 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘬-𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘭𝘩𝘰! 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮!” Kira-kira seperti itu cara mereka membengkokkan hukum Sabat. Yesus mengecam akal-akalan itu sebagai kemunafikan.
Di dalam argumen berikutnya (ay. 16) Lukas membandingkan dua hal.
▶️ Kesatu, durasi pengikatan: satu hari (Sabat) dan 18 tahun.
▶️ Kedua, objek yang diikat: ternak dan perempuan keturunan Abraham. Keturunan Abraham adalah ahli waris janji Allah kepada Abraham (Luk. 1:55).
Lukas berkisah tentang penyembuhan di rumah ibadat pada hari Sabat sebanyak dua kali (Luk. 6:6-11 dan bacaan Minggu ini). Dalam kedua cerita itu penyembuhan terjadi atas prakarsa Yesus sendiri. Kedua orang yang disembuhkan itu hanya pasif di dalam cerita. Mereka bahkan tidak minta disembuhkan. 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗶𝗻𝗶𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗶𝘁𝗶𝗸 𝗽𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮.
Sesudah peristiwa penyembuhan, terjadilah perdebatan atau konflik antara Yesus dan para lawan-Nya. Dengan kata lain penyembuhan pada hari Sabat di rumah ibadat itu merupakan sarana provokasi Yesus untuk memicu konflik dan perdebatan dengan para lawan-Nya. Penyembuhan itu pada dirinya bukan hal yang penting dalam cerita. Ibarat baris-baris pantun, penyembuhan itu hanya sampiran sebagai pengantar untuk menyampaikan isi pesan pantun sesungguhnya.
Kepala rumah ibadat dan para penyembah Sabat sangat memahami hukum Sabat. Mereka membengkokkan hukum Sabat untuk kepentingan mereka sendiri. Ada contoh nyata seorang yang sudah tidak memenuhi syarat menjadi pendeta di satu Sinode, ada kasus perselingkuhan, kasus keuangan, dlsb. Preman-preman Gereja yang menjadi pejabat gerejawi membengkokkan aturan dengan bersekongkol dengan pembiaran akan semua itu, didampingi tidak apalagi ditegurpun tidak, kita terus mengungkap kepengecutan kita dg "JANGAN MEMBUKA AIB PENDETA", pdhl kalau ada aib pada jemaat, dah ....... sebegitunya. Sungguh tak malu pejabat gerejawi berkhotbah tentang moral, sedang mereka sendiri tak bermoral. Sudah sepantasnya Yesus kesal, “𝘏𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬!”
(24082025)(TUS)