Sabtu, 23 Agustus 2025

SUDUT PANDANG PERLAWANAN POLITIK SEORANG KRISTEN, SISI TAFSIR WAHYU 13

SUDUT PANDANG PERLAWANAN POLITIK SEORANG KRISTEN, SISI TAFSIR WAHYU 13

 Sebagian banyak gereja menghindari kalau itu urusannya sudah politik, ya ... apalagi mengenai tentang perlawan politik seorang Kristen atau misalnya kita membaca Wahyu dalam 13 ini dalam konteks lokal dan juga global, itu adalah sebuah perlawanan politik, Yohanes ketika diasingkan di pulau patmos dan dijaga ketat. Sepertinya kita selama ini  mendengarkan khotbah dari pendeta, baik Bapak atau Ibu Pendeta, atau di gereja dalam komunitas kita, dalam PPA, dalam persekutuan kita bahwa Wahyu 13 hanya serta-merta sebagai kitab akhir zaman.  Tapi pada hari ini, kesempatan kali ini kita akan mendengarkan dari sudut pandang berbeda, mari kita lihat apa sebenarnya yang bisa kita lihat, dari sudut pandang yang lain dari Wahyu 13 ini. Apakah betul perlawanan politik? Eh ... seorang Kristen bisa juga berpolitik? atau bagaimana sebaliknya dari Wahyu 13 kita akan telaah, tafsir dan argumentasinya nanti secara rinci dan detail. 

  bagaimana apokaliptis dan perlawanan politik, menjadi sudut pandang (ciiiii yeeeee ... saya juga punya materi tulisan dg judul SUDUT PANDANG) membaca Wahyu 13 dalam terang teologi harapan dan perlawanan simbolik dalam konteks lokal dan global. Lalu lokal yang dimaksud ini dalam konteks gereja injili karena saya mewakili denominasi baptis injili atau calvinist injili (bukan GKJ, karena saya warga GKJ tetapi mengajar di STT BAPTIS INJILI) maupun juga dalam konteks Indonesia umumnya dan kita melihat dari aspek global tentu dalam konteks nasional bangsa Indonesia juga kita akan melihat ya. Nah, yang pertama itu masuk abstrak ya,  Kita masuk dalam abstrak. Nah, di sini pembahasan kita  hari ini mengkaji bagaimana apokaliptisisme dan perlawanan politik yang bisa kita baca dalam narasi Wahyu 13 ini di mana pada intinya merupakan resistensi terhadap penindasan struktural ya, penindasan struktural. Jadi  ada simbol yang menarik di situ, simbol binatang ya, baik yang muncul dari dalam laut maupun juga yang muncul ee dari dalam bumi. di mana sebetulnya ini simbol untuk mencerminkan kekerasan politik dan ekonomi baik dari yang dijalankan oleh pemerintah kekaisaran Romawi atau juga mendapat legitimasi dari ee agama. Nah, agama yang di sini dimaksudkan di sini agama palsu, ya. agama palsu. Nah, kita di sini dalam bagian abstrak ini secara singkat apokaliptisme dalam Wahyu 13 sebetulnya dalam penafsiran yang saya tekankan dia membangkitkan teologi harapan yang mendorong ketahanan iman orang Kristen dan keberanian terutama untuk melakukan Lakukan resistensi perlawanan bukan dengan cara kekerasan tetapi melalui non kekerasan ya. Non kekerasan dalam bentuk kesaksian iman, dalam bentuk liturgi yang membebaskan, dan juga dalam bentuk advokasi sosial. Nah, diharapkan dari kajian kita sore hari ini bisa memberikan kontribusi pada pengembangan teologi Perjanjian Baru dengan memberikan penafsiran kontekstual atas Wahyu 13. Sekaligus menurut saya memperkaya gereja dan masyarakat dalam membangun keberpihakan kepada keadilan, perdamaian secara aktif. di tengah-tengah realitas kita masa kini ya, baik tingkat lokal, nasional, maupun juga ee global. Jadi intinya apokaliptisme di sini dia bukan bicara tentang hal yang bersifat masa depan saja, tapi dia memberi juga harapan dan aksi-aksi masa kini yang konkret yang sifatnya non kekerasan. Nah, di bagian pendahuluan ini ada beberapa hal yang ee penting untuk kita tekankan, yaitu ee terkait apa inti dari percakapan kita, rumusan masalah apa yang bisa kita munculkan dari pembahasan kita sore hari ini. pertama itu bagaimana penafsiran Wahyu 13 diterapkan pada konteks kekinian. Lalu kedua, apa hubungan apokaliptisme Perjanjian Baru dan aksi politik gereja? Lalu ketiga, dan ini juga penting nanti dibahas dalam bab 4, bagaimana simbol binatang menjadi kritik kekuasaan penindas baik dari ee pemerintah, pemegang kekuasaan atau juga lembaga agama. Ya, jadi pemerintah disimbolkan sebagai binatang yang muncul dari dalam laut dan simbol kekuasaan agama palsu itu muncul dari dalam bumi. Nah, ini hal yang menjadi permasalahan kita dan kita akan nanti menjawab seluruh permasalahan ini dalam ee bagian-bagian yang kita buat. Nah, apa tujuan dan manfaat dari ee pembahasan kita sore hari ini? Dan saya pikir ee Lembaga Alkitab Indonesia memberikan apa satu kesempatan yang luas dan terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia yang beragama Kristen atau tidak untuk bagaimana mendalami Wahyu 13 ini secara kontekstual. Jadi tujuannya ada dua, bagaimana menafsir Wahyu 13 secara kontekstual. Kedua, bagaimana kita mengkaji apokaliptisme ini dan aksi apa yang bisa dibuat oleh gereja masa kini ya, baik dari konteks lokal di Indonesia Timur atau secara nasional maupun juga global. Nah, manfaatnya adalah mendorong pembangunan atau membangun persepsi teologi harapan atau paradigma teologi harapan sebagai kekuatan resistensi ya, kekuatan perlawanan. Artinya gereja tidak takut. Gereja berani menyuarakan suara profetik kenabian yang sifatnya non kekerasan ya berdasarkan ee apa yang nanti kita pelajari hari ini dari Wahyu 13. Nah, sebetulnya ini sudah ada banyak apa studi ya, studi literatur terkait topik kita ini ya. Studi literatur yang menarik terkait topik ya. Dan itu misalnya ahli-ahli seperti Coaster, Bauham, Moltman, Bossa, Fiorenza dan masih banyak lagi ya karena waktu saya tidak akan sebut satu-satu tapi intinya para teolog atau para penafsir ini mau menegaskan bahwa kitab Wahyu, terutama Wahyu 13 ini sebagai sebuah ee teks perlawanan simbolik dan harapan ya sebagai ee teks perlawanan simbolik dan harapan. Nah, ini teks yang kita pakai di sini tentu saja terjemahan baru dua ya. Dan ini saya lihat ee agak beda terjemahan ee baru dua dengan terjemahan yang apa yang pertama itu atau yang lama. karena ee dari struktur kata dan gramarnya sudah lebih diperbaiki ya diperbaiki dengan baik dan ini saya senang ya sebagai seorang ahli perjanjian baru saya sarankan Bapak Ibu kalau bisa memiliki ya kitab terjemahan baru Dua ini karena terjemahannya sudah lebih bagus, lebih mantap, lebih kontekstual juga ya. Lebih kontekstual. Nanti sebentar kita akan lihat bagaimana ee ada perubahan-perubahan mendasar yang kuat dan menarik menurut saya. Nah, kita lihat juga nanti ada GF dari ee studi-studi dari ahli-ahli terdahulu yang memberikan cela untuk saya bisa memberikan sumbangsi ya untuk bisa menjabatani kekurangan-kekurangan dari studi terdahulu ya sehingga ilmu pengetahuan yang kita pelajari ini berkembang ya dia makin maju, dia makin ee ee ee berkembang ya satu dengan yang lain. Nah, penting sekali ee kita meneliti teks ini karena ee membaca Wahyu 13 ini ee orang juga membaca dalam berbagai-bagai perspektif ya, perspektif atau paradigma-paradigma tertentu dan kadang juga orang bisa saja menyalahgunakan teks ini untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Nah, ini yang ee melalui kajian kita sore hari ini. Saya mau menegaskan ya, bahwa Wahyu 13 ini bukan hanya sekedar sebuah teks apokaliptik ya masa lampau, tetapi sebagai narasi yang memiliki kekuatan simbolik untuk menafsirkan realitas ya, penindasan politik, ketidakadilan struktural, dan kekerasan sistemik ya dalam konteks lokal maupun juga global yang terjadi. Nah, ini yang ee kita lihat ya. Jadi dalam bidang Perjanjian Baru pendekatan ini akan memperkaya pembacaan apokaliptis Sisis B ini secara konstruktif ya, pembacaannya secara konstruktif. menjauh dari tafsir yang sifatnya spekulatif ya, yang semata-mata menuju pada pembacaan yang ee akan mendorong kita untuk membangkitkan teologi harapan. Ya, teologi harapan dan sekaligus perlawanan simbolik bagi komunitas atau bagi gereja-gereja yang mengalami penindasan tekanan. dari berbagai-bagai pihak ya, baik di konteks lokal kita atau juga konteks nasional maupun juga ee konteks global. Nah, ini ini yang menjadi kepentingan kepentingan dari ee studi kita atau pembahasan kita sore hari ini. Jadi, pertama itu ee tentu saja akan memperkaya pemahaman apokaliptisme ini secara kontekstual. ini kita harapkan ya. Jadi bagaimana kita memindahkan ee apa mempelajari studi wahyu dari tafsir literalistik ya ke tafsir simbolik yang membebaskan. Jadi kita bisa juga menafsir secara literal, tetapi kita juga punya peluang untuk menafsir secara simbolik yang sesuai dengan konteks perlawanan terhadap kuasa yang menindas. ya memperlihatkan relevansi teologi apokaliptik dalam membangkitkan harapan yang aktif bagi gereja-gereja masa kini di tengah-tengah penindasan. Nah, kontribusi pada kajian teologi politik dalam Perjanjian Baru ini ini ee tidak bersifat netral secara politik. Jadi, gereja tidak bisa bilang, "Ya, kami netral saja. ada masalah di bangsa kita, kita netral. Tidak bisa demikian ya kalau kita membaca ee kitab Wahyu, melainkan seruan untuk perlawanan terhadap ideologi kekeseran dan ketidakadilan. dan bagaimana menuntun gereja untuk ya tetap sebagaimana panggilan Kristianinya menyuarakan suara profetis ya dalam menghadapi ketidakadilan yang sedang dihadapi ee pada masa sekarang. Nah, lalu ee bagaimana juga ee menghubungkan teologi harapan dan praksis iman ini yang ee menjadi ee hal serius menurut saya dari nanti kita menafsir ee teks ini dari literatur-literatur belum membicarakan ini. Saya justru mau mendorong supaya tafsir ini akan memberikan ee harapan teologi harapan dan praktisi iman. Artinya dengan fokus pada teologi harapan dan perlawanan simbolik, kajian kita sore hari ini sangat penting karena mengintegrasikan iman dan tindakan dalam kerangka teologi perjanjian baru yang sifatnya kontekstual. sehingga teologi tidak hanya menjadi wacana abstrak ya abstrak melainkan menjadi dorongan praksis yang sifatnya ee transformatif ya. Lalu juga yang penting menurut saya dan ini bagian yang keempat yaitu mendorong relevansi teologi bagi masyarakat. Selama ini kan kita pikir wahyu itu hanya masa lalu atau dia hanya nubuatan masa depan. Tidak sebetulnya. Jadi kajian kita mau membangun dasar bahwa teologi Perjanjian Baru harus menjadi sumber kekuatan bagi gereja ya, bagi iman gereja dalam membaca tanda-tanda samaan dan bertindak untuk keadilan ee sosial. Nah, ini yang menurut saya hal-hal yang ee penting. Jadi kalau kita lihat misalnya ee studi ee dari ahli-ahli waktu lalu itu ya studi-studi terkini ya terkait topik kita ini misalnya dari apa dari tahun 2024 itu ya the book of revelation dan and resistance ya itu eh dia membaca Wahyu 13 itu sebagai narasi resistensi Ya. Jadi keterbatasan dari studi ini ialah kurang analisis akademik ya. Dan sebagai seorang akademisi ya tolok saya ingin memberikan pembahasan kita sore-sore ini untuk mengisi kekosongan ini. Bagaimana analisis akademik bisa ee memberi ruang dan penafsiran yang ee tepat ya terhadap teks Wahyu 13. juga ada dari Ridel studi tahun sebelumnya yaitu judulnya apocalyptic politics. Ya, jadi temuan utama yang dilakukan oleh Ridlal ini adalah asal usul apokaliptik sebagai respon penindasan. Nah, keterbatasan dari studi dari ridel ini dia tidak fokus ke Wahyu 13 ya. Sebagaimana sore hari ini nanti kita akan fokus secara mendalam juga. Ada studi dari Lauren L. Johnson dan kawan-kawan ya, yaitu Wahyu 13 sebagai panggilan resistensi non kekerasan. Nah, ini saya ambil ya, ambillah hal yang berguna. memang ee dia keterbatasan dia adalah kurang padaasikan bagi konteks lokal. Bahkan juga saya mengaplikasikan ke konteks global supaya kita lihat bagaimana bukan hanya kita lokal yang memperjuangkan ini tapi juga konteks global orang sudah perjuangkan. Nah, ini yang keterbatasan ini yang saya mau ee jembatani. Lalu juga dari ee Heri Sutanto ya, Heri Sutanto 2003, apokaliptisme untuk transformasi sosial. Ya, jadi memang keterbatasan dari studi ini ialah hanya fokus pada pastoral ya. fokus pada pastoral dan bukan pada hermonitika ee kritikal. Nah, saya menjabat tadi ini dengan bagaimana menafsir secara hermonitika kritikal. Lalu terakhir itu dari Alexander Nale 2024, teologi harapan Wahyu 13 di NTT. Ya, ini juga menarik studi yang menarik namun keterbatasannya kurang strategi implementasi praktis. Bagaimana strategi implementasi praktis dia tidak bicara. Nah, sore hari ini saya akan bicara bagaimana strategi apa yang bisa kita bangun untuk implementasi dari ee Wahyu 13 ini. Nah, tentang metodologi bagaimana ini ee bisa kita capai tujuan-tujuan yang tadi ee dan manfaat yang kita bahas tadi panjang lebar itu. Maka metode yang saya pakai di sini adalah metode kualitatif, ya. Metode kualitatif. Nah, jadi ada pendekatan di sini adalah pendekatan studi biblika ya yang menghubungkan bagaimana hermonitika kritikal ya dan teologi kontekstual ini bisa di ee dijadikan sebagai cara pendekatan untuk kita memahami Wahyu 13 ya. Dan pendekatan ini memungkinkan kita membaca W 13 dalam konteks latar belakang penindasan kekaisiran Romawi dan bagaimana kita bisa menghubungkan dengan penindasan struktural masa kini. ya dalam konteks lokal di Indonesia Timur atau Indonesia umum ya secara nasional maupun juga dalam konteks global. Nah, ini metode yang ee kita mau pakai ya. Contohnya kalau di file Word itu ada penjelasan yang lebih rinci, tapi untuk kepentingan ini apalagi waktu kita terbatas di ee live di kanal YouTube live ini, maka saya ee persingkat saja artinya inti dari metodologi ini jalan untuk kita mencapai tujuan ya pembahasan untuk mencapai intinya ee di situ. Nah, nah ini jenis pendekatan sudah usah kita lompat saja. Nah, ini kita sudah masuk pada mau masuk pada bab 4 tapi seperti janji saya tadi kita jeda dulu. Saya kembalikan kepada Pak Riko untuk menyampaikan informasi-informasi penting ya yang berguna yang ee la kerjakan dan membawa manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia terutama bagi orang-orang Kristen di berbagai-bagai pelosok di seluruh negeri. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangga sampai Rote. Silakan Pak Riko. >> Iya. Terima kasih Pak Pendeta Metan untuk penjelasan sahabat Alkitab. Kita akan melanjutkan ee materi seminar dari Bapak Pendeta Mesakdetan. Tapi sebelum itu kita akan mendengarkan informasi lainnya lagi dari Lembaga Alkitab Indonesia. Sepoi-sepoi angin pantai menyibak wajahku. Aku terkagum oleh dua mobil yang menghampiriku tepat di pukul 415 menit. Hati yang gelisah menjadi damai seperti embun pagi yang menguap oleh terik mentari di sudut rumah di kampung kecil Amarasi Timur. Seterca harapan telah membuat kami tersenyum kembali untuk menumbuhkan tunas dari tanah kering di sini lewat buku hitam tua yang hari ini kami dapat Alkitab kami menyebutnya. >> Kebetulan jemaat kami Tembang Mahat adalah bisa disebut rata-rata jemaat baru Kristen baru ya. Anak awalnya Desa Tumambahan ini banyak beragama Hindu Keharingan. Oleh sebab itu ee Lembaga Alkitab Indonesia sangat penting sekali memberikan bantuan kepada jemaat di sini. Kami ucapkan terima kasih banyak agar jemaat yang baru di tempat ini bisa memahami, bisa belajar tentang pentingnya firman Tuhan. Pada tahun ini, Lembaga Alkitab Indonesia kembali mengajak kita semua untuk mendukung pengadaan 155.000 eksemplar Alkitab dan bagian-bagiannya di daerah berikut ini. Murung Raya Malang bagian selatan Sumbawa Sumba Barat Daya Laje Lamaholot Wejewa Pulau Taliabu Pulau Buru, Pulau Seram Timur Leste, Walak, Asmat, Kamoro dan tanah miring Merauke. Saya sebagai hamba Tuhan atau gembala merasa bersyukur sekali karena selama ini kami sangat sukar dan sulit untuk memiliki yang namanya Alkitab. Ini sukacita besar kiranya Tuhan terus memberkati Lembaga Alkitab Indonesia dan terus menjadi berkat dalam satu dalam kasih bagi wilayah-wilayah terluar di Indonesia. Dalam bahasa Biak J Suba, Suba. Jo. Tuhan memberkati lembaga Alkitab Indonesia. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati. Ye. Sahabat Alkitab, video yang telah kita saksikan bersama tadi merupakan salah satu program lainnya dari Lembaga Alkitab Indonesia, yaitu SAT satu dalam kasih atau SDK. di mana program ini adalah untuk membagikan ee Alkitab-alkitab kepada mereka yang belum memiliki Alkitab ee secara mandiri agar mereka bisa membaca Alkitab atau firman Tuhan secara mandiri. Dan ee hubungan antara video pertama yang tadi di awal seminar tadi adalah Syfony of Hope adalah untuk penggalangan dana dan SDK merupakan programnya yang kita sudah saksikan bersama tadi untuk membagikan Alkitab secara gratis kepada saudara-saudari Kristiani kita baik yang beragama Protestan maupun Katolik sampai ke pelosok-pelosok negeri ini. Karena siapapun berhak untuk membaca Alkitab ee dengan secara mandiri agar iman mereka dapat bertumbuh dan kuat di dalam Tuhan. Seperti kita bisa membaca Alkitab atas firman Tuhan ee secara mandiri. Dan itulah ee mimpi kami yang kami berharap juga menjadi mimpi kita semua agar anak-anak Tuhan hingga ke pelosok negeri dapat memiliki Alkitab secara ee sendiri-sendiri atau secara ee mandiri bisa membacanya secara mandiri. Dan bagi sahabat Alkitab yang tergerak untuk membantu lembaga bersama lembaga Alkitab Indonesia bersama-sama melayani Tuhan dalam bidang ini. Ee bisa mewartakannya kepada kerabat, kepada siapapun yang sahabat Alkitab ee kenal ataupun juga sahabat Alkitab bisa turut mendoakan program ini agar bisa tetap terus menjadi saluran berkat Tuhan. Dan bagi sahabat Alkitab yang tergerak untuk memberikan donasi bisa juga mengirimkan ke nomor-nomor rekening yang berada di akhir video tadi. Jadi bagi sahabat Alkitab yang terlewat bisa sedikit merwnya sedikit saja lalu di-pause dulu dan dicatat nomor rekeningnya. Dan bila sudah ee mencatatnya bisa transfer dan bukti transfer yang Sahabat Alkitab ee sudah lakukan bisa mengirimkannya ke ee kontak person yang berada maupun di running tex di gawai sahabat Alkitab masing-masing ataupun yang ada di kolom live chat. Gunannya adalah untuk kami bisa mempertanggungjawabkan setiap donasi yang masuk kepada kami agar kami bisa mengalokasikannya ke tempat yang tepat. Demikian sahabat Alkitab dan ee kita akan meneruskan materi yang tertunda tadi. Kita kembali kepada Bapak Pendeta Dr. Mesak Detetan untuk melanjutkan materi yang tertunda. Dan bagi sahabat Alkitab yang sudah memiliki pertanyaan bisa menuliskannya di kolom live chat karena nanti setelah sesi kedua ini kita akan berdiskusi bersama Bapak Pendeta Dr. seminar kita pada hari ini. Jadi kita akan memprioritaskan pertanyaan-pertanyaan yang ee terkait dengan seminar ini, Pak Pendeta, nanti di akhir atau di sesi diskusi. Jadi, bila Sahabat Alkitab sudah memiliki pertanyaan, silakan menuliskannya saja karena pasti akan dijawab oleh Bapak Pendeta Dr. Mesakdetan di sesi diskusi nanti. Dan kita akan kembalikan kepada Bapak Pendeta Dr. MAK untuk melanjutkan materi yang tertunda. Silakan, Pak Pendeta. >> Baik, saya share kembali. Iya. Jadi bisa dilihat ya ee share screen saya sudah ya. >> Iya jelas Pak. Silakan Pak >> I. Baik. Jadi kita masuk di bagian pembahasan dan ini yang ee menarik bagaimana ee kita menafsir ee teks ini bukan hanya dari segi apa ya historis masa lalu saja. tetapi juga kita menafsir dari apa makna simbol ya simbolik dari kata binatang itu ya. Jadi ee apa yang saya sebut sebagai kita mencoba untuk membangun pendekatan hermenitika kritikal. Jadi simbol binatang di sini ya sesuai dengan para penafsir ya. terdahulu ya itu dia adalah simbol dari kekuasaan penindas menunjuk kepada pemerintah kekaisaran Romawi pada masa itu. Dan dalam konteks kitab Wahyu, siapa kaisar yang berkuasa itu? Kebanyakan para ahli perjanjian baru sepakat yaitu menunjuk kepada kaisar Domitianus ya. Dan ini kaisar yang juga menuntut ee penyembahan diri dirinya sebagai Tuhan dan Allah atau dalam bahasa Latin menyebut diri sebagai dominus et deus ya Tuhan dan Allah. Nah, simbol binatang ini sebetulnya relevan dengan konteks kita masa kini, baik dalam konteks lokal, nasional, bahkan juga dalam konteks global. di mana dia relevan atau menuju kepada kekerasan politik ya yang menindas, menunjuk pada ekonomi yang menindas ya yang hanya menguntungkan para konglomerat dan membuat menderita rakyat jelata dan juga relevan dengan korupsi yang meraja lela. Ya, dalam konteks nasional kita lihat bagaimana ada korupsi di Pertamina. ya ada korupsi di pertambangan bagaimana eksploitasi alam yang merusak di raja emp raja empat ya kemudian mendapat kritikan dan pemerintah mendengar suara profetis gereja dan para aktivis LSM sehingga ada perubahan. Nah, ini sesuatu yang menarik ya. Jadi simbol binatang di sini sebetulnya adalah aliansi antara kekuatan politik dan agama palsu. Ya, kekuatan politik di sini adalah disimbolkan binatang yang muncul keluar dari dalam laut itu. Ya. Dan agama palsu itu adalah simbol dari binatang yang keluar dari ee dalam bumi. Ya. Jadi ini Wahyu 13 ini dapat dipahami sebagai sebuah representasi kuasa penindasan struktural ya masa kini. adanya ketidakadilan ekonomi ya, kekerasan politik dan sistem oligarki ya yang menindas masyarakat kecil marginal dalam konteks Indonesia Timur ya ini bisa binatang yang diidentifikasi pada praktik korupsi, eksploatasi sumber daya kebijakan kebejakan publik yang tidak adil yang justru memperpara kemiskinan struktural. Nah, ini yang ee bisa menjadi ee permasalahan dari dari teks kita ini ya. Ini ada bahasa Yunani di sini. dia sudah berubah ketika dia buat apa apa di over ke apa powerpoint ini mungkin dia tidak kenal tadi saya sudah ubah tapi ketika dia tampil di sini dia berubah lagi. Tapi yang dimaksud di situ adalah Trion ya. Trion ini diita apa dalam Yunani tapi dibuat dalam bahasa Latin. Seharusnya dia punya teks ini diubah dalam font ya, font bahasa Yunani tapi sebenarnya dia menunjuk pada kata Trion binatang itu ya. Jadi Wahyu terjemahan apa baru 2 TB2 ini kita lihat misalnya kita ambil saja teks pasal 13 ayat 1 sampai 3 ya. Sebenarnya kita bisa bahas lebih mendalam seluruh teks teks ini ya dari pasal 1 eh pasal 13 ayat 1 sampai 10 itu bagian yang pertama binatang dari dalam laut dan pasal 13 ayat 11 dan seterusnya binatang yang keluar dari dalam bumi. Nah, ini kita tidak bahas semua ayat perayat. Kita ambil contoh tiga teks eh tiga ayat ini untuk dibahas lebih secara mendalam ya. Nah, terjemahan baru dua ini menarik ya. Ini dia menarik. Jadi ini teksnya saya ambil kutip dari terjemahan baru dua ya. Lalu aku melihat seekor binatang trion itu keluar dari dalam laut bertanduk 10 dan berkepala tujuh. Di atas tanduk-tanduknya terdapat 10 mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujan. Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul dan kakinya seperti beruang dan mulutnya seperti mulut siga. Naga itu memberikan kepadanya kekuatan dan tahtanya dan kekuasaannya yang besar. Ya. Lalu tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya. Tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia hirang, lalu mengikuti binatang itu. Ya, lalu seluruh dunia mengikuti ee binatang itu. Nah, di sini ee kalau kita lihat ee simbol dari laut ya, Hetalasa ya. di sini bahasa Hetalasa itu ee dalam simbolik apokaliptik Yahudi itu sering diartikan sebagai kekacauan ya. Hetalasa itu adalah simbol dari kekacauan ya atau kekuatan jahat atau bisa juga kekuatan asing ya. Misalnya dalam Daniel ya kitab Daniel pasal 7 ya ayat 2 sampai 3 ya. Nah, dalam Wahyu 13 ini, binatang laut mewakili kekuasaan politik ya, yang brutal ya, politik yang brutal. Bagaimana Domotianus bisa tangkap orang-orang Kristen yang tidak mau menyembah dia patung-patung yang dia ciptakan supaya orang sembah dia? itu orang Kristen ditangkap, diadu dalam arena ya dengan binatang-binatang buas ya atau di cungkil matanya atau dibakar hidup-hidup ya dijadikan sebagai lilin atau benda penerang di malam hari supaya membuat orang Kristen takut dan terpaksa harus menyembah kaisar. Nah, ini dalam konteks ini simbol binatang dari dalam laut ini adalah menunjuk kepada kekeseran Romawi ya di bawah kekuasaan Domitianus yang sangat jahat ya dan sangat menindas ini ya. Dan dalam tafsir kita modern ya, laut juga bisa dilihat sebagai sumber ideologi atau sistem dunia yang menentang Tuhan Allah. Ya, artinya kalau misalnya kalau kita baca Roma 13 ya dari Rasul Paulus ya, kitab Roma 13 dia sudah katakan bahwa pemerintah itu berasal dari Allah. dan menuntut orang Kristen taat. Pemerintah adalah hamba Allah yang menjalankan keadilan, yang menjalankan kebaikan bagi umatnya, bagi masyarakat. Jadi, bagi Paulus ada sikap kritis di sini. Sepanjang pemerintah menjalankan keadilan Allah, sepanjang pemerintah mendatangkan kebaikan bagi rakyatnya, rakyat harus taat. Tapi ketika ada sifat kritis yang Paulus sebetulnya angkat juga dari Wahyu 13. Ketika dia bukan lagi hamba Allah tapi hamba iblis, dia tidak mendatangkan kebaikan bagi rakyat tapi mendatangkan huruhara dan kejahatan, maka dia tidak patut lagi ditaati, tapi harus ada perlawanan. Ya, seperti yang disimpulkan dalam Wahyu 13 ini, ya. Jadi sumber ideologi ya dalam konteks modern atau sistem dunia yang menentang Tuhan Allah. Dan ini pemikiran ini saya bukan berasal dari saya sendiri ya. Saya harus jujur saya kutip misalnya dari eh kerai coaster ya, Revelation and the End of All things ya itu tahun 2018 ya. Jadi dia kerang begini, "The beast from the sea represent a political power that claims define authority and persecut the faithful." Ya, artinya dia mengklaim ya dia sebagai Dominus Eus, sebagai Tuhan dan Allah dan seolah-olah punya hak untuk menindas orang-orang yang setia ya, orang-orang Kristen yang setia itu. Nah, sementara yang dimaksud dengan tanduk 10 ya, kepala tujuh dan mahkota ya dalam ayat 1b ini ini juga menarik ya simbol yang menarik sebetulnya. Jadi tanduk di sini kan sebetulnya itu lambang kekuatan militer dan politik ya. Jadi dalam apokaliptik Yahudi misalnya ee Daniel pasal 7 ayat 7 makna dari tanduk itu adalah lambang kekuatan militer dan politik. Ya, itu makna dari tanduk ya. Sementara tujuh kepala di sini juga menarik bisa menunjuk kepada tujuh bukit di Roma ya. Karena keharan Romawi ini berpusat di kota Roma dan di kota Roma itu ada tujuh bukit dan ya sampai sekarang ini masih ada ya atau menunjuk kepada tujuh kekuatan besar yang menjadi sekutu penindasan ya menjadi sekutu dari kaisar apa Domitianus untuk menindas. Jadi, tujuh bukit itu dengan ee kekuatan-kekuatan masing-masing itu sebagai simbol kekuatan penindasan yang cukup besar, ya. Nah, lalu mahkota dan nama hujan di sini juga menarik ya. Mahkota dan nama hujan ya. ini binatang yang ee kalau dalam tafsir apokaliptik ya kritikal tafsir apokaliptik ini bisa menunjuk pada upaya meniru Kristus ya meniru Kristus tetapi secara palsu dengan kuasa yang mengaku diri ilahi ya tapi menghujat Tuhan Allah itu sendiri jadi Domitianus mengaku diri sebagai dominus tuan et deus tapi untuk apa? Bagaimana orang menyembah dia manusia tapi anggap diri sebagai Tuhan ya punya power punya kekuasaan ilahi yang tak terbatas. Nah, ini yang salah ya bagi orang Kristen. Zaman itu di mana Rasul Yohanes ya yang menulis kitab Wahyu ini dari Pulau Patnos, dia mengkritisi cara berpikir ee Romawi, kekesaran Romawi seperti ini. Nah, ini eh sudah dibicarakan misalnya oleh Richard Backam ya tadi sebagaimana saya kutip tadi di awal itu eh theology of the book of Revelation ya tahun 2020 ya. Jadi the bit mimix the lam ya the lem. Jadi the bit ini meniru the lem climbing the fine authority while emboiding the blaspemous power of imperial rule. Nah, ini BAM juga ee memberikan kritik ya, kritik yang tajam bagaimana kita menafsir ee teks ini. Nah, lalu juga di ayat 2 ini ada satu gabungan ya, deskripsi gabungan dari binatang ya. Deskripsi gabungan dari binatang di ayat 2 ya. kan. Jadi kalau tekst TB terjemahan 2 ee LAAI ini menarik ini ya. Dia sudah lebih disederanakan dan lebih jelas ee konteksnya ya. Jadi ini para penafsir eh penulis penterjemah TB2 ini ada dalam pikiran mereka ketika menterjemahkan teks ini menggemakan kembali Daniel 7 ya. Daniel 7 dan saya sepakat ya, terjemahan ayat 2 ini tepat sekali ya yang menggambarkan tiga kerajaan jahat. Kalau kita baca Daniel 7 itu ya tiga kerajaan jahat itu ya dan Wahyu menyatukannya menjadi satu binatang saja ya menjadi satu binatang saja yaitu sintesis dari semua bentuk kekuasaan dunia yang menindas. Ya. Jadi semua kekuatan dunia yang minid ini disatukan dalam ayat 2 ini. Jadi binatang ini diberi kekuasaan dari naga. Siapa naga? Naga itu simbol dari iblis ya, dari setan, dari iblis. Dan ini kita bisa bandung banding misalnya sebelumnya ditulis oleh penulis Wahyu ini dalam Wahyu 12 ayat 9 ya. Naga ini menunjuk kepada iblis ya. Wahyu 12 ayat ee 9. Nah, ini referensi yang saya pakai dari apa? Michael Gorman ya. Gorman Reading Revelation Responsible ya tahun 2019 ya. The hybrid beats embodies the word traits of all oppressive empires throughout history. Ya, ini menarik apa yang dikatakan oleh Gorman di sini. Jadi itu ayat 2 ya cukup jelas ya bagi kita. Sedangkan di ayat 3 ini juga menarik ya, luka yang sembuh ya, luka yang sembuh dari pemujian dunia. Ini ayat 3 ini ya. Jadi dunia heran, dunia takjub ya. Bagaimana luga itu membahayakan hidup tapi kemudian sembuh lalu orang menyembah ya mengikuti binatang itu ya. Jadi luka di sini menurut tafsir hermenutik eh kritikal yang saya kembangkan ini sebetulnya mereka mau meniru kematian dan kebangkitan Kristus. Ya, jadi Kristus kan luka disalib ya. Dia luka disalib untuk menebus dosa manusia tapi dia bangkit dari luka itu. Dia bangkit dari kematian. Namun upaya meniru di sini ini sebetulnya tipuan saja. Tipuan saja. Makanya nanti ada kolaborasi ee binatang laut ini nanti kolaborasi dengan binatang dari bumi, dari dalam bumi itu yaitu agama palsu tadi itu. Ya. Jadi j makin klop ya. Jadi dia hanya semacam parodi saja ya. Parodi dari iblis, parodi ee dari antikristus ya. perodi untuk meniru ee Kristus itu sendiri. Nah, ini bahkan dari tipuan ini ya semacam parodi ini malah dunia kagum ya. Seluruh dunia heran ya itu di ayat 3 bagian terakhir itu ya seluruh dunia heran lalu mengikuti binatang itu. Ya. Jadi dunia terkagum pada bukan pada kasih sebagaimana Yesus tunjukkan tetapi terkagum pada kekuasaan yang nampaknya tidak terkalahkan ya. Seharusnya dia mati karena luka, tapi dia sembuh dan ini dunia heran ya. dia tidak tumbang, tapi dia hidup kembali. Ya, ini jadi ini menunjukkan bahwa sebetulnya Wahyu sendiri mengakui, Wahyu 13 ini mengakui bahwa memang bagaimana sistem jahat ini tetap hidup bahkan setelah dia nampak tumbang. Jadi sistem jahat ini memang ada di sekitar kita, ada dalam konteks lokal kita, ada dalam konteks nasional kita, bahkan juga ada dalam konteks global. Nah, ini ee yang menarik ya. Jadi ini saya kutip ee mendasari pemikiran tafsir ini pada apa yang dikatakan oleh Fiorenza ya Elizabeth Schusler Fiorenza Revelation Vision of a Judge World ya tahun 2018 ya. Jadi the best wed and revive head is a satanic imitation of the lamb that was slain a false resurrection to deceive the nation. Jadi dia ee meniru ya Kristus yang juga mati ya luka dan mati tapi bangkit ya dan tapi dengan apa sebetulnya kebangkitan ini kebangkitan yang palsu menurut Fioren dan ini menipu ya menipu orang banyak. Nah ini teks kita yang ee menarik ya terkait binatang dari dalam laut ini ya. Nah, kedua ini binatang dari dalam bumi. Ya, saya ambil saja tidak semua ayat lagi untuk kita tafsir mendalaminya. Kita hanya ambil Wahyu 13 ayat 11 sampai 15. Kembali saya berpatokan pada terjemahan baru dua dan menurut saya ini terjemahan yang baik sekali karena sudah ada perbaikan-perbaikan signifikan terhadap terjemahan yang lama ya. Jadi di sini dikatakan lalu aku melihat seekor binatang Trion. Ya, itu kembali teks Yunaninya salah ketiga. Dia tidak bisa tampilkan di slide ini secara baik teks Yunaninya tidak tidak apa-apa ya. Tapi yang dimaksud di sini kata Triion ya, binatang itu yang keluar dari dalam bumi bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. Seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang yang pertama yang telah sembuh dari luka yang membahayakan hidupnya. Jadi baik ayat 11 atau ayat 12 ini sudah ada perubahan signifikan ya terjemahannya. Ada beda jauh di sini ya. Jadi kalau saudara-saudara perhatikan terjemahan lama dan terjemahan baru dua ini menarik ya. Dia lebih simpel, lebih sederhana, lebih menunjuk pada teks asli bahasa Yunaninya. Lalu di ayat 13 dikatakan, "Ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat. Bahkan Ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang tinggal di bumi dengan tanda-tanda yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Ya. Ia menyuruh mereka tinggal di bumi supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun tetap hidup. Ya, jadi di sini ada perubahan terjemahan yang menarik. Kalau di terjemahan yang lama itu dipakai kata diam ya. Di terjemahan baru dua diganti dengan kata tinggal. Dan ini menurut saya lebih tepat ya. Diam dengan apa? Tinggal agak beda maknanya. Kalau diam seolah-olah dia tidak orang Kristen atau tidak ada gerak ya, tidak ada aktivitas. Tapi kalau tinggal ada aktivitas. Jadi terjemahan baru dua lebih tepat ya. Nah ayat 15 kepadanya diberikan puasa. untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu. Ya, sehingga patung binatang itu berbicara juga dan bertindak begitu rupa sehingga semua orang yang tidak menyembah patung binatang itu dibunuh. Nah, ini ini bagaimana kolaborasi antara ee kekeseran dengan agama palsu ini. Jadi, agama palsu ini memberi pembenaran ya, pembenaran terhadap ee ee tindakan kekeseran. Nah, kita lihat satu-satu ya bagaimana ee teks ini ya, teks ini dikatakan di sini. Jadi ee yang menarik di sini ialah dikatakan di ayat 11 ya, dikatakan di ayat 11 ya, binatang bertanduk dua. Bertanduk dua ya, sama seperti anak domba. Tapi suaranya di sini suara naga ya. Ia berbicara seperti seekor naga ya. agak ada ya domba tapi suaranya naga bertanduk dua sama seperti anak domba dan andainya dia berbicara seperti seekor naga. Nah, jadi ini binatang lain yang ee penulis Wahyu Yohanes ini mengatakan binatang yang keluar dari dalam bumi. Ya, binatang ini tampak seperti anak domba. Apa artinya? Kalau kita tafsir dari segi heretika kritikal ini ya. Nah, ini sebetulnya lambang atau simbol dari penyesatan yang lembut ya, penyesatan yang halus ya. Ini artinya agama yang dimanipulasi. Jadi mereka meniru Yesus, anak domba Allah itu ya. Jadi meniru Yesus. Jadi simbol anak domba ini sebetulnya menunjuk pada Yesus. Dan ini mereka pakai. mereka pakai menulis ee kalau kita tafsir apa yang dimaksudkan oleh penulis Yohanes ini ya. Tapi suaranya seperti naga. Nah, suaranya seperti naga kembali. Tadi kita sudah dengar arti naga itu di Wahyu 12 ayat 9 itu naga di sini menunjuk pada iblis, pada setan yang penuh propaganda dan keagamaan yang palsu. Ya, propaganda agama keagamaan yang palsu. Jadi, agama yang benar itu sebetulnya menyeru Kristus Anak domba secara sejati. Tapi ini mereka pakai sebagai alat ee manipulatif ya. Alat ee manipulatif. Jadi suaranya seperti iblis ya. Wahyu 12 ayat 9 suaranya seperti naga ya. Nah, keluar dari bumi ini kan kontras dari binatang yang pertama yang sudah kita bahas yang muncul dari dalam laut. Kalau laut ee menampilkan kekacauan global, bumi di sini bisa menunjuk pada institusi agama atau otoritas agama lokal yang mendukung kekuasaan dunia atau pemerintah dunia yang korup ya, yang menindas rakyatnya ya. Jadi ketika gereja melihat rakyat menderita dan tidak berbuat apa-apa bahkan mendukung pemerintah yang kurup, maka dia seperti itu tadi ya, seperti naga itu ya. Dia anak domba tapi bicara seperti naga, bicara seperti iblis ya, tapi dalam bahasa yang terselubung, yang halus memakai simbol-simbol agama. Nah, ini ini tidak benar yang mendukung kekuasaan. duniawi itu tadi ya. Dan ini bukan dari pikiran saya sendiri ya. Ini saya kutip misalnya dari apa yang sudah ditafsir oleh Gorman ya. Eh, Reading Revelation Responsib ya. Jadi tahun 2019 ya ini binatang yang kedua ini ee meniru meniru Kristus ya, meniru anak domba tetapi ee tidak secara benar ya. meniru secara palsu ya sehingga yang ditampilkan bukan kekuasaan Allah menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah tapi justru kekuasaan sinaga atau si iblis itu ya ini ee gorban bilang ya. Lalu di ayat 12 ini juga menarik ini ya. Ayat 12. Jadi dia menjalankan kuasa binatang yang pertama dan memaksa orang menyembah. Ya, menyembah. Jadi, seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankan di depannya matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang pertama. Nah, ini jadi di sini agama palsu ini turut ee bermain di dalam ya mengadakan aliansi ya di mana di bagian pendahuluan tadi saya bilang tuh ada aliansi ya ada ee apa mendukung propaganda ideologi ya ada legitimasi agama di sini mendukung propaganda ideologi. Jadi binatang yang kedua ini mendukung propaganda ideologi yang dijalankan binatang pertama. Jadi ini dalam konteks lokal maupun juga konteks nasional ini bisa kita tafsir mewakili agama yang dipolitisasi ya. agama yang dipolitisasi. Artinya sebetulnya agama itu harus menjalankan fungsinya sebagai sumber etika dan moral. Tapi ketika agama dipolitisasi, dia hanya menjadi alat kekuasaan saja. Dia hanya menjadi alat manipulatif dan pembenaran terhadap semua kebijakan termasuk juga kebijakan-kebijakan yang melawan rasa keadilan dari rakyat. Nah, ini yang dikritisi ya. Ini yang dikritisi sistem spiritual yang melegitimasi kekuasaan yang menindas. Nah, ini tidak boleh terjadi sebetulnya. Jadi ini adalah gambaran bagaimana koalisi antara kuasa negara dan agama palsu. Artinya agama yang dipolitisasi. Gereja atau lembaga agama yang kehilangan suara profetisnya dan tunduk kepada kekuasaan korup. Sebetulnya gereja itu sudah mati. Ya, gereja itu sudah tidak ada gunanya lagi ya. Karena apa? Karena dia bukan gereja Kristus. Dia bukan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah lagi, tapi tanda-tanda kerajaan iblis. Ya, ini yang harus dihindari ya. Nah, ini misalnya eh Richard Bam ya. Richard Bam sudah bicara ini dalam bukunya Theology of the Book of Revelation ya tahun 2020 ya 4 tahun yang lalu dia sudah tulis itu ya. The second B is the religious servant of the political empire. Its role is to compare religious allegance to emperial ideology. Nah, ini yang ee dikritisi oleh ee Baukam tadi itu. Nah, juga menarik di sini ayat 13 dan 14 ya. Ayat 13 dan 14 dari teks terjemahan baru 2 ini. Ini di sini ada tanda-tanda palsu dan penyesatan global yang dilakukan di situ di ayat 13 dan 14. Jadi, Ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat. Bahkan Ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang tinggal di bumi dengan tanda-tanda yang telah diberikannya kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Ia menyuruh mereka yang tinggal di bumi supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang. Namun tetap hidup ini. Nah, ini ini sebetulnya kalau kita baca satu raja-raja 18 ya itu mirip dengan Nabi Elia ya. Nabi Elia dengan apa? Melawan apa kuasa-kuasa nabi palsu itu ya. Jadi ee Nabi Elia menurunkan api dari langit ya dari langit untuk menguskan korban persembahan. Sementara nabi-nabi palsu itu sebenarnya tidak. Nah, ini mereka agama palsu ini menunjuk merujuk pada apa yang dikatakan di raja-raja 18 itu satu raja-raja 18 ya meniru Nabi Elia mirip ya. Kemudian kuasa spiritual ditampilkan namun untuk menyesatkan umat. Ya. Jadi simbol agama agama yang dipolitisasi ini dipakai sedemikian rupa untuk menyesatkan umat ya, menyesatkan pengikutnya, membenarkan semua tindakan dari binatang yang pertama. artinya membenarkan semua ideologi politik yang dijalankan oleh kekasaran Romawi tadi ya. Ini ee dikatakan itu. Jadi ini juga sebetulnya adalah bentuk dari apa? Agama yang palsu ya yang disertai dengan kekuatan spektakuler. Nah, spektakuler. Nah, tetapi yang tidak berasal dari Allah itu sendiri ya. Artinya dia hanya berasal dari si naga, dari si iblis tadi itu ya. Dan ini saya kutip misalnya sudah dikatakan oleh Fiorenza ya, Elizabeth Susler Fiorenza itu. Dan terakhir di ayat 15 ini juga menarik ya kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu sehingga patung binatang itu berbicara juga dan bertindak begitu rupa sehingga semua orang yang tidak menyembah patung binatang itu dibunuh. ya. Nah, ini patung di sini sebetulnya kalau kita baca dari hermenitika kritikal di sini ini menunjuk pada ideologi yang dijadikan berhala ya. ideologi yang dijadikan sebagai berhala juga mungkin sebagai simbol pengkultusan pemimpin, simbol pengkultusan ee apa sistem politik ya. Jadi kan kalau kita lihat dari tadi sudah saya jelaskan di bagian pendahuluan tadi itu si Kaisar Dobitianus ini menuntut orang untuk menyembah dia ya menciptakan patung-patung di mana-mana dan menuntut supaya menyembah Dia sebagai Dominus Edeus ya. Menyembah Dia sebagai Tuhan dan Allah. Artinya ada upaya pemaksaan pengkultusan dari kaisar ya. Nah, dalam konteks kita juga kita bisa jatuh kepada pengkultusan sistem politik, pengkultusan pemimpin-pemimpin. Nah, ini yang berbahaya ya. Kalau pemimpin terlalu kita kultuskan, lama-lama dia sudah sama dengan Tuhan Allah. Sudah ya sama dengan Domitanus ya, Dominus Deus itu. Nah, ini bahaya tidak boleh. pemimpin tetap manusia pasti ada kekurangan yang perlu dikritisi sesuai dengan apa yang Tuhan Allah sendiri, Kristus sendiri minta untuk kita jalankan. Nah, di sini juga memberikan nyawa pada patung. Ya, memberikan nyawa pada patung artinya apa di sini? Artinya membuat sistem itu terlihat hidup dan aktif. Sistem kekuasaan ini hidup dan aktif. seolah-olah dia mungkin membangun, memberi kesejahteraan pada masyarakat. Padahal sebetulnya penuh kebohongan, penuh kepalsuan dan tindakan-tindakan kekerasan, tindakan-tindakan koruptif. Nah, ini yang berbahaya. Membunuh yang tidak menyembah, ya. Membunuh yang tidak menyembah. Jadi, yang tidak menyembah patung itu dibunuh. Ini sebetulnya tindakan maknanya artinya ada tindakan represi terhadap orang yang menolak ikut arus ya. Orang-orang yang tidak mau ikut arus terjebak dalam sistem yang korup yang menindas ya. Nah, ini ditentang. Jadi sudah benar ya ee PGI waktu lalu itu menolak tambang itu sudah benar tuh menurut saya. Karena apa? Karena itu tidak pantas dilakukan oleh gereja atau lembaga-lembaga keagamaan ya. Kalau dia gereja menerima gereja muda saja dipolitisir ya dikooptasi didikte ee dengan mudah oleh penguasa. Nah, ini yang memang harus di dihindari. Nah, dalam konteks masa kini penindasan terhadap mereka yang kritis juga terhadap kekuasaan. Bisa saja ya para jurnalis yang kritis ya para aktivis yang kritis atau gereja yang mau menyuarakan kebenaran bisa saja di ditindas ya dipaksa untuk menyembah ya kekuatan represif ini ya. dari ini saya kutip misalnya pemikiran dari apa Lawrence L. Johnson ya dalam Christology of the apocalyps ya. Nah, ini tahun 2000 apa 20 di situ. Jadi dia katakan itu bahwa the second beach creates a false worship system roted in deception, coerion and imperial violence. Jadi ini semua kepalsuan-kepalsuan ini, binatang yang kedua ini lakukan ya meniru Kristus seolah-olah dia luka berkorban ya dan bangkit. Tapi sebetulnya itu palsu ya hanya menipu saja. Jadi simbol-simbol keagamaan dipakai untuk menipu rakyat. Nah ini yang ee patut ee kita sebetulnya hindari ya. Nah, jadi apa makna binatang ini secara keseluruhan dari teks ee Wahyu 13 ini ya setelah kita menafsir secara detail ee teks ini ya. Jadi dalam pasal 13 ini si penulis kitab Wahyu atau Yohanes memperkenalkan dua sosok binatang ya. Satu keluar dari laut satu keluar dari bumi ya. satu dari Hetalasa, satu dari tesgas. Ini yang secara simbolik mewakili kekuasaan politik dan ideologi agama palsu yang mendukungnya. Bacaan ini menjadi sangat relevan di tengah-tengah dunia modern yang kerap menyaksikan aliansi destruktif antara kekuasaan politik otoriter dan legitimasi keagamaan yang manipulatif. Ya, agama yang dipolitisasi. Simbol binatang dalam Wahyu 13 dapat dipahami sebagai representasi kuasa penindasan struktural masa kini, termasuk ketidakadilan ekonomi, kekerasan politik, sistem oligarki yang menindas masyarakat marginal. Dalam konteks Indonesia Timur, binatang dapat diidentifikasi pada praktik korupsi, eksploitasi sumber daya alam. Ya, misalnya Raja Ampat yang untung saja ada suara banyak kritis ya dan pemerintah merubah pola kebijakan, ya. Dan juga kebijakan publik yang tidak adil yang memperpanjang kemiskinan struktural. Ini makna yang ee bisa kita tarik dari ee apa? Simbol binatang dari laut dan juga dari dalam bobi tadi. Nah, di sini kalau begitu ada satu harapan bagi kita dari penafsiran ini. Sebetulnya Wahyu 13 ini memberi satu ee pengharapan ya, teologi pengharapan kepada kita ya. Jadi apokaliptisme ini dapat kita pandang sebagai teologi harapan ya. Jadi dia bukan berisi prediksi tentang hari kiamat masa depan, tapi narasi teologis yang membangkitkan membangkitkan atau melumbuhkan harapan di tengah-tengah realitas penindasan. Ya, harapan tersebut bukan pasif, tetapi membebaskan ya membebaskan gereja, membebaskan iman gereja dari ketakutan serta memampukan mereka untuk bertahan dan bersaksi secara setia. Jadi ada visi di sini ya, kita bukan pasif, kita tidak lari dari dunia, tapi kita harus aktif ya, proaktif untuk menciptakan pembebasan, menciptakan harapan. Jadi, misi kita ialah iman yang mendorong kesetiaan, iman yang mendorong perlawanan aktif. Ya, perlawanan aktif artinya perlawanan di sini bukan dengan kekerasan. bukan dengan bakar toko, bahkan ee memperkosa orang-orang, anak-anak, perempuan yang tak berdosa. Tidak. Tapi perlawanan non kekerasan menyampaikan kebaikan dan ide-ide yang baik menurut ajaran Kristus. Jadi di sini nilai yang bisa kita petik ya dari ee Wahyu 13 ini adalah gereja sebagai saksi harapan dan keadilan. Ya, ini gereja sebagai saksi dari harapan dan keadilan. Nah, kita bisa lihat misalnya teolog seperti Gustavo Guteris ya dalam teologi pembebasannya menekankan bahwa iman itu harus berbuah dalam praksis. harus berbuah dalam praktis. Nah, bagaimana dia dia gereja bisa menghasilkan buah kalau hanya diam, hanya pasif? Ya, gereja yang membebaskan, gereja yang berani menegakkan keadilan. Dan ini cocok dengan tafsiran kita tadi ya. Apa yang dikatakan Guteris ini cocok dengan tafsiran kita. Wahyu 13 yang mengundang gereja untuk tetap setia kepada Kristus. Gereja yang menolak kompromi. Gereja yang tidak mau dipakai sebagai alat politis untuk dimanipulasi dengan kuasa para penindas. Ini Guteres omong ya dalam bukunya diterbitkan tahun ee 71 itu ya. Nah, dan juga saudara ini juga adalah perlawanan simbolik dan praksis non kekerasan ya. Jadi Lawrence L. Johnson yang tadi yang dalam pembahasan di pendahuluan ya tafsir itu dalam saya kutip itu dia juga mengemukakan bahwa perlawanan gereja terhadap binatang dalam Wahyu 13 tidak dilakukan dengan kekerasan. Ya, Johnson bilang ya, melainkan dengan kesetiaan, melainkan dengan kesaksian marturia, melainkan dengan solidaritas dengan mereka yang tertindas. Jadi, gereja solider dengan orang-orang yang tertindas. Bukan dia tertawa berdiri di samping penindas sambil tertawa menikmati rakyat yang sedang ditindas. Ya, dalam konteks lokal. perlawanan simbolik dapat terwujud dalam bentuk beberapa hal ya. Advokasi keadilan ya. Advokasi keadilan. Lalu ee penolakan terhadap praktik korupsi. Itu yang gereja bisa mainkan. Pemberdayaan ekonomi dan pendidikan untuk masyarakat lema. Ya. Jadi gereja harus berani terjun dalam ee diakonia transformatif. yang mampu membuat rakyat lema menjadi kuat, menjadi mandiri. Ya. Lalu bagaimana gereja juga mengembangkan liturgi dan pengajaran-pengajaran gereja yang membangun keberanian moral, kesadaran kritis dari warganya. Jadi tidak membeo, ya, tidak membeo. Ini perlawanan simbolik yang gereja bisa mainkan ya. Tapi paraan itu sekali lagi saya kutip seperti Johnson bilang dan saya sepakatan dia yaitu non kekerasan. Kita bertumpu pada kesaksian iman, kesetiaan pada Kristus. Kita membangun advokasi pembelaan terhadap warga kita. Kita melakukan pemberdayaan. Mengembangkan liturgi-liturgi kritis dan transformatif. Ya, jangan liturgi-liturgi melulu ya. yang usang, yang kuno, tapi liturgi-liturgi kritis ya dan transformatif. Ini yang harus ee gereja ee kembangkan. Nah, di gambar ini kan ini gereja yang lagi dibakar ya. Di dalam gambar ini nih gereja yang dibakar. Kita tidak melawan dengan kekerasan ya. Kekerasan, kejahatan tidak dibalas dengan kejahatan seperti Tuhan Yesus. Tapi kita balas dengan kesaksian iman. Dan itu menarik ya. Saya baca di ee surat kabar ketika ee Gubernur apa KDM kemudian memberi sumbangan bantuan untuk memperbaiki gereja ya di Jawa Barat yang apa dirusak itu. Para pengurus gereja malah menyumbangkan sebagian uang itu untuk ee masjid-masjid terdekat untuk membangun masjid mereka, merehap masjid mereka. Ini satu kesaksian iman yang nyata. Sikap Marturia. Ya, walaupun kita diperakukan tidak benar, orang Kristen diperakukan tidak benar, tapi memberi kesaksian iman, menunjukkan nilai kasih, menunjukkan kebaikan. Nah, itu yang benar. Sikap-sikap itu harus terus diperjuangkan oleh ee gereja. Nah, bagaimana dengan konteks global? Ya, sebagaimana saya janjikan dalam ee apa kajian kita sore hari ini. Jadi, sebetulnya gereja-gereja di tingkat global juga telah menunjukkan peranan penting dalam sejarah perlawanan terhadap ketidakadilan. ya tokoh-tokoh seperti Ditrick Bonhover di Jerman ya yang melawan eh Hitler dan partai nasinya yang kejam ya yang membunuh apa 6.000 Rib ya orang jiwa orang ya 6 ribu orang yang mati sia-sia di dalam kam-kam konsentrasi ini di trick Bonhover telok Protestan yang luar biasa berani ya atau Martin Luther King Junior di Amerika atau Desm Tutu di Afrika. Nah, ini menjadi teladan bagaimana menyatukan iman dan perjuangan politik non kekerasan ya. perjuangan ee politik non kekerasan. Nah, dalam kalau kita belajar juga dari saudara tua kita ya, dari teman-teman dari Katolik itu hal yang menarik ya. Pas Fransiskus sendiri sudah tekankan dalam eniklik Fratelit ya, menegaskan bahwa politik harus menjadi ekspresi cinta kasih. politik jangan dan bukanlah polarisasi kekuasaan. Nah, ini ini kita belajar baik dari Gereja Protestan atau dari Gereja ee Katolik di era modern ya. Kita bisa belajar ini ya dari konteks global. Nah, ini juga yang harus apa yang dunia sudah tunjukkan gereja-gereja lokal entah di Indonesia Timur, di Gemit, di NTT atau secara nasional juga harus terus-menyerus berani menjadi teladan ya dalam menyatukan iman untuk menentang setiap penindasan-penindasan yang sifatnya koruptif dari penguasa. ini harus di dihindari ya, harus dilawan ya oleh gereja. Nah, apa kesimpulan yang bisa kita tarik ya dari seluruh pembahasan ini? Yaitu pertama itu bahwa apokaliptisme ini adalah sebuah panggilan iman. Dia memberi harapan, Dia mendorong kita untuk bereaksi atau mengambil tindakan nyata, aksi nyata, tidak pasif tapi proaktif. Ya. Dan gereja di sini juga jangan bekerja sendiri. kita harus ikut ee tren era modern di mana kolaborasi kolaborasi antara gereja, masyarakat sipil, lembaga pendidikan teologis, ya kampus-kampus Kristen ini menjadi kunci untuk membentuk politik yang bermartabat dan manusiawi. Ya, jadi kolaborasi ini penting. Gereja harus jangan bekerja sendiri tapi berkolaborasi. termasuk juga dalam pemberdayaan ee masyarakat tadi yang tadi kita sudah bahas itu. Gereja dipanggil menjadi agen keadilan dan perdamaian. Ya, supaya dia mewujudkan iman secara nyata. Memberi harapan kepada jemaat, kepada umat, kepada masyarakat menunjukkan aksi-aksi konkret ya, yaitu melalui pemberdayaan, pengembangan-pengembangan liturgis. kritis dan juga ee transformatif. Nah, ini ee hal-hal yang bisa saya apa bicarakan. Kalau Saudara mau mendalami ini semua bisa lihat nanti di apa daftar pustaka. Mungkin ada beberapa bagian daftar pustaka yang belum sempat saya masih masukkan ya ee tapi ee nanti bisa dilihat ya. Oke, jadi ini saja yang bisa saya sampaikan. Saya kembalikan pada Pak Riko Sianibar. Silakan melanjutkan. >> Ya, terima kasih Bapak Pendeta Dr. Mesak Detan dan sahabat Alkitab. kita sudah mendengar pemaparan materi dan mohon maaf kalau terdengar suara azan karena memang ee rumah saya berdekatan dengan masjid dan kita akan melanjutkannya lagi. Dan sahabat Alkitab sebelum kita masuk dalam ee ruang diskusi atau sesi tanya jawab dengan Bapak Pendeta Dr. Sakdetan, kita akan menyaksikan informasi dari Lembaga Alkitab Indonesia. Indonesia >> kata puji Tuhan kita bersyukur melalui program yang dilaksanakan oleh ee lembaga kita Indonesia sehingga orang-orang Mentawa yang tidak bisa membaca akhirnya bisa membaca. Sekarang puji Tuhan sudah ada perubahan dari umat yang tidak pernah membawa Alkitab atau buku pujian itu akhirnya mereka bawa dan mereka tertarik untuk bisa membaca isi dalam Alkitab dan puji-pujian yang ada di dalam buku pujian tersebut. Program pembaca baru Alkitab Siberut Kepulauan Mentawai telah selesai dilaksanakan selama 1 tahun pelaksanaan. Program ini diikuti oleh 1322 warga belajar yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Siberut Barat Daya, Siberut Selatan, dan Siberut Tengah dengan jumlah warga belajar yang lulus sebanyak 112 orang. Di tahun ini, Lembaga Alkitab Indonesia kembali berupaya untuk menolong umat Tuhan melalui literasi dalam program pembaca baru Alkitab di Kecamatan Pulau-Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara dengan target jumlah peserta 1.200 orang dengan total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp2 miliar. Mari bersama kita mendukung program pembaca baru Alkitab di Nias Selatan sehingga umat Tuhan dapat merasakan indahnya berjumpa dengan Tuhan melalui kemampuan untuk membaca dan memahami Alkitab Alkitab Sahabat Alkitab, ee video yang telah kita saksikan bersama tadi merupakan salah satu program lainnya dari Lembaga Alkitab Indonesia, yaitu pembaca baru Alkitab atau yang mungkin sahabat Alkitab ya di luar sana mengenai dengan pemberantasan buta aksara di mana program ini berjalan saat ini tahun ini hingga tahun depan ee di Kabupaten Nias Selatan atau tepatnya di Kepulauan Batubatu ee di Pulau Telo dan saat ini yang sudah ee bergabung dengan warga belajar yang sudah mengikuti program belajar mengajarnya dari bulan Mei kemarin hingga ee kurang lebih Mei tahun depan nanti ada sekitar 1200-an. ee dan sahabat Alkitab ini adalah program untuk mengentaskan atau membasmi buta aksara atau yang belum bisa membaca. Jadi lembaga Alkitab Indonesia hadir bagi anak-anak Tuhan baik dari Protestan maupun Katolik karena Elaya adalah merupakan lembaga ekumenis untuk mengajarkan mereka cara menulis, cara membaca dan hingga berhitung secara sederhana penjumlahan dan juga pengurangan. Dan sahabat Alkitab, program ini sudah ada dari tahun kurang lebih 2000-an, 2001-22. Lembaga Alkitab Indonesia sudah hadir untuk ee memberantas putaks Aksara ini. Dan bagi sahabat Alkitab yang tergerak untuk mewartakannya, memberitakannya kepada kerabat, saudara atau kenalan kolega sahabat Alkitab sekalian, kami sangat berterima kasih dan juga turut mendoakan sebab dari pulau ke pulau, dari tempat belajar ke tempat belajar lainnya bukanlah medan yang mudah untuk di lewati oleh staf PBA yang ada di lapangan. Jadi kita akan melewati Laut Lepas untuk ee ke tempat ee kegiatan belajar mengajar ini atau kegiatan PBA ini. Dan kami juga ee meminta doa untuk sahabat Alkitab agar staf kami yang bertugas di lapangan maupun siapapun yang terlibat dalam program ini di lapangan bisa tetap dalam ee perlindungan Tuhan dan sahabat Alkitab juga yang tergerak untuk ee membantu Lembaga Alkitab Indonesia bersama-sama dalam bentuk donasi bisa mengirimkan ke nomor-nomor rekening yang ada di akhir video tadi ataupun yang ada di running T dengan kode unik angka di belakang 88. Jadi ee seandainya Sahabat Alkitab tergerak untuk menyampaikan bantuan dalam bentuk donasi ee bisa mengetiknya seperti sebagai contoh adalah 500.08 sebagai kode unit ee mengingatkan kami atau menandakan bahwa donasi yang kami terima ini untuk program PBA. Jadi, ee sahabat Alkitab juga bisa men-screenshot atau share lalu mengirimkan ke nomor WhatsApp yang ada di kolom live chat maupun di running ee bukti transfernya agar kami juga bisa bertanggung jawab mengalokasikan dana donasi yang kami terima dari Sahabat Alkitab secara tepat dan sesuai dengan tujuannya. Jadi, sahabat Alkitab bisa melalui rekening BCA3423037730 atas nama Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia ataupun ke nomor rekening yang lainnya yang sahabat Alkitab sudah miliki bisa ee menyampaikan bantuan dalam untuk donasi dan kami ee berterima kasih dan kami juga akan kembali ke seminar kita pada hari ini. Kita akan kembali ke seminar kita pada hari ini bersama Bapak Pendeta Dr. ee Mesdetan. ulasan yang menarik, Pak. Dan yang menjadi ee mungkin PR bagi kita orang Kristen dewasa ini begitu dalam konteks kita dewasa ini ee bukan hanya di ee NTT saja atau Indonesia Timur, tapi keseluruhan ee untuk kita warga negara Indonesia adalah ee bagaimana ee pandangan Bapak secara pribadi begitu, Bapak Pendeta Dr.an. Apakah gereja semestinya tetap berada di luar pemerintahan atau gereja bisa ikut dalam ee mengambil peran atau terlibat dalam sistem pemerintahan? Karena kalau kita berkaca dari ee Perjanjian Lama kisah-kisah Nabi itu, kebanyakan nabi-nabi yang Tuhan pilih, yang Allah pilih itu berada di luar pemerintahan, Pak. agar seperti tadi ee diksi yang Bapak Pendeta pilih itu ee menarik bagi saya agar tidak dipolitisir atau mungkin bahasanya lebih bisa kita pahami secara ee bersama-sama adalah agar bisa tetap netral begitu, Pak. Tetap mengkritik bila ada yang salah. Tetap ee memberi masukan bila ada yang kurang berkenan ee di hadapan Tuhan. Bagaimana pandangan Pak Pendeta Mesa untuk gereja atau kita orang Kristen? Silakan, Pak Pendeta. >> Ya. >> Jadi ee sebetulnya kita berpatokan pada prinsip ya. Jadi memang ada manfaat juga. Ini pertanyaan menarik ya. Gereja berada dalam bagian dari pemerintah atau gereja sebaiknya berada di luar dari pemerintahan? Ya, saya secara pribadi ee beranggapan bahwa secara prinsip sebaiknya gereja itu tidak menjadi bagian dari struktur pemerintahan secara institusional ya. dia tidak menjadi bagian dari struktur pemerintahan secara institusi. Tetapi bagaimana gereja tetap hadir dalam kehidupan politik. Artinya dia tidak berada dalam sistem pemerintah, tapi dia hadir dalam kehidupan politik. Artinya mata yang terbuka terhadap setiap kebijakan pemerintah dan matanya terbuka. mulutnya berani menyuarakan suara kenabian di tengah-tengah ee masyarakat dan pemerintahan. Jadi sebaiknya itu ya. Makanya kalau kita digemit itu sejak tahun 2007 dan waktu itu e saya juga salah satu konseptor melarang pendeta berpolitik secara praktis ya. Kalau ee pendeta mau maju sebagai anggota dewan atau mau masuk sebagai pengurus partai politik tertentu, maka Sinode memutuskan dia harus mundur dari jabatan pelayanan. Artinya bahwa satu periode dia mundur. Misalnya dia mau masuk sebagai anggota dewan dan dia terpilih sebagai anggota dewan, jabatan pendetanya dia letakkan untuk sementara. pelayanan dia di gereja tertentu diletakkan. Nanti setelah satu periode, 4 tahun dia layani sebagai anggota dewan, dia mau masuk kembali jadi pendeta. Boleh. Artinya apa? Supaya dia tidak mencampuri urusan politik partai dengan kehidupan umat gereja. Jadi dia harus berada di luar. Itu sistem eh sinode gereja masih injil timur sudah putuskan itu. Nah, setelah 4 tahun dia mau kembali, gereja siap terima. Tapi kalau dia melanjutkan periode kedua, maka gereja terpaksa kasih pensiun dia, pensiun dini. Karena dia sudah diberi satu kesempatan tapi dia mau melanjutkan, oke silakan Anda memilih untuk terjun terus dalam dunia politik. Gereja izinkan dan Anda mundur dipesunkan secara dini sebagai pendeta Gem. Jadi menurut saya itu ya gereja sebaiknya di luar karena pertama itu alasannya alasannya teologis tapi juga historis ya. Alasan teologis dan historis yaitu panggilan gereja itu adalah panggilan spiritual ya dan profetik ya. Kalau dia sudah masuk dalam bagian sistem, maka suara panggilan spiritual dan profetik ini diragukan. Ya, amat sangat diragukan. Jadi, dia bukan bagian dari sistem administrasi politiklah politik ya. Tapi gereja dipanggil memberitakan Injil, menyuarakan keadilan, menyuarakan kebenaran, dan dia juga menyuarakan kasih. Ya, kalau dalam pemerintah penguasaan itu, kekuasaan itu kan gabungan dari kekuatan-kekuatan partai politik. Dan semua partai politik itu punya kepentingan-kepentingan yang bisa saja bertentangan dengan kepentingan gereja tadi. Makanya sebaiknya di luar juga. Itu dari segi teologis ya. Jadi sejarah juga menunjukkan dari segi historis bahaya ketika gereja menjadi bagian dari kekuasaan itu ada bahaya ya. Secara historis sudah terbukti ya. Kalau gereja terlalu dekat dengan pemerintah, misalnya dalam zaman Konstantinus, ya Konstantinus itu atau kolaborasi gereja dalam sistem otoriter ya. Jadi suara kenabian apa? Tumpul ya tumpul. Misalnya di Jerman di mana semua gereja ya yang ada itu terkooptasi dengan Hitler, Partai Nasional Sosialismus itu ya. Hanya gereja Protestan dibawa kepemimpinan Drick Bonhofer saja yang berani ya berani menentang Hitler sehingga diri Bonhofer di penjara ya dan dia dia mati di penjara tapi perjuangan dia menjadi abadi menjadi ukuran bagi apa gereja gereja Kristen ya. Lalu warga gereja sebetulnya yang boleh kita dorong. Jadi gereja dorong warganya terjun dalam dunia politik. Jadi para pendeta jangan tergoda untuk masuk di politik kalau masih aktif sebagai pendeta. Ya, doronglah doakanlah warga kamu supaya dia jadi ee apa? Warga yang terdidik secara mental rohani untuk memperjuangkan keadilan kebenaran. Nah, kalau dia perjuangkan keadilan dan kebenaran dia sudah menyuarakan suara profeti gereja. Nah, ini hal yang bisa saya jawab ya, Pak Ro. Menarik sekali pertanyaannya. Terima kasih. I >> Iya, terima kasih, Pak Pendeta. Dan eh Pak kalau gereja di luar dan ee jemaat kita katakan sebagai agen yang masuk dalam perubahan ee ee ke dalam sistem pemerintahan sebagai agen perubahan ee lalu apa yang bisa kita lakukan atau gereja lakukan lebih spesifiknya ketika gereja berada di luar sistem pemerintahan Pak? apa yang bisa dilakukan selain ee mengutus atau mendoakan atau mendukung ee jemaatnya yang terlibat langsung dalam politik praktis, Pak? Apa yang bisa gereja secara spesifik lakukan untuk ee negara ini? >> Begitu, Pak Pendeta. >> Ya, itu seperti tadi saya bilang, ya. Pertama itu dia terus ee mengambil bagian. Dia berbuka mata lebar-lebar terhadap semua kebijakan. Dia proaktif ya sifatnya dia proaktif. Artinya bagaimana menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah itu secara proaktif ya, dinamis ya, kreatif ya. Arti supaya bahwa gereja juga membuat program yang bisa diukur kemajuan seberapa jauh dia memberdayakan warganya. Misalnya tahun ini apa yang gereja buat untuk ee menyuarakan keadilan? Liturgi-liturgi apa yang gereja buat untuk bisa ee mendorong warga untuk kritis terhadap ee pemerintah atau kritis terhadap pengembangan diri misalnya dunia pendidikan dan lain sebagainya. Jadi warga gereja di sini juga kita dorong untuk masuk dalam berbagai apa? bidang politik duduk dalam pemerintahan sehingga apa bisa mewarnai pemerintahan ke arah yang benar. Ya, kalau warga gereja tidak diberdayakan, warga gereja tidak disiapkan, tidak dididik, maka negara hanya dipenuhi oleh orang-orang jahat, orang-orang yang menggunakan kekuasaan secara tidak benar. Nah, itu berbahaya sekali ya. Jadi memang orang Kristen juga walaupun minoritas tapi mereka harus menjadi minoritas yang kreatif, minoritas yang berani sehingga bisa diperhitungkan. Ya. Dan ini terbukti dalam sejarah nasional ya, sejarah nasional Republik Indonesia ketika ada pihak-pihak yang mau memperjuangkan ya misalnya piagam Jakarta dan lain sebagainya. Orang-orang Kristen yang ada dalam pemerintahan pada masa itu berani berani menyuarakan kepentingan Kristen. Sehingga banyak hal dalam aturan negara kita ini yang menguntungkan semua agama, tidak hanya untuk kepentingan agama tertentu saja. Jadi keberanian gereja ini ee harus diambil ya para pendeta atau gereja jangan fokus untuk mau terjun dalam dunia politik tapi lebih baik di luar supaya mendorong warga saja ya mempersiapkan mereka dengan baik dan terus buka mata ya buka mulut untuk menyorakkan keadilan dan kebenaran. Jangan mata setutup lagi, mulut dib dengan plester lagi. Akhirnya tidak mampu melihat apa-apa dan tidak mampu berkata apa-apa. Begitu, Pak. >> Terima kasih, Pak Pendeta Dr. Pak dan yang mungkin menjadi pertanyaan pamungkas kita seminar hari ini ee oh mohon maaf, Pak. Ada dua. Ee yang berikutnya adalah saya bacakan untuk kita semua ee pada Wahyu 13 ayat 15. Siapakah yang memberi nyawa kepada patung binatang tersebut, Pak? >> Mungkin bisa secara singkat dari Pak Pendeta Mesa untuk menjawabnya. Ya. Jadi pada Wahyu 13 ayat 15 tadi ya, siapa yang memberikan nyawa kepada apa patung tersebut. Ya. Jadi ini sebetulnya kan ee tadi seperti yang sudah ditafsirkan oleh saya itu kan ini ee kolaborasi atau aliansi antara kekuasaan pemerintah yang otoriter yang menindas yaitu simbol binatang yang keluar dari laut dan yang memberi nyawa ini binatang yang keluar dari bumi atau simbol agama yang palsu itu ya. Agama yang di manipulasi, agama yang apa? Meniru Kristus, meniru anak domba. Tapi sebetulnya suaranya suara naga atau suara iblis. itu. Jadi yang memberi nyawa kepada pemerintah yang lalim ini bukan Tuhan Allah, bukan Kristus, tapi naga atau iblis yang dimaksudkan di situ atau nabi palsulah ya, gereja palsu, agama palsu ya, agama yang dimanipulasi, agama yang melegitimasi semua tindakan ee otoriter, semua tindakan brutal kejam dari pemerintah yang menindas, yang memberi nyawa adalah iblis. Nah, itu yang tadi sudah ee saya tafsir itu ya. Artinya memberi nyawa di sini artinya melegitimasi kuasa, men-support ya, turut mendoakan, memanipulasi agama itu untuk kepentingan ee penguasa tadi ya. Jadi di Wahyu 13 ayat 12 yang seperti sudah saya tafsir itu sudah diberikan ya. Seluruh kuasa binatang yang pertama itu dilegitimasi oleh binatang yang kedua atau oleh agama palsu. Itu agama yang dipolitisasi. Jadi di sini naga di sini adalah iblis ya. sesuai dengan Wahyu 12 ayat 9 ya sudah dikatakan sebelum oleh si penulis sendiri ya iblislah yang beri kuasa nyawa artinya semua tindakan yang otoriter yang kejam yang menindas ee orang Kristen di tujuh jemaat itu diberikan oleh iblis. Makanya iblis saja yang bisa melakukan segala bentuk kejahatan. Ya. Nah, itu yang di dimaksud. Jadi di sini adalah simbol ya. Dia punya makna simbol ya. nyawa di sini kan bahasa Yunani pneuma toh? Pneuma. Jadi pneuma di sini roh napas atau semangat pemerintah yang lalim ini dia dapat dari mana? Dia dapat dari si naga atau si iblis itu ya. Oke. Itu yang ee bisa di jadi bukan berasal dari Tuhan ya. Bukan berasal dari Tuhan dalam konteks ini ya. Dia bukan berasal dari Tuhan tapi berasal dari iblis. Demikian Pak Riko. Iya. I pendeta terima kasih menjawab dan Pak Pendeta ini pertanyaan pamungkas Pak >> pertanyaan terakhir kita di seminar kita pada hari ini adalah ee bila tadi Pak Pendeta di akhir-akhir seminar atau di akhir materi tadi menyampaikan bahwa ee kita sebagai orang Kristen atau ee gereja melakukan perubahan tanpa adanya kekerasan seperti ada dari tokoh Martin eh Luther King Jor ehhover dan lain-lain. Ee yang menjadi pertanyaannya, Pak, bagaimana ee dengan fenomena atau ee fakta Kristen di bagian ee yang lain seperti kita? Mungkin banyak dari kita ee bukan hanya Pak Pendeta Mesak dan saya, sahabat Alkitab yang menyaksikan YouTube ini juga mungkin familiar dengan nama Gustav Teres, Uskup Oscar Romero dan juga Pendeta Kamilotores Restrepo, mohon maaf kalau saya salah. itu tiga tokoh ini adalah merupakan tokoh yang sepertinya sangat dihindarkan ee atau ee caranya itu sangat dihindari oleh orang Kristen konteks kita Indonesia. Karena kita tahu eh bahwa Gustav Guitteres eh Oscar Romero dan juga Camilo Tores ini adalah eh tokoh teologi pembebasan di konteks masing-masing eh di Peru, e Salvador dan juga di Colombia itu mereka angkat senjata juga Pak. begitu. Bagaimana kita ee kontraskan dengan ee orang Kristen baik Protestan maupun Katolik di konteks ee >> kita berwarga negara di Indonesia ini, Pak? Penjelasannya, Pak Pendeta Mesah. Ya. Jadi di sini saya seperti apa pada pemikiran dari Johnson ya sebagaimana saya jelaskan di pembahasan di bagian akhir itu bahwa yang harus dilakukan gereja tidak mengangkat senjata tapi melakukan aksi non kekerasan ya non violence action itu yang harus ditempuh oleh gereja. Jadi tidak menggunakan kekuatan fisik. Kalau kita angkat senjata itu sudah kekuatan fisik. Sebetulnya kita adu kekuatan dengan pemerintah dan itu tidak efektif ya. Karena ee untuk mencapai keadilan dan untuk mencapai kebenaran kita tiru Kristus ya. Kita meniru Kristus atau kita meniru teologi Paulus. kita menero teologi yang dikembangkan oleh Rasul Petrus ya dan kawan-kawan ya. Jadi ada keberanian moral tapi keberanian moral itu bukan dengan kekerasan fisik ya. Jadi ada terjadi di mana-mana orang misalnya di Afrika atau di Manad mereka melihat bahwa pemerintah melakukan hal yang tidak benar mereka bikin demo. Demo yang menunjuk pada aksi kekerasan fisik. Tokoh-tokoh dibongkar, tokoh-tokoh di jara. Ya, kita alami itu tahun 98 toh dalam sejarah kelam yang nanti ee Menteri Kebudayaan tidak mau mengakui itu kan ya, tidak mau menuliskan dalam sejarah. Bahkan termasuk juga mungkin ee ada kasus-kasus pelecehan terhadap perempuan dan anak, tapi itu tidak mau diakui ya. Jadi kita tidak boleh melakukan aksi-aksi kekerasan semacam itu. Karena orang yang tak berdosa, para pemilik tokoh itu kan mereka tidak ada sanggup paut dengan demo. Tapi mereka bisa jadi korban. Bagaimana orang berusaha menentangkan tokoh, menghidupkan tokoh tapi dijara. Gampang saja toh? Dibakar, dibongkar. Nah, ini berbahaya. Jadi keberanian moral itu harus ditunjukkan non kekerasan. Dia mewujudkan seperti ya Desmon Tutu dan lain sebagainya, Ditonhover dan sebagainya. Jadi kedua orang Kristen menunjukkan sikap kesetiaan pada Kristus. Artinya disiplin rohani. Ketika orang berbuat jahat kita menunjukkan kasih. Nah, ini yang dipraktikkan di gereja yang baru-baru saja di rus di Jawa Barat itu ya. KDM bantu tadi seperti saya bilang KDM bantu untuk rehap mereka pakai uang itu sebagian malah sumbangkan lagi ke saudara-saudara nonkristen di sekitar itu. Itu kan satu tindakan disiplin spiritual tidak membalas kejahatan dan kejahatan ya. Jadi ee membalas kejahatan dengan kebaikan sebagai nilai tertinggi, nilai luhur, nilai kasih ya dan juga non kekerasan. Di sini kita mau menunjukkan bahwa orang Kristen menunjukkan di mata publik, di mata dunia, satu sikap damai. Tidak mau apa lingkaran kekerasan ini kita lanjutkan. Jadi misalnya orang Kristen di NTT atau di Indonesia Timur lain misalnya di Papua jangan misalnya kalau ada gereja Kristen di Jawa dibakar maka orang NTT balas bakar masjid di bakar masjid di NTT atau di Papua tidak boleh. Itu kita viral kekerasan ya lingkaran kekerasan itu kita ee apa buat itu tidak boleh. Dan yang berikut kita membangun solidaritas ya, mengubah struktur yang tidak adil dengan cara-cara damai ya, dengan cara-cara yang elegan. Cara-cara yang menunjukkan bahwa kita adalah para pengikut Kristus ya. Para pengikut Kristus yang menyuarakan kasih, keadilan, dan kebenaran. Demikian, Pak Riko. >> Baik, terima kasih penjelasannya Pak Petak dan sahat Alkitab. Semoga bisa menambah hasanah kita. Bukan lagi, tapi juga terlebihnya lagi, mohon maaf terlebih lagi untuk semakin kita yakin dan iman kita kuat di dalam Yesus Kristus. Dan Pak Pendeta Mesak mungkin sebelum kita mengakhiri seminar kita eh berkenan untuk memberikan closing statement mengenai eh inti topik dari seminar kita pada hari ini. Tapi sebelumnya Pak Pendeta Mesa ee tahan sebentar kita akan menyaksikan informasi lainnya dari Lembaga Alkitab Indonesia. >> Oke. Baik. Di pelosok negeri, di balik pegunungan, di antara sungai-sungai deras dan jalanan yang tak selalu bisa dilalui kendaraan. Masih banyak saudara-saudari kita yang merindukan firman Tuhan. Di desa-desa terpencil, firman Tuhan masih jadi kerinduan yang belum tersampaikan. Melalui program satu dalam kasih, Lembaga Alkitab Indonesia hadir menjawab kerinduan itu. Di tahun ini, kami membawa harapan melalui Alkitab terjemahan baru edisi yang kedua agar 20.000 jiwa di pelosok dapat menerima dan memahami kasih Allah dalam bahasa yang jernih dan menyentuh. Dan kini harapan itu bersatu dalam sebuah harmoni. Konser Symphony of Hope. Sebuah persembahan musik, sebuah ajakan untuk peduli. Setiap nada yang dimainkan, setiap suara yang dilantunkan adalah suara harapan. Mari bersama kita hadirkan 20.000 Alkitab untuk mereka yang menantikan. Karena satu suara kita bisa menjadi simfoni bagi ribuan hidup. Ya, sahabat Alkitab ee kami mengingatkan kembali untuk hadir atau terlibat aktif dalam pelayanan bersama-sama dengan lembaga Alkitab Indonesia untuk menghadirkan 20.000 Ibu Alkitab kepada anak-anak Tuhan yang belum memiliki di pelosok-pelosok negeri. Dan konser Symfony of Hope adalah untuk menggalang dukungan atau menggang ee dana untuk terjadinya pengadaan Alkitab ini. Satu buah Alkitab berharga Rp105.000. Jadi, sahabat Alkitab yang tergerak hatinya untuk turut hadir bahkan pada hari Rabu, 6 Agustus pukul 18.00 Waktu Indonesia Bagian Barat di GB Marsaron Kelapa Gading, Jakarta Utara bisa ikut hadir bersama dengan ee kami. Kita semua akan ee merayakan merayakan, mohon maaf akan mengikuti setiap momennya untuk mengikuti konser ini, konser Symfony of Hope untuk pengadaan Alkitab ini 20.000 Alkitab di seluruh pelosok-pelosok negeri atau juga bisa sahabat Alkitab nanti ee jauh bukan di daerah Jabritabek, bisa juga lembaga Alkitab Indonesia akan ee memfasilitasinya dan tapi terlebih adalah sahabat Alkitab yang tergerak untuk bersama-sama dengan LAAI melakukan pelayanan ini bisa turut hadir ataupun memberikan bantuan dalam bentuk donasi ke nomor-nomor rekening yang tertera di akhir video eh Syfonio For tadi. di ataupun di running teks maupun di kolom live chat. Dan sahabat Alkitab, kita kembali ke seminar kita pada hari ini. Sebagai penutup, Bapak Pendeta Dr. Mesah Detan akan memberikan closing statement eh terkait inti atau topik dari seminar kita pada hari ini. Silakan, Pak Pendeta. Baik, Saudara-saudara yang terkasih ya, perisa ee channel atau kanal YouTube Lembaga Alkitab Indonesia di mana saja berada. Dari seluruh pembahasan yang kita bahas hari ini, kita belajar bahwa gereja memiliki peran yang penting sebagai saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini ya, yang penuh dengan tantangan termasuk di dalam relasi gereja dengan pemerintah dan perjuangan untuk keadilan sosial bagi masyarakat. Gereja dipanggil bukan menjadi alat kekuasaan ya, tetapi menjadi terang dan garang, menyuarakan keadilan, berani menyuarakan kebenaran, berani menunjukkan kasih dengan cara-cara damai, non kekerasan yang penuh dengan integritas dan tanggung jawab. Jadi melalui aksi non kekerasan, gereja menunjukkan kekuatan spiritual yang tidak kalah dahsyat dengan kekuatan duniawi. Ya, karena di balik setiap doa, di balik setiap kesaksian kasih, di balik setiap keberanian moral yang ditunjukkan gereja, terdapat kekuatan Kristus yang bekerja dan memulihkan. Jadi, mari kita semua meneguhkan panggilan ini sebagai gereja. Tetap setia kepada Kristus, tetap bersaksi di tengah-tengah ketidakadilan dunia, tetap aktif di dalam membangun, memberdayakan masyarakat kita. Sekian dan terima kasih. Terima kasih Bapak Pendeta Dr. Mesakdetan untuk waktu dan kesempatannya memberikan materi yang memberkati kita semua. Dan sahabat Alkitab, kami juga turut berterima kasih sudah mengikuti acara Lembaga Alkitab Indonesia seminar pada hari ini hingga akhir. Dan bagi sahabat Alkitab yang ingin memiliki ee materi yang disampaikan Bapak Pendeta Dr.an bisa mengunduhnya di kolom live chat. Kami akan menuliskan linknya dan sahabat Alkitab bisa mengunduhnya. Dan sekali lagi sahabat Alkitab dan juga Bapak Prit Sakritan. Terima kasih kiranya Tuhan memberkati kita semua dan senantiasa menyertai kita semakin meneguhkan iman kita di dalam Yesus Kristus dan selamat berakhir pekan. Tetap tidak lupa juga untuk melayani sesama kita di sekitar kita tetap menjadi terang dan juga menjadi garam. Tetap juga menjaga kesehatan kita semua. Salam Alkitab untuk semua. Shalom. >> Shalom.

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...