Jumat, 12 September 2025

Sudut Pandang Lukas 15:1-10, 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗿𝗶𝘀𝗶𝗸𝗼 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻

Sudut Pandang Lukas 15:1-10, 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗿𝗶𝘀𝗶𝗸𝗼 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻

Kenapa Yesus salah gaul? Salah bergaul dengan pemungut cukai malah ngopinya bareng pendosa? Kok gitu ya? Ini Lukas 15:1-10. Pembukaan perikop ini main blowing. Pemungut cukai dan pendosa sering datang nongkrong bersama Yesus mendengarkan nasehat sampai kata-kata hari ini. Follower Yesus termasuk para pendosa ini. Jesus friend of sinners, Yesus teman pendosa ....xi ... Xi. Padahal Amsal 1:13-14, Mazmur 1 itu kasih backup call jangan masuk circle pendosa, kaum error, mereka-mereka yang nyasar hidupnya. Bahkan tradisi Yahudi yang misalnya dicatat dalam MEKHILTADE Rabbi Ismael tegas, jangan sok akrab sama orang error meskipun niatnya mau ngajak dia kembali ke Taurat. Ini digaungkan juga banyak gereja sampai hari ini, orang Kristen harus menjaga kekudusan, jangan gaul sama pendosa dan mereka yang tidak percaya ....iiihhh .... busyet tenan.
Tapi sebenarnya ini benar ya argumennya, memang benar orang-orang error ini kan berbahaya, bisa menjebak domba yang lugu, dimangsa serigala yang belagu. Terus kenapa pemungut cukai dosanya besar? Ya karena mereka melanggar Taurat. Imamat 25:36-38. Ini soal riba. Lalu mereka juga proksi kekuasaan Romawi yang sering ambil keuntungan berlipat ganda. Ya kalau sekarang tuh ibarat PBB .... Eitz pajak tanah dan bangunan ... Wei, dipaksa naik 250 sampai 1000 persen. Itu para pemungut cukai ..... apa pejabat kita pemungut cukai? ... Lah. Tapi Yesus malah gaul dengan mereka bahkan casting Matius alias Lewi, seorang pemungut cukai sebagai muridnya. Belum lagi ada kisah Zakheus di Lukas 19. Nah, ini dia! Ini justru signature style Yesus, bagian paling ngena untuk tahu siapa Yesus, yaitu Tuhan yang enggak capek nyari mereka, nyari kita-kita yang ngakunya healing (domba healing) padahal ngilang (domba ngulang). Dan perumpamaan domba yang nyasar, duit yang ngumpet, dan lanjutannya anak yang hilang atau anak yang boros, Jesus friend of sinner, Yesus teman pendosa,  supaya mereka berbalik bertobat. Dia bukan Tuhan yang nunggu kita bertobat. Ia mencari dan menawarkan, eeeiiiio ..... pertobatan. Pas nemu, update status, di medsos (kaya gue aja .... Wk .... Wk) "Yes, ketemu juga." Dia bilang bukan orang sehat butuh dokter tapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat. Lukas 5:32.
Nah, ada banyak fun fact dari perikop ini tapi beberapa saja saya share (pelit .... Ah ... Wk ... Wk). Gambaran gembala dan domba diambil dari Mazmur 23 dan Yehezkiel 34, dan Yeremia 31. Gambaran gembala menggendong domba yang ditemukan biasanya karena kelelahan dan terluka ya. Itu diambil dari Mazmur 28:9, Yesaya 40:11. Plot twist terakhir, ayat 6 (Lukas 15) Yesus nyindir mereka. Gereja masa kini yang suka  sok suci banget, yang jaga jarak dengan mereka yang tersingkirkan, jaga jarak dengan yang berbeda, gereja yang dengan dalih apologetika atau dogma malah kehilangan kasih pada sesama. Jangan-jangan mereka bukan sahabat Tuhan.

Mari kita tingkatkan dengan akselerasi yang lebih serius ..... Wk ..... Wk .... Wk.

Yesus mengajar dengan banyak perumpamaan. Perumpamaan merupakan cerita di dalam cerita Kitab Injil. Meski tampak sederhana, perumpamaan Yesus sulit untuk dipahami. Petulis Injil Markus mengakui itu sampai ia berkelit di balik wibawa 12 murid Yesus. “𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘬𝘰𝘬,” begitu kira-kira kata penginjil Markus dalam Markus 4:10.

Namanya juga perumpamaan, tentu saja itu merupakan cerita imajiner yang sedang disampaikan oleh Yesus. Para petulis Injil menafsir perumpamaan Yesus. Penafsiran atau pemaknaan perumpamaan oleh mereka tidak sama. Misal, makna perumpamaan 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 versi Injil Lukas 15:4-7 berbeda dari makna perumpamaan 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 versi Injil Matius 18:12-14, karena konteks keduanya berbeda.

Pada mulanya, sebelum Kitab Injil ditulis, tampaknya perumpamaan Yesus diceritakan berulang-ulang dan menyebar dari mulut ke mulut atau lisan dalam konteks para pengikut Yesus mula-mula. Dalam tradisi lisan itu sangat boleh-jadi perumpamaan Yesus mendapat tambahan atau pengurangan agar sesuai dengan konteks para pendengarnya masing-masing.

Minggu ini adalah Minggu keempat belas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Lukas 15:1-10 yang didahului dengan Keluaran 32:7-14, Mazmur 51:1-10, dan 1Timotius 1:12-17.

Bacaan Injil Lukas 15:1-10 hari ini mencakup dua perikop mengenai 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 dan 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘳𝘩𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨. Kedua perikop ini tampak sederhana, tetapi sulit ditafsir.

Bacaan tentang dua perumpamaan di atas sebenarnya bagian dari tiga perumpamaan dalam Lukas 15:1-32:

▶️ Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 4-7)
▶️ Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10)
▶️ Perumpamaan tentang anak yang hilang (ay. 11-32)

Ketiga perumpamaan itu disatukan oleh Lukas barangkali ketiganya dianggapnya memiliki tema yang sama seperti yang ditafsirkan oleh Lukas dalam penutup ketiga perumpamaan itu.

▶️ 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵, 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯. (ay. 7)
▶️ 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵-𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵. (ay. 10)
▶️ 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘵𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘮𝘣𝘪𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘥𝘪𝘬𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪. (ay. 32)

Kepada siapa ketiga perumpamaan itu ditujukan atau apa konteksnya? Apabila kita membaca ayat 1-2, perumpamaan ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat atas pertanyaan mereka: mengapa Yesus mau menerima dan makan bersama dengan orang-orang berdosa? 

𝗣𝗲𝗿𝘂𝗺𝗽𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗼𝗺𝗯𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴 (ay. 4-7)

Perumpamaan ini memerikan seseorang memiliki 100 ekor domba. Ia kehilangan seekor di antaranya, kemudian meninggalkan yang 99 ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya. 

Padang gurun adalah tempat berbahaya. Perumpamaan ini hiperbolik. Mana mungkin pemilik/gembala meninggalkan 99 ekor demi mencari seekor yang hilang? Sesudah seekor domba itu ditemukan, ia berpesta dengan sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya.

Pemaknaan atau penafsiran Lukas tentang perumpamaan ini tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 (ay. 7). Domba yang hilang itu pasif, tidak mungkin bertobat, tidak pulang sendiri, tetapi ditemukan oleh pemiliknya. Lukas tampaknya melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (pemilik 100 domba): 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮 bersama dengan sahabat dan tetangganya.

𝗣𝗲𝗿𝘂𝗺𝗽𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗿𝗵𝗮𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴 (ay. 8-10)

Perumpamaan ini memerikan seorang perempuan kehilangan satu dari 10 dirham miliknya. Ia kemudian menyalakan pelita dan menyapu rumahnya untuk menemukan satu dirham yang hilang itu. 

Satu dirham adalah upah sehari pekerja. Dalam imajinasi kita perempuan itu orang miskin. Wajar ia mencari satu dirham yang hilang. Yang menjadi tak wajar adalah ia seperti pemilik 100 domba di atas mengundang sahabat dan tetangganya untuk bersukacita. 

Lagi-lagi pemaknaan atau penafsiran Lukas tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 (ay. 10). Dirham yang hilang itu benda mati, tidak mungkin bertobat, tidak mungkin bersuara memanggil atau mendatangi pemiliknya, tetapi ditemukan oleh pemiliknya. Lukas kembali melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (perempuan pemilik 10 dirham): 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮 bersama dengan sahabat dan tetangganya.

Apabila jalan cerita dua perumpamaan di atas berbeda dari kesimpulan atau penafsiran Lukas pada ayat 7 dan 10, bagaimana menyampaikan kepada umat? Lebih khusus lagi bagaimana mengkhotbahkannya? Ada dua pilihan, tetapi pilihannya tidak dapat diambil dua-duanya. Harus dipilih satu dari dua pilihan yang sama-sama dapat dipertanggungjawabkan. Hanya saja setiap pilihan menghasilkan konsekuensi yang berbeda.

Pilihan kesatu, mengkhotbahkan kesimpulan atau pemaknaan Lukas pada ayat 7 dan 10. Konsekuensinya aman atau tidak berisiko, meskipun tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨, karena sesuai dengan penafsiran petulis Injil Lukas dan memang teksnya mengatakan seperti itu.

Pilihan kedua, mengkhotbahkan tekanan pada tokoh cerita: 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮. Risikonya anda akan dicap liberal karena melawan kesimpulan Lukas. Mari memilih yang kedua, meskipun berisiko, menurut pemikiran saya loh, tapi ada dasar argumentasinya, sbb.

Mengapa saya memilih yang kedua? Seumpama, andaikata, jika saya menjadi walikota di wilayah yang penduduknya 99% Kristen. Penduduk minoritas (1%) hendak mendirikan masjid, namun penduduk mayoritas bergerak menolak. Apakah saya akan ikut menolak pengajuan izin (pilihan kesatu) atau saya akan memberi izin pendirian mesjid (pilihan kedua)?

Jika saya menuruti penolakan itu (pilihan kesatu), saya aman. Saya akan terpilih lagi untuk periode kedua. Namun, saya tidak akan mengambil pilihan kesatu ini. 𝘛𝘰𝘰 𝘦𝘢𝘴𝘺!

Saya mengambil pilihan kedua dengan memberi izin kepada penduduk minoritas mendirikan masjid, meskipun saya akan menerima risiko terancam tidak terpilih lagi. Warga yang 1% itu adalah warga saya. Saya akan bersukacita dengan mereka, karena saya tidak jadi kehilangan mereka yang hendak meninggalkan kota. Namanya murid Kristus ya harus berani membela kelompok marginal, minoritas, meskipun berisiko kehilangan jabatan.

(13092025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...