Jumat, 05 September 2025

Sudut Pandang Lukas 14:25-33 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶



Sudut Pandang Lukas 14:25-33 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶

Kenapa saya meyakini Alkitab adalah tulisan kisah teologis penulisnya, kisah iman penulisnya, bukan buku yg turun dari langit bahkan sorga, seyakin itu pula saya mengakui penulisan Alkitab diinspirasi Roh Kudus, ini bagian  sejarah dan arkeologi serta sastra memperlihatkan. Harus saya perjelas dulu, biar gak salah kaprah, mulai dirujuk ke ayat 26, kata membenci menjadi terkait dengan maksud penulis Injil LUKAS tentang kemelekatan atau keterikatan atau sesuatu yang melebihi keterikatan atau kemelekatan pada Kristus, pada zaman itu keterikatan pada keluarga secara tradisi sangat kuat, menjadi barrier atau penghalang dalam pekabaran Injil yg dilakukan dg perjalanan melalang buana ke daerah di luar daerah kelahirannya. Dalam hal ini, meninggalkan/membenci istri dalam rangka mengikut Yesus, mengkabarkan Injil, pada konteks penulis Injil LUKAS adalah pemahaman totalitas mengikut Yesus pada konteks zamannya, yg menggebu bagi audiens atau sasaran pembaca Injil LUKAS pada zamannya, ingat pada zamannya. Sehingga kalau kita mau jujur pada kitab suci, memang penulis Injil LUKAS melarang perceraian/meninggalkan/membenci istri hanya ditujukan untuk mengganti istri dengan wanita lain, itu harus dipahami dengan jujur atas konteks audiens atau pendengar Injil LUKAS yang dituju oleh penulis Injil LUKAS. Sehingga wajarlah, totalitas mengkabarkan Injil, sampai melalang buana ke daerah-daerah di luar tempat kelahirannya, shg harus meninggalkan istri, anak, keluarga demi totalitas mengkabarkan keteladanan Yesus, menjadi gambaran kuatnya komitment mengikuti Yesus dalam penulisan Injil LUKAS, terlihat pula peristiwa pada zamannya yang diangkat penulis Injil LUKAS tentang gedung dibangun mungkin karena salah perhitungan shg ambruks menimbulkan korban jiwa yaitu peristiwa  FIDENAE AMPHITHEATER ambruks di tahun 26 Masehi membunuh 20000 orang, mungkin karena korupsi .... Wk ...wk atau pimpro nya korupsi .... Xi .... Xi, alias gak totalitas dan gak konsen bahkan konsern ... Wk ... Wk yg terlihat jelas pada ayat 28-30, itulah di gereja keuangan harus transparan dan akuntabel serta dapat dipercaya, ..... Wk .... Wk, FIDENAE AMPHITHEATER adalah bangunan yg disinyalir pada zaman penulisan Injil LUKAS yang diduga menjadi inspirasi penulis Injil LUKAS, secara arkeologi dan sejarah memang nyata, termasuk ayat 27 peristiwa penyaliban pada zaman itu, dimana orang disalib harus diarak dan dihujat sambil memikul salib seperti penyaliban Yesus menjadi inspirasi penulisan oleh penulis Injil LUKAS, jadi bukan nubuatan atau ramalan penyaliban Yesus, pada zaman itu pula kekalahan perang karena kurang persiapan menjadi inspirasi bagi penulis Injil LUKAS untuk mengusung totalitas komitment mengikut Yesus pada ayat 31-32. Peristiwa sezaman penulisan Injil LUKAS yang merujuk pada ayat 31-32 adalah peristiwa Raja Herodes Antipas anak Raja Herodes Agung, Raja saat Yesus lahir, yg kalah perang karena kurang perhitungan, gak konsen kali, gak totalitas, gak komit, Raja Herodes Antipas kalah perang dengan Raja Aretas di tahun 35, gegara sok-sok an, gak totalitas and gak fokus, semua perihal di atas mengusung ide penulis Injil LUKAS perkara totalitas dan komitment mengikut Yesus, otentik, akuntabel, dapat dipercaya, bukan dapat diperkaya .... Xi ...xi.

 Kelebihan bacaan ekumenis (𝘙𝘦𝘷𝘪𝘴𝘦𝘥 𝘊𝘰𝘮𝘮𝘰𝘯 𝘓𝘦𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯𝘢𝘳𝘺 atau RCL) adalah memaksa orang untuk membaca atau mengkhotbahkan bagian-bagian atau teks-teks Alkitab yang sulit. Dengan kehadiran RCL pengkhotbah tidak dapat memfavoritkan bagian Alkitab tertentu dan mengkhotbahkannya berulang-ulang seolah-olah isi Alkitab hanya itu. 

Ada dua jenis kesulitan pada teks-teks RCL yang disajikan. Kesatu, teks memang sukar ditafsir. Teks-teks seperti ini dihindari. Kedua, teks cukup mudah dipahami, tetapi sukar untuk dikhotbahkan karena bermuatan ucapan-ucapan radikal Yesus.
Hari ini adalah Minggu ketiga belas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis Minggu ini diambil dari Injil Lukas 14:25-33 yang didahului dengan Ulangan 30:15-20, Mazmur 1, dan Filemon 1:1-21.

Bacaan Injil Minggu ini termasuk yang sulit untuk dikhotbahkan karena berisi ucapan radikal Yesus. LAI menjuduli perikop bacaan dengan 𝘚𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴. Sekadar menyegarkan ingatan bahwa bacaan masuk ke dalam rangkaian 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 (𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦) yang dimula sejak Minggu ketiga setelah Pentakosta (lih. Sudut 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 edisi 29 Juni 2025).

𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘺𝘶𝘯-𝘥𝘶𝘺𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢. 𝘚𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘐𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, (ay. 25) "𝘑𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯, 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 26)  𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘶𝘭 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘣𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 27) 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘺𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘶𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶? (ay. 28) 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪, 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘦𝘬 𝘥𝘪𝘢 (ay. 29) 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢: 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. (ay. 30)

𝘈𝘵𝘢𝘶 𝘳𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘫𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘵𝘪𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘪 𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨? (ay. 31) 𝘑𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮 𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵-𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪𝘢𝘯. (ay. 32)

𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘢𝘱-𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 33)”

Penginjil Lukas mengambil bahan dari sumber Q (𝘘𝘶𝘦𝘭𝘭𝘦, bahasa Jerman, artinya sumber, kumpulan ucapan Yesus tanpa konteks) untuk ayat 25-27 dan sekaligus meracik bahannya sendiri untuk ayat 28-33. Meskipun perikop Lukas 14:25-33 merupakan bacaan yang sukar dikhotbahkan, karena berisi ucapan radikal Yesus, tetapi teks ini cukup mudah untuk dipahami.

Ucapan kesatu (ay. 26) dan ucapan terakhir (ay. 33) secara eksplisit sudah disampaikan: segala sesuatu harus dilepaskan untuk menjadi murid Yesus. Ayat 28-30 mengingatkan bahwa keputusan untuk menjadi murid Yesus janganlah atas dasar emosional. Iman bukanlah urusan perasaan belaka seperti yang kerap terjadi dalam so-called Kebaktian Kebangkitan Rohani (KKR). Itu sebabnya saya sering mengatakan jangan pernah percaya kepada orang yang baru saja berpindah agama atau “lahir baru” menjadi pengajar iman anda.

Ayat 31-32 tampaknya berpesan eskatologis atau semacam “ancaman” terhadap orang yang tidak mau melepaskan segala sesuatu demi mengikut Yesus. Yesus akan datang sebagai raja (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢) dan segala sesuatu akan menjadi milik Raja Yesus pada akhirnya. Namun Raja yang akan datang itu diunjukkan (𝘪𝘯𝘥𝘪𝘤𝘢𝘵𝘦𝘥) 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘶𝘩 (ay. 32). Dalam Injil Lukas kedatangan Yesus kembali memang diyakini masih lama terjadi (bdk. Luk. 19:12, 21:9).

Ayat 26 di atas mirip atau sejajar dengan Injil Matius.

“𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘒𝘶; 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘒𝘶.” (Mat. 10:37)

Kedua petulis Injil mengambil sumber yang sama: Sumber Q. Jika sumbernya sama, mengapa redaksionalnya berbeda? Jika berbeda, teks mana yang lebih mendekati Sumber Q?

Menurut banyak pakar Perjanjian Baru ciri ucapan Yesus adalah radikal. Ucapan Yesus di Injil Lukas radikal, sedang ucapan Yesus di Injil Matius dilunakkan. Lukas menggunakan diksi 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪, sedang Matius memakai 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪.

Mengapa dapat terjadi perbedaan narasi? Dapat diduga berbeda konteks. Situasi jemaat Lukas berbeda dari jemaat Matius. Jemaat Lukas mengemban misi memberitakan Injil sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Jemaat kecil dengan misi besar (atau ambisius?) tentulah membutuhkan totalitas untuk menuntaskan misi. Tinggalkan ayah, ibu, istri, atau anak-anak, jika mereka menghambat misi.

Meninggalkan istri apakah berarti Injil Lukas tidak melarang perceraian? Satu-satunya alasan perceraian yang ditentang oleh Lukas adalah perceraian untuk kawin lagi dengan perempuan lain (Luk. 16:18). Lukas tidak bersetuju dengan Markus 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘪𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 (lih. Mrk. 10:8-9, 11-12). Lukas tampaknya menganggap perkawinan bukan sesuatu yang mutlak harus dipertahankan, apalagi dipertahankan “atas nama Allah”. Tinggalkan istri, jika ia menghambat misi ( eiiitttzzz ...... He ..... Eitz ...... inget konteks atau latar belakang pada zamannya loh .... Wk .... Wk)

 (06092025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...