Kamis, 25 September 2025

SUDUT PANDANG TIGA PEKABAR SATU INJIL

 SUDUT PANDANG TIGA PEKABAR SATU INJIL

Sebutan Injil diambil dari kalimat pertama kitab Injil Yang tertua. "lnilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus (Mar 1:1). Secara harafiah kata itu berarti kabar baik. Akan tetapi, apa itu sebetulnya Injil? Jika Markus ditanya, mungkin la akan menjawab, "Aku menulis Injil, yaitu cerita yang objektif tentang hidup Yesus beberapa puluh tahun lalu, seperti sejarah yang terjadi. Tetapi tulisanku ini juga merupakan kesaksian imanku yang subjektif mengenai apa artinya hidup Yesus itu untuk zamanku." Injil merupakan ragam sastra yang belum pernah ada sebelumnya. Perintis ragam sastra ini adalah Markus. Kita lihat unsur-unsur jawab tadi. ”Cerita yang objektif. ” Injil bukan khotbah atau renungan, melainkan cerita yang melaporkan. Sifatnya historis objektif.  Tetapi  laporan yang objektif itu disampaikan sebagai kesaksian iman si penulis sehingga bersifat subjektif sesuai penghayatan si penulis tentang makna hidup dan karya Yesus bagi si petulis injil  ”Untuk zamanku!', zaman petulis injil. Sama seperti semua penulis, penginjil menyampaikan tulisannya untuk pembaca pada zaman di mana ia hidup, latar belakang audiens atau pembaca tertuju dan pembaca beberapa puluh tahun kemudian, bukan beberapa abad kemudian, perlu diingat konteks zaman penulisannya.
Terhadap pertanyaan di atas, mungkin Matius dan Lukas menjawab serupa dengan Markus, yaitu mereka menulis cerita berunsur historis objektif, namun juga berunsur penghayatan subjektif.  Nah, oleh sebab itu, ketiga kitab Injil sedikit saling berbeda, ketiga penulisnya tentu mempunyai penghayatan iman yang berbeda. Namun, persamaannya lebih banyak daripada perbedaannya, Ketiga kitab Injil pertama ini banyak sekali persamaannya sehingga disebut Sinoptik. Sebetulnya, secara harafiah, kata Yunani synopsis ikhtisar atau ringkasan, seperti sinopsis di sampul belakang sebuah buku. Namun, synopsis juga berarti pandangan bersama. Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik karena berpandangan sama bergaris besar sejajar dan hampir sama. Mengapa hampir sama? Karena garis besar Injil Markus diambil alih oleh Matius dan Lukas. Akan tetapi di pihak Iain Matius dan Lukas menambah banyak bahan yang tidak ditulis bahkan bahdn lisan atau mungkin tidak diketahui oleh Markus. Jadi, Markus dipakai sebagai sumber oleh Matius dan Lukas. Namun, baik Matius maupun Lukas mempunyai sumber tambahan masing-masing. Oleh sebab itu, ada cerita yang hanya terdapat di Matius, misalnya perumpamaan lalang di antara gandum (13:24-30). Demikian juga ada cerita yang hanya terdapat di Lukas, misalnya cerita tentang Zakheus (1 9:1-10). Ketika Matius dan Lukas menceritakan bahan yang sama terjadi juga perbedaan versi yang mencolok. Contohnya adalah versi Lukas tentang Pintu yang sesak (13:23-30) sangat berbeda dari versi Matius (7:13-14). Di Iain pihak, ada pula bahan yang 99% sama antara Matius dan Lukas, namun tidak terdapat di Markus. Misalnya, ucapan Yesus mengenai selumbar di dalam mata (lih. Mat. 7:3-5 dan Luk. 6:41-42).
Supaya penjelasan ini tidak menjadi rumit, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Matius dan Lukas lebih banyak sama dibandingkan dengan Markus. Matius dan Lukas menulis sekitar masing-masing 15 dan 25 tahun sesudah Markus. Jika kita membaca Alkitab dalam bahasa aslinya, tampak bahwa Matius dan Lukas lebih berkaidah dalam gramatika Yunani. Sebab itu, kedua penulis ini mengambil alih banyak cerita dari Markus sambil meluruskan struktur kalimat Markus. Perlu diingat bahwa semua perkataan Yesus diucapkan dalam bahasa Aram, padahal ketiga penulis ini mengarang dalam bahasa Yunani. Penerjemahan selalu berkemungkinan meleset. Barang siapa ingin mendalami Injil tentang Yesus, memang sebaiknya membaca sambil membandingkan ketiga kitab Injil pertama ini. Ada banyak persamaan sekaligus ada banyak perbedaan. Ketiganya saling melengkapi. Duduk perkara penyebab persamaan dan perbedaan.
Akan tetapi, kembali ke persoalan pada awal tulisan ini, mengapa Lukas cenderung memperkecil cerita pembaptisan Yesus? Lukas hanya menulis sebuah anak kalimat saja, yaitu "... dan ketika Yesus juga dibaptis (Luk. 3:21). Bahkan kalimat itu ditempatkan sesudah laporan tentang pemenjaraan Yohanes Pembaptis, seolah-olah pembaptisan Yesus terjadi sesudah pemenjaraan Yohanes Pembaptis atau seolah-olah bukan Pembaptis yang membaptis Yesus.  Nama Sungai Yordan juga tidak tercantum di dalam Lukas. Mengapa Lukas berbuat ini? Kita tidak tahu, tetapi agaknya Lukas ingin mencegah fanatisme para pengikut Yohanes Pembaptis yang disebut "murid-murid Yohanes" (Mat. 11:7). Ketika Lukas menulis injilnya sekitar tahun 90-an di Suriah, mungkin ketika itu para pengikut Yohanes Pembaptis sedang populer. Mereka cenderung bersifat sektarian, artinya hanya menekankan satu sektor tertentu dari ajaran yang umum. Akibatnya, mereka pun cenderung menganggap Yohanes Pembaptis sebagai tokoh utama. Tak bisa disangkal ada sentimen pertentangan murid Yesus dan Yohanes, bahkan Yohanes Pembaptis sempat ragu kalau Yesus adalah mesias, murid Yohanes Pembaptis pun ada yang memisahkan diri mengikut Yesus (Lukas 7:18-35, Matius 11:2-19). Nyata perbedaan Pandangan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus tentang kemesiasan (Lukas 3:16-17, Matius 3:11-12)
Sudah tentu para penulis Injil tidak mendukung paham sektarian seperti itu. Injil bukanlah cerita tentang tokoh ini atau tokoh itu, melainkan tentang Yesus Kristus. Kalimat pertama dalam kitab Injil yang pertama sudah menegaskan hal itu. Bunyinya, "Arche ton euaggelion Iesou Christou", artinya, "Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus" (Mrk. 1:1, BIMK).
25092025 (TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...