Kemudian juru minuman itu menceritakan mimpinya kepada Yusuf, katanya: "Dalam mimpiku itu tampak ada pohon anggur di depanku. Pohon anggur itu ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum. Dan di tanganku ada piala Firaun. Buah anggur itu kuambil, lalu kuperas ke dalam piala Firaun, kemudian kusampaikan piala itu ke tangan Firaun." (Kejadian 40:9-11).
Sekilas, ayat ini terlihat tidak ada masalah secara historik, tetapi justru masalah kecilnya ada pada frasa 'di tanganku ada piala Firaun. Buah anggur itu kuambil, lalu kuperas ke dalam piala Firaun'.
Banyak sejarawan menyatakan bahwa kalimat ini adalah kalimat yang perlu dipertanyakan karena diyakini anggur yang difermentasi tidak digunakan di Mesir. Salah-satu dasarnya adalah catatan Herodotus.
Herodotus memang tidak mencatat bahwa orang Mesir tidak menggunakan anggur yang difermentasi; tetapi, dia mencatat bahwa mereka menggunakan minuman yang berbeda. Dalam catatan "Historia"-nya, Herodotus menceritakan sebuah cerita dari sebuah pesta di mana cawan raja kosong, yang merupakan pertanda buruk, tetapi orang Mesir tidak memberikan anggur yang difermentasi, sebaliknya, mereka minum minuman yang berbeda. Dalam tulisan-tulisannya, Herodotus tidak menyebutkan anggur fermentasi dalam konteks minuman raja.
Ketiadaan catatan tentang penggunaan anggur fermentasi pada catatan Herodotus membuat Kejadian 40 terlihat ahistoris dan inkontekstual. Tetapi, sejarawan lain memiliki penjelasan menarik bahwa anggur yang difermentasi memang bukanlah suatu minuman yang umum di Mesir, tapi anggur jenis itu digunakan di kalangan kelas para imam dan bangsawan sebagai suatu minuman kerajaan.
Tata krama jamuan maka orang Mesir berbeda dengan kebudayaan Mesopotamia, Levant, dan bangsa-bangsa kuno Mediterania serta Aegea. Dalam budaya jamuan makan Mesir, anggur fermentasi ditawarkan sebelum makan malam dimulai. Artinya, juru minuman firaun menyajikan anggur pada firaun hanya saat makan malam (dalam jamuan resmi) dan para tamu firaun juga minum selama makan malam setelah firaun mencicipi anggurnya.
Pendapat ini diperkuat oleh monumen-monumen kuno, yang memiliki berbagai relief peralatan yang digunakan dalam pembuatan anggur, alat pemeras anggur yang sedang beroperasi, disertai pria dan wanita yang mabuk.
Penemuan arkeologi terbaru oleh tim arkeologi gabungan (Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir, Institut Arkeologi di Kairo, Universitas Wina, Universitas Teknologi di Wina, dan Universitas Lund) pimpinan Dr. E. Christiana Köhler (Universitas Wina) yang diumumkan pada Oktober 2023 juga mendukung pendapat bahwa bangsawan Mesir kuno mengkonsumsi anggur yang difermentasi. Tim ini menemukan sekitar 50 guci anggur utuh dalam satu wadah dan pecahan ratusan wadah anggur lainnya di kota kuno Abydos, tepatnya di makam Merneith (alias Merit-neith), seorang permaisuri Firaun Djet pada periode Dinasti Pertama. Ini menarik sebab Merneith kemudian memerintah Mesir sebagai wali pada masa pemerintahan putranya yang masih muda, Den, sekitar tahun 2.950 SM, menjadikannya salah satu penguasa wanita paling awal yang tercatat dalam sejarah. Artinya, guci-guci anggur ini berasal dari masa ±5.000 BP. Ini adalah penemuan besar dan berharga sebab sebagian besar guci-guci ini ditemukan dalam kondisi utuh bahkan beberapa di antaranya masih disegel dengan tutup keramik dan segel lumpur dan sebagian besar guci masih berisi biji anggur yang "terawetkan dengan baik". Sama halnya dengan kamar penyimpanan jenasah orang Mesir kuno, guci anggur Mesir biasanya disegel dengan tanah liat. Kebiasaan ini juga umum pada orang Asyur kuno dan Babilon kuno.
Penemuan ini bukan satu-satunya, sebelumnya juga telah ditemukan guci-guci anggur dari era Mesir kuno seperti penemuan guci-guci anggur di pemakaman besar era Mesir kuno di Helwan yang menampung ±10.000 makam. Guci-guci anggur yang ditemukan di situs ini berasal dari Periode Dinasti Awal, tepatnya pada masa pertengahan dinasti kedua.
Kedua penemuan itu berasal dari 5.000-5.200 BP, yang artinya jauh lebih tua dari masa yang diyakini sebagai periode keberadaan Yusuf di Mesir, sehingga ini berarti bahwa pada periode kehidupan Yusuf di Mesir (anggapan populer ±3.800-4000 BP) penggunaan anggur fermentasi di istana adalah hal yang lumrah. Guci-guci anggur yang disegel dengan segel tanah liat menunjukan betapa pentingnya anggur fermentasi bagi kehidupan kelas bangsawan di Mesir kuno, sehingga, narasi bahwa juru minuman agung menyajikan anggur yang dia peras kepada firaun adalah hal yang memang wajar di masa itu. Bukti-bukti arkeologi memang menunjukkan bahwa catatan Kejadian 40 merupakan catatan yang kontekstual.
.
Referensi utama:
James M. Freeman; "Manners and Customs of the Bible"; Nelson & Phillips; New York; 1875.
Daftar Bacaan:
- E. Christiana Köhler, Jane Smythe, Amber Hood; "Naqada IIIC-D – The end of the Naqada Culture?"; Persee; 2011.
- G.P. Gold (editor); Herodotus "Histories" (terjemahan Bahasa Inggris oleh A.D. Goldly); Harvard University Press - William Heinemann Ltd.; London; 1975.
- Lisa Mawdsley; "A First Dynasty Egyptian Wine Jar With A Potmark In The Collection Of The Australian Institute of Archaeology"; Buried History Volume 42; 2006.
- https://egypt-museum.com/5000-year-old-pharaonic-wine-jars-found-intact-at-abydos/
- https://www.winespectator.com/articles/a-rare-find-archaeologists-discover-5000-year-old-wine-jars-in-egypt
(TUS) 15102025