Di Gereja Protestan pada umumnya memiliki semacam SOP melayankan Perjamuan Kudus (PK) Khusus untuk orang sakit atau lansia atau siapa saja yang tidak dapat hadir secara fisikal di Gereja dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. SOP-nya kira-kira dengan mengadakan “ibadah mini” PK di tempat orang itu berada.
Bagaimana jika ada 10 orang yang perlu dilayani di 10 lokasi yang berbeda? Bagaimana jika 20? 30? Seorang rekan yang pernah turut dalam pelayanan ini mengeluh kelelahan. Dari pagi sampai malam. Padahal hanya beberapa orang yang dilayani.
Mengapa kelelahan? Menurut pandangan saya karena pelayanan PK Khusus itu keliru baik secara teologis maupun liturgis. Kelirunya di mana?
Perlu dipahami terlebih dahulu takrif PK atau Ekaristi. PK merupakan perayaan iman Gereja untuk mengenang (𝘢𝘯𝘢𝘮𝘯e𝘴𝘪𝘯) karya, kematian, kebangkitan, dan penantian kedatangan Kristus kembali. Takrif ini diterima secara ekumenis, setidaknya oleh GKR dan Gereja Protestan.
Tentu saja ada perbedaan dalam hal detil. Mirip-miriplah dengan tim sepakbola yang sama-sama menggunakan formasi 4-4-2, tetapi berbeda dalam hal detil. Sebagai contoh, sesudah 𝘋𝘰𝘢 𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳 dan 𝘪𝘯𝘴𝘵𝘪𝘵𝘶𝘴𝘪 GKR memandang roti dan anggur benar-benar tubuh dan darah Kristus, sedang Protestan memandangnya sebagai simbol tubuh dan darah Kristus. Meskipun berbeda, tetapi merujuk subjek yang sama: tubuh dan darah Kristus. Mengapa roti dan anggur bisa merujuk subjek yang sama? Tak lain dan tak bukan Katolik dan Protestan sama-sama memandang Kristus adalah kurban. Katolik memandang Kristus sebagai kurban salib, sedang Protestan memandang Kristus sebagai kurban penebusan.
Pertanyaan berikutnya mengapa bisa ada kurban di altar? Tentu saja karena ada 𝘓𝘪𝘵𝘶𝘳𝘨𝘪 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯. 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗲𝗿𝘀𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵𝗮𝗻, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗸𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻. 𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗸𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗣𝗞. Persembahan selalu berpautan erat dengan PK atau Ekaristi. Persembahan di sini bukanlah kolekte, kantong beredar lalu memasukan uang, kotak kolekte amplop maju ke depan, dlsb .... bukan ..... bukan itu. Persembahan roti dan anggur diletakkan secara agung di altar. Altar adalah 𝗺𝗲𝗷𝗮 𝗣𝗲𝗿𝗷𝗮𝗺𝘂𝗮𝗻 𝗧𝘂𝗵𝗮𝗻 tempat untuk menghadirkan kurban. Sesudah 𝘋𝘰𝘢 𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳 dan 𝘪𝘯𝘴𝘵𝘪𝘵𝘶𝘴𝘪, roti dan anggur dibagikan oleh imam kepada umat yang dibantu oleh pelayan meja dhi penatua.
[Setiap Doa Syukur selalu didahului dengan prefasi (𝘱𝘳𝘢𝘦𝘧𝘢𝘵𝘪𝘰). Suku kata 𝘱𝘳𝘦 pada prefasi bukan berarti pengantar. Secara liturgis suku kata 𝘱𝘳𝘦 dimaknai sebagai di depan atau di hadapan. Di sini imam atau pendeta berdiri di depan atau di hadapan Allah dan umat beriman memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas penyelamatan-Nya. Untuk itulah imam atau pendeta pemimpin PK tidak boleh bercacat moral. Misal, pendeta yang menghalalkan segala cara melanggar Tata Gereja demi kroninya jelas cacat moral sehingga dilarang melayankan PK, Pendeta selingkuh, pendeta korupsi, dlsb
PK atau Ekaristi bermatra 𝗸𝗼𝗺𝘂𝗻𝗮𝗹, bukan individual. Itu sebabnya pemberian dan penerimaan hosti di Gereja Katolik disebut 𝗸𝗼𝗺𝘂𝗻𝗶 (satu tubuh). Roti dan anggur yang dibagi sesudah 𝘋𝘰𝘢 𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳 dan 𝘪𝘯𝘴𝘵𝘪𝘵𝘶𝘴𝘪 itulah juga yang diberikan kepada orang sakit atau lansia di tempatnya masing-masing setelah kebaktian. Imam atau pendeta menyerahkan roti dan anggur kepada penatua, lalu penatua (atau diakon pada GKR) menyerahkan kepada mereka yang tidak dapat hadir secara fisikal di Gereja dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan tadi. Jadi, pelayan PK tidak akan kelelahan. Ada banyak penatua dalam satu jemaat. Seorang penatua dapat menjangkau beberapa lokasi. Kurang daripada sehari selesai. Warga yang makan roti dan minum anggur itu benar-benar merasa satu tubuh dengan umat yang hadir di Gereja.
Kembali lagi ke pertanyaan, mengapa SOP PK Khusus di atas keliru baik secara teologis dan liturgis?
Roti dan anggur merujuk tubuh dan darah Kristus karena Kristus adalah kurban. Kurban didapatkan dari mana? Kurban dari persembahan. Tidak ada persembahan, maka tidak ada kurban. Tidak ada kurban, maka tidak ada PK. Dalam SOP PK Khusus tersebut di mana persembahannya? Bagaimana juntrungnya 𝘬𝘰𝘬 𝘶𝘫𝘶𝘨-𝘶𝘫𝘶𝘨 melakukan Doa Syukur dan institusi? Sudah keliru, menyita banyak waktu dan energi pula.
Kalau mengantar roti dan anggur dari kebaktian PK nanti jadi Katolik 𝘥𝘰𝘯𝘨? Gereja Protestan tidak bisa seperti itu! Sila saja jika tak mau disebut seperti Katolik. Layankanlah PK secara liturgis dengan memasukkan 𝘓𝘪𝘵𝘶𝘳𝘨𝘪 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘯. Untuk melakukan itu sediakan terlebih dahulu bahan-bahan dan penunjang persembahan termasuk altar dan ritus perarakan persembahan. 𝘠𝘰𝘶𝘳 𝘤𝘢𝘭𝘭! ....... wk ..... wk ..... wk
(07102025)(TUS)