Sabtu, 18 Oktober 2025

Sudut Pandang Lukas 17: 11-19, 𝗞𝗮𝗳𝗶𝗿 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵

Sudut Pandang Lukas 17: 11-19, 𝗞𝗮𝗳𝗶𝗿 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵

Dalam dunia Alkitab dikisahkan orang-orang Yahudi memusuhi orang-orang Samaria. Padahal sebelumnya mereka adalah satu negara. Mengapa?

Pada masa Raja Daud dan Salomo cakupan Kerajaan Israel Bersatu (KIB) adalah gabungan Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel Utara. Kota atau wilayah utama Israel Utara adalah Samaria. Pusat KIB adalah Yerusalem di wilayah Yehuda. Pada 721 ZB Kerajaan Israel Utara takluk pada Asiria (atau Asyur) dan tinggal Kerajaan Yehuda yang masih bertahan. Rakyat Israel Utara bercampur baur dengan orang-orang Asiria sehingga sejalan dengan waktu sudah sulit menampakkan jatidiri mereka. Inilah satu penyebab belakangan orang-orang Yahudi membenci orang-orang Samaria. Namun, pada masa itu belum ada istilah Yahudi.

Istilah Yahudi baru menyembul pada masa pembuangan, ketika warga Kerajaan Yehuda kalah perang lalu dibuang ke Babilonia pada 587 SZB. Yahudi merujuk orang-orang Yehuda di Babilonia. Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar. Bait Allah, pusat kultus agama KIB yang dibangun oleh Raja Salomo, dihancurkan. 

Masa pembuangan (586 – 538 SZB) adalah yang terburuk sepanjang sejarah Israel. Bait Allah, yang merupakan kediaman Yahweh di bumi, dihancurkan. Yahweh yang adalah kultus dewa paling super ditundukkan oleh Nebukadnezar. Para imam yang ikut diangkut ke Babilonia menenangkan orang-orang Yehuda. Yahweh mereka tidaklah kalah, melainkan Yahweh sedang menghukum Yehuda karena Yehuda sudah berselingkuh. Perselingkuhan Yehuda tampak pada tindakan Manasye, Raja Yehuda, membiarkan Bait Allah diisi dengan simbol-simbol dewa-dewa Asiria. Juga ketidakadilan para penguasa kepada rakyat Yehuda (lih. Kitab Yeremia).

Babilonia pada akhirnya juga takluk dari Persia dengan rajanya Koresh. Berbeda dari penguasa sebelumnya, Koresh memberikan otonomi terbatas kepada Kerajaan Yehuda. Satu alasannya adalah wilayah Persia yang sangat luas antara Grika di barat dan Sungai Indus di India Timur sehingga untuk mengendalikan wilayah yang sangat luas itu Koresh memberikan otonomi terbatas bagi wilayah taklukannya termasuk Yehuda. Ini dimaksudkan agar para imam dapat menciptakan ketertiban kehidupan di Yerusalem. Sesbazar adalah orang pertama yang memimpin delegasi orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem (lih. Syenasar dalam 1Taw. 3:17-18).

Oleh karena mendapatkan otonomi terbatas bangsa Yehuda menjadi leluasa menjalankan kehidupan beragama. Puncaknya ialah pembangunan ulang Bait Allah (atau Bait Allah II). Sebagai pusat kehidupan Yehuda secara sosio-politik, ekonomi, dan tentu saja agama membuat peran Bait Allah II makin penting. Pada masa inilah ke-Yahudi-an (Yudaisme) menjadi suatu gaya hidup baru yang berbeda dari keagamaan sebelumnya. Ke-Yahudi-an masa pasca-pembuangan merupakan campuran antara kehidupan beragama dan sosio-politik serta ekonomi yang berpusat kepada imam menggantikan peran raja. Orang-orang dari bekas Kerajaan Israel Utara termasuk Samaria tidak masuk atau tidak dianggap dalam ke-Yahudi-an karena keturunan mereka sudah bercampur baur dengan orang-orang kafir.

Hari ini adalah Minggu kedelapan belas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Lukas 17:11-19 yang didahului dengan 2Raja-raja  5:1-3, 7-15c, Mazmur 111, dan 2Timotius 2:8-15.

Dalam bacaan Injil Lukas Minggu ini sorotan ceritanya sebenarnya sederhana. Ada 10 orang kusta disembuhkan Yesus, tetapi hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih. Namun, karena pengarang Injil Lukas adalah pencerita ulung, maka rincian cerita dibuat rumit.

Dikisahkan dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem Ia menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa, datanglah 10 orang kusta menemui-Nya. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus kemudian memandang mereka dan berkata, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." (ay. 11-14)

Untuk diketahui bahwa orang-orang kusta, baik orang Yahudi maupun Samaria, dianggap najis sehingga tidak boleh bersentuhan dengan masyarakat. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir kota atau di luar tembok kota. Itu sebabnya dalam narasi di atas disebutkan bahwa mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak kepada Yesus. Atas permintaan mereka Yesus menjawab, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Mengapa? Jika mereka disembuhkan, kesembuhan mereka harus dibuktikan di hadapan imam dan mereka harus mengikuti ritual penahiran (lih. Im. 13-14).

Sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, ia kembali keada Yesus sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Ia seorang Samaria. Yesus berkata, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?" (ay. 15-18)

Yesus kemudian berkata kepada orang Samaria itu, "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkanmu." (ay. 19)

Hal sangat penting dalam cerita sederhana itu bukan karena hanya satu orang yang kembali dan mengucap syukur, tetapi satu orang yang kembali itu justru orang Samaria yang oleh orang Yahudi dianggap orang asing. Bukan sesama Yahudi. Bukan sesama manusia. Orang kafir atau tak beragama (Yahudi). Sebelumnya penginjil Lukas sudah memberikan perumpamaan Yesus tentang 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪” (lih. Luk. 10:25-37).

Kontras antara sembilan orang Yahudi dan satu orang Samaria itu diungkapkan Lukas melalui tiga pertanyaan retorik Yesus (ay. 17-18):
▶️ Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? 
▶️ Di manakah yang sembilan orang itu?
▶️ Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?

Kesepuluh orang beriman itu sama-sama sembuh. Namun hanya satu yang mengalami keselamatan holistik atau seutuhnya seperti dinyatakan dalam ucapan penutup cerita 𝘉𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘪𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 (ay. 19). Orang Samaria itu tidak sekadar sembuh, tetapi juga selamat.

Dalam Sudut 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 edisi Minggu lalu kita membahas 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘎𝘦𝘳𝘦𝘫𝘢 (Luk. 17:1-6). Bacaan Minggu ini Lukas hendak menambahkan bahwa iman jemaatnya juga seharusnya cukup untuk memampukan mereka mengucap syukur kepada Allah yang sudah berkarya melalui Yesus (ay. 16). Mengucap syukur kepada Yesus berarti memuliakan Allah (ay. 18). Lukas di sini hendak mengatakan bahwa orang kafir saja tahu berterima kasih, 𝘮𝘰𝘴𝘰𝘬 orang beragama tidak bisa? Kontras.

 (12102025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...