SUDUT PANDANG PERJAMUAN KUDUS SEDUNIA
Pada tahun 1933, dunia lagi gelisah dilanda krisis ekonomi. Di Eropa dan Amerika, orang-orang kehilangan pekerjaan, rumah, dan harapan. Keluarga dan gereja ikut merasakan dampaknya. Masa depan terlihat suram. Saat itu Pendeta Hugh Thomson Kerr menjadi moderator Gereja Presbiterian di Amerika Serikat. Ia melontarkan ide: bagaimana menyadarkan umat Kristiani bahwa mereka tidak sendirian menghadapi krisis global? Bagaimana menanamkan kesadaran bahwa umat Kristen sedunia adalah satu keluarga besar di dalam Kristus? Ia mengusulkan agar setahun sekali, gereja-gereja Protestan mengadakan Perjamuan Kudus khusus bersama-sama. Ide ini disambut baik, mula-mula oleh gereja-gereja di Amerika Serikat, lalu mendunia setelah didukung oleh Dewan Gereja Dunia. Sejak itu, tiap hari Minggu pertama di bulan Oktober, gereja-gereja sedunia menyelenggarakan Perjamuan Kudus Sedunia (World Communion Sunday).
Makna Perjamuan yang satu ini unik. Roti dan air anggur bukan hanya dimaknai sebagai simbol pengorbanan Kristus. Pemaknaannya lebih pada unsur persekutuannya. Roti yang satu dipecah-pecahkan dan dibagikan. Tiap-tiap orang mendapatkan secuil, lalu dimakan bersama, menjadi satu dengan tubuh setiap orang. Ini adalah simbol persekutuan: lewat Perjamuan, kita dijadikan satu tubuh dengan Kristus, juga dengan semua yang ikut serta. Rasul Paulus menulis: “Karena roti itu satu, kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh; sebab kita semua mendapat bagian dalam satu roti itu” (1Kor 10:17).
Ketika Anda ikut dalam Perjamuan Kudus hari ini, bayangkan: Anda makan semeja dengan saudara seiman di seluruh muka bumi. Bersama jemaat di desa kecil di Afrika yang memakai roti jagung. Bersama jemaat Palestina di Betlehem yang lagi resah karena perang. Bersama para imigran di Amerika Serikat yang terancam deportasi. Bersama umat Kristiani dari Aceh sampai Papua dari gereja manapun. Liturginya berbeda. Ritual Perjamuannya berbeda. Namun, hari ni kita semua duduk di meja yang sama.
Pernah seorang pendeta dari Afrika merasa terharu saat mengikuti Perjamuan Kudus di persidangan Dewan Gereja Dunia. Dia bilang, “Di samping saya ada seorang penatua dari Korea,
di depan saya ada seorang pendeta dari Argentina,
dan di sebelah kiri saya ada seorang biarawati dari Eropa. Kami tidak bisa bercakap-cakap karena kendala bahasa. Namun, saat roti dan air anggur diedarkan, kami saling menatap dan tersenyum. Saat itu muncul kesadaran yang mendalam: kami datang dari berbagai ujung dunia, tetapi kami satu saudara di dalam Tuhan.”
Ketika Anda mengikuti Perjamuan Kudus hari ini, Anda sedang menghadiri sebuah fenomena akbar. Anda duduk di sebuah meja bundar raksasa, di samping miliaran orang Kristen di sekitar Anda. Disitu Kristus menjamu Anda dan menjadikan kita satu tubuh. Selamat merayakan Perjamuan Kudus Sedunia!
05102025 (TUS)