Jumat, 25 Oktober 2024

QEVER RACHEL, SERIAL SUDUT PANDANG

QEVER RACHEL, SERIAL SUDUT PANDANG

Sebuah bangunan kecil berbentuk kubah dikelilingi dinding tembok tinggi dikunjungi ribuan pesiarah sepanjang tahun, terletak disisi jalan antara Yerusalem dgn Betlehem. Bangunan itu dinamai Qever Rachel / Kever Rachel atau Kubur Rahel, dalam bahasa Arab disebut Qabr Rahil.
Menjadi situs rohani (tempat suci) bagi tiga agama samawi (Abrahamik) yakni Yahudi, Kristen dan Islam.
Bahkan orang Yahudi menempatkannya selaku tempat tersuci ketiga. Bagi mereka Qever Rachel wajib disiarahi, terutama kaum wanita yang belum punya keturunan.
Bagi orang Yahudi (Israel) ia menjadi teladan keimanan, pengharapan dan doa.
Setelah bertahun-tahun mandul dan tidak memperoleh keturunan dgn Yakub suaminya, akhirnya Tuhan mengabulkan dan lahirlah anak-anaknya Yusuf dan kemudian Benyamin.
Bangsa Israel menyebutnya Rachel Imeinu atau Ibunda Bangsa Israel yang diperingati dengan berpuasa pada tgl 11 Chesvan (pertengahan Oktober hingga pertengahan November) setiap tahun.

Kejadian 35 : 16-20 mengisahkan bagaimana Yakub (beserta seluruh keluarga dan tentunya semua harta bendanya) dari Betel menuju ke rumah Isak ayahnya di Mamre dekat Kiryat-Arba (Hebron).
Dalam perjalanan mendekati Efrata (Betlehem) isterinya tersayang Rahel melahirkan dengan susah payah dan akhirnya meninggal. 
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rahel memberi nama anaknya: Ben-oni (anak penderitaan / kedukaan) tetapi Yakub menamainya Ben-yamin (anak tangan kanan / anak kesayangan).
Kemudian Yakub memakamkan Rahel dan mendirikan tugu diatasnya dan setelah itu meneruskan perjalanan

Mengapa Yakub tidak memakamkan Rahel di Gua Makhpela atau Gua para leluhur (Me'arat ha-Makhpelah) di Hebron padahal Rahel adalah isterinya tersayang ? 
Bukankah mereka sedang menuju ke Hebron ?
* Sesuai tradisi Israel pada waktu itu, orang yang  meninggal dalam perjalanan harus dikuburkan ditempat itu pada saat itu juga.
* Yakub melakukan perjalanan dalam rombongan yang sangat besar dengan berjalan kaki, membawa para isteri dan anak-anak dan berbagai barang peralatan dan seluruh hewan ternak yang sangat banyak.
Walaupun jarak Betlehem ke Hebron "hanya" kurang dari 25 km (menurut ukuran sekarang), tetapi akan memakan waktu cukup lama untuk tiba disana.

Beberapa catatan sejarah :
Melalui kurun waktu yang sangat panjang sekitar 4000an tahun sampai saat ini, Qever Rachel telah mengalami banyak perubahan dan kerusakan.
Bergantinya rezim penguasa wilayah, turut merubah fungsi dan penggunaannya.

* Tradisi Yahudi menyatakan bawa Rahel meninggal diperkirakan dalam usia 36 tahun, sekitar 2000  tahun sebelum masehi.
Yakub menyuruh kesebelas puteranya (Ruben - Yusuf) masing-masing meletakkan / menyusun sebelas batu diatas makam berbentuk sebuah tugu.
* Periode Byzantium.
Dalam tahun 324 Eusebius menulis bahwa tugu itu terletak kurang lebih 4 mil diselatan Yerusalem.
* Periode Muslim.
Sebuah laporan menyebutkan ditemukan sebuah makam dari bebatuan bersusun yg sangat kasar buatannya  dengan tulisan "Rachel"
* Periode Crusaders (Perang salib)
Sekitar tahun 1170, dua orang pesiarah bernama Benjamin dari Tudela dan Jakob Ben Nathanael menjadi pesiarah Yahudi pertama yg mengunjungi tempat itu, mencatat ada tumpukan / susunan 11 batu dilindungi oleh sebuah kubah yang ditopang dengan 4 buah tiang batu.
*Periode Mamluk dan Otoman.
Bangunan makam mengalami berbagai perubahan bentuk dan fungsi ibadah, menjadi tempat sembayang umat Islam.
*Periode sekarang.
Berdirinya pemerintah Israel sejak 1948, bangunan makam dikembalikan ke fungsi asal, tempat siarah kaum Yahudi dibawah pengawasan otoritas keamanan Israel (walaupun letaknya di "west bank".
Para pesiarah sering mendapat gangguan dari orang Palestina. 
Mencapai puncaknya pada bulan Maret 2002. Ratusan penduduk Betlehem dan orang Arab dipimpin oleh Gubernur Betlehem bernama Muhammad Rasad al-Jabari menyerang makam. Mereka memasang perancah (scaffolding) disekeliling makam dan membakarnya sambil berusaha mendobrak masuk. Pasukan pengamanan langsung bereaksi dengan tembakan sehingga korban berjatuhan.
Maka pada 11 September 2002 pemerintah Israel memasukkan wilayah makam kedalam kota metropolitan Yerusalem, merubah arah pagar pengaman (west bank barrier) dan memutuskan bahwa Makam Rahel sejak saat itu masuk dlm wilayah Yerusalem.


Lokasi lain :
Dalam 1 Semuel 10 : 2 disebutkan tentang Kubur Rahel di dekat Zelsah.
Letaknya dalam wilayah suku Benyamin didekat perbatasan dengan suku Yehuda diantara Betel dan Yerusalem. 
Rupanya atau "mungkin" suku Benyamin memindahkan makam tsb setelah bangsa Israel menguasai seluruh tanah Kanan.
Sebagai keturunan langsung dari  Rahel mereka merasa paling berhak atas makam Rahel yang meninggal pada saat melahirkan Benyamin.
Namun sampai sekarang, tidak / belum ada bukti arkeologis yang mendukung. 
__________
(TUS)(24102024)
Sumber :
* Wikipedia: Rachel's tomb 
* Life in Holyland
* Foto-foto : Wikipedia

SUDUT PANDANG MARKUS 10:46-52, 𝗠𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹


SUDUT PANDANG MARKUS 10:46-52, 𝗠𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝗴𝗸𝗮𝗺 𝘄𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹

Kegiatan dalam kehidupan gereja modern kerap dirajai oleh para elit gereja. Pelayanan terhadap warga kecil hanya sebatas untuk konten media sosial. Para elit sering membungkam seruan warga kecil. Petulis Injil Markus mengecam ulah para elit yang mendaku diri pelayan Tuhan.

Hari ini adalah Minggu kedua puluh tiga setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Markus 10:46-52 yang didahului dengan Yeremia 31:7-9, Mazmur 126, dan Ibrani 7:23-28.

Bacaan Minggu merupakan sambungan langsung bacaan Minggu lalu. Secara narasi bacaan Minggu ini adalah satu paket dengan bacaan Minggu lalu. Dalam Injil Markus tiga kali Yesus memberitahu tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Teknik penulisan Markus selalu sebangun: pengajaran khusus dan perjumpaan. 

Dalam pemberitahuan yang ketiga pengajaran khususnya mengenai melayani (bacaan Minggu lalu) dan perjumpaan dengan si Buta Bartimeus (bacaan Minggu ini). Bartimeus adalah satu-satunya orang yang disembuhkan Yesus yang disebut namanya oleh petulis Injil Markus. Markus hendak mengontraskan Bartimeus, si pengemis buta, dengan Yakobus dan Yohanes, dua murid besar Yesus yang kemaruk kuasa.

Konteks besar bacaan tetap merujuk 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. Perjumpaan Yesus dengan Bartimeus merupakan babak akhir sebelum memasuki Yerusalem sekaligus kisah penyembuhan terakhir dalam Injil Markus.

Pengulasan bacaan dibagi ke dalam dua bagian:
▶ Seruan Bartimeus (ay. 46-48)
▶ Bartimeus  mengikuti Yesus (ay. 49-52)

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗕𝗮𝗿𝘁𝗶𝗺𝗲𝘂𝘀 (ay. 46-48)

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Ketika Ia keluar dari Yerikho bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis buta bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan (ay. 46). Ketika didengarnya bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulalah ia berseru, “𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” (ay. 47) Banyak orang menegurnya, tetapi ia semakin keras berseru, “𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” (ay. 48)

Secara tradisi Yerikho adalah kota terakhir menjelang Yerusalem bagi para peziarah dari Galilea. Tampaknya rombongan Yesus membesar karena para peziarah bergabung dengan-Nya. Posisi Bartimeus dapat diduga di pinggir jalan tak jauh dari gerbang kota. Yang istimewa dalam kisah penyembuhan ini adalah satu-satunya petulis Injil Markus menampilkan nama orang yang disembuhkan oleh Yesus. Di sini Markus hendak mengontraskan Bartimeus dengan dua anak Zebedeus, Yakobus dan Yohanes, yang 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨 untuk meminta kursi terhormat kepada Yesus, Sang Mesias. Bartimeus menggerakkan segala kemampuan dan kekuatannya untuk berjumpa dengan Yesus, sedang Yakobus dan Yohanes yang berjumpa saban hari tidak banyak belajar dari Yesus.

Nama Yesus dalam bahasa Ibrani adalah יְהוֹשֻׁעַ (𝘠𝘦𝘩𝘰𝘴𝘩𝘶𝘢`). Tulisan Ibrani tak mengenal huruf vokal sehingga nama itu banyak variasi bunyinya termasuk Yosua. Nama itu adalah umum di kalangan orang Yahudi sehingga harus ada penciri unik sebutan untuk Yesus bin Yusuf. Orang kemudian menyebut Yesus dari Nazaret sesuai kota asal-Nya (lih. Mrk. 1:9).

Dari mana Bartimeus tahu Yesus Anak Daud? Padahal sebelumnya Yesus selalu mengatakan kepada murid-murid-Nya agar merahasiakan kemesiasan Yesus. Narasi singkat Markus (ay. 46) mengenai kemeriahan rombongan Yesus meninggalkan Yerikho tidak dapat membendung lagi isu kemesiasan Yesus. Ia diarak menuju Yerusalem sebagai Mesias politis yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel. Mereka memahami secara turun-temurun bahwa Mesias adalah keturunan Raja Daud yang membebaskan bangsa Israel dari belenggu penjajah.

Namun, seruan Bartimeus “𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥, 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶!” bukanlah sekadar seruan minta dikasihani dan tolong. Ini adalah liturgi. Seruan ini juga didapati di Mazmur 6:2, 9:13, 31:9, 86:3, dan 123:3 versi Septuaginta. 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥 merupakan gelar yang diberikan kepada Mesias oleh bangsa Israel sehingga tampak istimewa diucapkan oleh Bartimeus, pengemis buta, orang pinggiran dan 𝘀𝗮𝘁𝘂-𝘀𝗮𝘁𝘂𝗻𝘆𝗮 di dalam Injil Markus. Untuk itulah kisah ini jangan dibaca sekadar narasi biasa.

Rupanya orang-orang di sekitar Bartimeus yang ikut dalam rombongan besar Yesus merasa terganggu oleh seruan Bartimeus. Teks menyebut mereka yang merasa terganggu menegurnya. Kata menegur diterjemahkan dari 𝘴𝘪𝘰̄𝘱𝘦̄𝘴𝘦̄ yang berarti literal membungkam, yang tentu lebih kasar daripada menegur. Dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bergereja, seruan orang-orang kecil sering dibungkam oleh para elit. Orang-orang kecil ini dianggap merepotkan para elit. Mereka diremehkan dan tidak pantas turut berperan dalam kehidupan bergereja. Hebatnya Bartimeus, bukannya minder, ia malah berseru lebih lantang agar Yesus mendengarnya.

𝗕𝗮𝗿𝘁𝗶𝗺𝗲𝘂𝘀  𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 49-52)

Yesus berhenti dan berkata, “𝘗𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya, “𝘛𝘦𝘨𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶, 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶.” (ay. 49) Orang buta itu menanggalkan jubahnya, lalu segera berdiri dan pergi kepada Yesus. (ay. 50) Tanya Yesus kepadanya, “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?” Jawab orang buta itu, “𝘙𝘢𝘣𝘶𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵!” (ay. 51) Lalu kata Yesus kepadanya, “𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘪𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” Saat itu juga ia dapat melihat, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. (ay. 52)

Tak dinyana Yesus mendengar seruan Bartimeus. Yesus berprakarsa, berhenti, dan menyuruh orang memanggilnya. Tampaknya orang-orang kaget Yesus mau meladeni Bartimeus, orang kecil, bukan siapa-siapa. Hal ini dapat kita lihat ucapan mereka ke Bartimeus “𝘛𝘦𝘨𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶” yang diterjemahkan dari 𝘛𝘩𝘢𝘳𝘴𝘦𝘪 (𝘵𝘢𝘬𝘦 𝘤𝘰𝘶𝘳𝘢𝘨𝘦!). Dalam bahasa masa kini, “𝘚𝘰𝘯𝘰! 𝘉𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘨𝘢𝘬 𝘬𝘢𝘮𝘶?” Sikap meremehkan Bartimeus. Persis elit-elit gereja yang suka meremehkan orang-orang kecil.

Bartimeus bukan saja berani, ia menanggalkan jubahnya. Belum lagi ia mendapat apa-apa dari Yesus, ia sudah meninggalkan miliknya yang paling berharga, jubah, untuk berjumpa dengan Yesus. Jubah digunakan oleh pengemis sebagai pelindung tubuh dari panas dan dingin serta untuk tidur. Ia percaya kepada panggilan dan tawaran keselamatan dari Yesus. Susunan cerita penyembuhan ini agak berbeda dengan yang lazim di Injil Markus. Di sini ada pendahuluan panjang yang memerikan kepercayaan istimewa orang buta ini (ay. 46-50), lalu dikisahkan perjumpaan Bartimeus dengan Yesus secara singkat.

Pertanyaan Yesus kepada Bartimeus di ayat 51 sama persis dengan pertanyaan Yesus kepada Yakobus dan Yohanes (Bacaan Minggu lalu, lih. Mrk. 10:36), “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?” 
• Yakobus dan Yohanes meminta Yesus memberi kursi kehormatan kepada mereka. Kedua bersaudara ini ternyata “buta” pada jalan sengsara yang akan dilalui Yesus. 
• Bartimeus meminta kebutuhan dasarnya: melihat. 

Kontras jawaban di atas sesungguhnya terjadi sampai sekarang. Para elit gereja yang diragakan oleh Yakobus dan Yohanes lebih mementingkan kuasa yang lebih besar yang harus didapatkan mereka ketimbang melayani orang kecil. Mereka “buta” pada kebutuhan warga kecil.

Bartimeus juga mengubah sebutan Yesus 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘋𝘢𝘶𝘥 menjadi 𝘙𝘢𝘣𝘶𝘯𝘪 atau Rabi atau Guru (ay. 51) sama seperti Yakobus dan Yohanes menyebut Yesus Guru saat meminta. Bartimeus sudah tidak lagi menjaga jarak antara rakyat dan Mesias-Raja, melainkan lebih intim antara Guru dan murid. Yakobus dan Yohanes lama berguru kepada Yesus, tetapi tetap “buta”. Bartimeus sekali berguru kepada Yesus, ia langsung melihat. Ia mampu menangkap sesuatu dalam diri Yesus yang tidak dapat ditangkap oleh mata Yakobus dan Yohanes.

Sesudah Yesus menegaskan bahwa Bartimeus terpulihkan karena imannya, ia langsung mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ia mengikut jalan sengsara Yesus. Bartimeus juga menjadi contoh menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak (𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘭𝘪𝘬𝘦, bukan 𝘤𝘩𝘪𝘭𝘥𝘪𝘴𝘩).

Bartimeus meminta karunia melihat, sedang Yakobus dan Yohanes, yang merasa staf khusus Yesus, meminta kursi kehormatan. Persis banyak pendeta, yang mendaku-daku pelayan Tuhan, meminta fasiltas mewah kepada jemaat, tetapi mereka suka membungkam seruan warga kecil. 

 (27102024)(TUS)

Minggu, 20 Oktober 2024

Kristus dan Budaya oleh Richard Neibuhr, Serial Sudut Pandang (sebuah tinjauan dari buku Kristus dan budaya karya Richard Niebuhr)

Kristus dan Budaya oleh Richard Neibuhr, Serial Sudut Pandang (sebuah tinjauan dari buku Kristus dan budaya karya Richard Niebuhr)


Richard Niebuhr adalah seorang Etikus Teologia Kristen yang Amerika yang paking terkenal dengan bukunya Christ and Culture, yang membahas tentang hubungan antara Kekristen-an dan budaya maupun sistem-sistem kemasyarakatan. Dimana hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara keKristenan dan kebudayaan akan berkembang menjadi sesuatu yang bisa diperdebatkan ketika manusia mengetahui bahwa Kristus atau keKristenan itu sendiri adalah suci, sempurna, dan tidak berdosa, sementara, budaya adalah buatan manusia, dimana manusia itu sendiri penuh dosa. Lalu, timbulah pertanyaan, Bagaimana Kristus dapat bertahan di tengah-tengah dan bercampur dengan ketidaksempurnaan tersebut? Hal ini semakin dipermasalahkan lagi mengingat banyaknya ayat-ayat Alkitab yang mengharuskan kita untuk tidak menjadi seperti dunia, sementara banyak juga ayat-ayat yang mengharuskan tetap berada di dunia, sebagaimana adanya manusia. Untuk menunjukan bagaimana  keKristenan menanggapi permasalahan ini, Richard Niebuhr memperkenalkan lima pandangannya mengenai hubungan antara Kristus dan Budaya, yang antara lain: Christ against Culture, Christ of Culture, Christ above Culture, Christ and Culture in paradox, Christ transforms culture.


Minggu terakhir masa raya PENTAKOSTA di lingkungan GKJ.

Dalam memandang budaya biasanya, pada umumnya, pendeta menggunakan rujukan buku kedaluwarsa Christ and Culture. Sangat mungkin pendeta itu tidak merujuk langsung buku karangan Richard Niebuhr itu, melainkan ia mendapat pengajaran dari seniornya yang merujuk buku itu.

Secara ringkas Niebuhr mengelompokkan sikap orang Kristen terhadap budaya: 
(1) sikap radikal, 
(2) sikap akomodatif, 
(3) sikap sintetik, 
(4) sikap dualistik, dan 
(5) sikap transformatif.

Proses pengambilan keputusan oleh orang-orang Kristen dalam menanggapi budaya bukanlah sesederhana yang diperikan oleh Niebuhr. Niebuhr sendiri tidak menjelaskan Kristus. baginya Kristus sudah final. Dapat saja Kristus adalah juga budaya, yaitu sintesis budaya Yahudi, Grika, dan Latin. Jadi, yang diuraikan oleh Niebuhr pada dasarnya adalah Budaya vs. Budaya.

Kontekstualisasi bukanlah pempribumian Injil, tetapi bergerak melampaui itu. Pada hakikatnya teologi kontekstual mau menolong orang Kristen menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh Kristen dan sekaligus sungguh-sungguh orang Indonesia. Kontekstual berarti juga melibatkan orang Kristen dalam bersalingtindak dengan sosio-budaya. Hal ini bukan dalam rangka asketisme dan sinkretisme, melainkan pengakaran. Akan tetapi jika pegakaran ini tidak mengakibatkan pengangkatan jatidiri dan martabat manusia juga tidak boleh disebut teologi kontekstual. 

Misal, debus dan kuda lumping. Barangkali kesenian ini menarik perhatian wisatawan asing, tetapi tidak bermakna bagi rakyat. Kesenian seperti itu tidak mendorong rakyat memerjuangkan hak-haknya. Negara kita sangat kaya akan aneka ragam kebudayaan. Sah-sah saja kalau kita mau membangkitkan kekayaan yang ada pada kita sendiri. Usaha ini bukan dalam rangka menolak masa lalu kita, melainkan menjaga keseimbangan agar warisan Barat tidak merajai (dominate) kebudayaan kita. 

Menjaga keseimbangan juga tidak berarti langsung menyulih (substitute) warisan Barat dengan hasil budaya lokal. Misal, untuk lebih afdol digunakanlah alat musik tradisional, seperti gamelan, dan pemakaian busana adat bagi pendeta beserta penatalayan lainnya. Selama penyulihan ini berhasil mengangkat jatidiri (inner-self) dan martabat orang Kristen Indonesia, maka hal itu patut dihargai. Namun, apabila hanya agar kelihatan lebih njawani, sepatutnya jangan diteruskan, karena hanya menjadi tontonan turis seperti halnya kuda lumping dan debus di atas.

(25082024)(TUS)

Jumat, 18 Oktober 2024

SUDUT PANDANG MARKUS 10:35-45, 𝙈𝙖𝙞𝙣 𝙥𝙞𝙣𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣𝙜



SUDUT PANDANG MARKUS 10:35-45, 𝙈𝙖𝙞𝙣 𝙥𝙞𝙣𝙩𝙪 𝙗𝙚𝙡𝙖𝙠𝙖𝙣𝙜

Pendeta sering merohani-rohanikan jabatannya dengan sebutan eksklusif hamba Tuhan. Padahal secara teologis sebutan hamba Tuhan untuk pendeta adalah keliru. Demikian juga kata melayani yang sudah meluntur. Melayani itu bukan berkhotbah di mimbar, bermain musik di gereja, bernyanyi dalam paduan suara, dan lain sejenisnya. Bukan itu. Itu kelasnya sama dengan kerja bakti di RT-RT atau di kampung-kampung.

Hari ini adalah Minggu kedua puluh satu setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Injil Markus 10:35-45 yang didahului dengan Yesaya 53:4-12, Mazmur 91:9-16, dan Ibrani 5:1-10.

Di lain cerita kita dapat membaca pertengkaran antar-murid berebut kuasa. Yesus sampai memberi ilustrasi memeluk seorang anak kecil. Bacaan Injil Minggu ini kembali menampilkan pertengkaran antar-murid berebut kuasa. Pertengkaran kedua ini lebih seru, karena Yakobus dan Yohanes 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨.

Dalam Injil Markus tiga kali Yesus memberitahu tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya. Teknik penulisan Markus selalu sebangun: pengajaran khusus dan perjumpaan. Dalam pemberitahuan yang ketiga pengajaran khususnya mengenai melayani dan perjumpaan dengan si Buta Bartimeus. Bacaan Minggu ini hanya membahas pertengkaran kedua para murid sehingga Yesus perlu mengajar mereka tentang hakikat melayani. Bacaan tetap dalam bingkai 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮.

Ulasan bacaan dibagi ke dalam tiga bagian:
🛑 Lobi anak-anak Zebedeus (ay. 35-37)
🛑 Hanya untuk yang berhak (ay. 38-40)
🛑 Jadilah pelayan dan hamba! (ay. 41-45)

𝗟𝗼𝗯𝗶 𝗮𝗻𝗮𝗸-𝗮𝗻𝗮𝗸 𝗭𝗲𝗯𝗲𝗱𝗲𝘂𝘀 (ay. 35-37)

Persis sebelum bacaan ini Yesus menyampaikan mengenai sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya kepada murid-murid-Nya untuk kali ketiga (ay. 32-34). Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” Jawab Yesus kepada mereka, “𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘪 𝘒𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶?” Lalu kata mereka, “𝘗𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢𝘢𝘯-𝘔𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘬, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘔𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘳𝘪-𝘔𝘶.” (ay. 35-37)

Dua bersaudara Yakobus dan Yohanes termasuk murid Yesus gelombang pertama (Mrk. 1:19) dan dekat dengan Yesus (lih. Mrk. 1:37; 5:37; 13:3; 14:33). Mereka juga disebut 𝘉𝘰𝘢𝘯𝘦𝘳𝘨𝘦𝘴 atau “𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘨𝘶𝘳𝘶𝘩 (Mrk. 3:17). Julukan ini barangkali merujuk kepiawaian bicara mereka dan penuh semangat. 

Sesudah mendengar pemberitahuan dari Yesus tentang sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya dalam cerapan mereka meskipun Yesus menderita sengsara dan mati toh Ia segera bangkit dan akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Penguasa. Untuk itu mereka diam-diam memohon hak istimewa kepada Yesus tanpa sepengetahuan kesepuluh rekan mereka. Kata Koes Plus, “𝘔𝘢𝘳𝘪, 𝘮𝘢𝘳𝘪, 𝘰𝘪, 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨!”

Dari teks bagian ini kita dapat melihat Yakobus dan Yohanes sepertinya tidak berempati kepada Yesus, yang baru saja menyampaikan jalan penderitaan-Nya bahkan sampai tiga kali. Tampaknya rombongan Yesus semakin mendekati kota Yerusalem sehingga Yakobus dan Yohanes mungkin berpikir bahwa Yesus pergi ke sana sebagai Mesias-Raja untuk memulihkan kejayaan Israel. Untuk itulah mereka buru mem- 𝘣𝘰𝘰𝘬𝘪𝘯𝘨 kursi kehormatan di sebelah kanan dan kiri singgasana Yesus lewat pintu belakang.

𝗛𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝗸 (ay. 38-40)

Atas permintaan itu Yesus menjawab Yakobus dan Yohanes, “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢. 𝘋𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘤𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘒𝘶𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘒𝘶𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢?” (ay. 38)

Pertanyaan Yesus itu untuk meminta penegasan lawan bicara-Nya. Pertanyaan senada dengan itu:
• Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? (Mrk. 7:18)
• Belum jugakah kamu paham dan mengerti? (Mrk. 8:17)

Cawan anggur merupakan ungkapan metaforis untuk berkat atau hukuman. Dalam konteks pertanyaan Yesus di atas cawan merujuk hukuman mati yang dijatuhkan oleh penguasa Yerusalem (bdk. Yes. 51:17, 22; Za. 12:2). Metafora meminum cawan lebih terperikan dalam Yesaya 53:5 “…𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘬𝘢𝘮 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢, 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘦𝘮𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢. 𝘏𝘢𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘩𝘵𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘮𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘭𝘶𝘳-𝘣𝘪𝘭𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯.” 

Kata baptis, dibaptis (𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴𝘮𝘢, 𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘻𝘰𝘮𝘢𝘪) berarti tenggelam, ditenggelamkan. Dalam konteks ucapan Yesus di atas dibaptis dimaknai ditenggelamkan dalam kesengsaraan. Dalam pandangan Yahudi air juga menyimbolkan bencana (lih. Mzm. 69:2, 15). [Rasul Paulus juga bermetafora bahwa kita dibaptis dalam kematian Kristus. Rm. 6:3]

“𝘋𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘤𝘢𝘸𝘢𝘯 … 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘱𝘵𝘪𝘴 .. “ ini senada yang diucapkan Yesus di Markus 8:34-38. Dengan kata lain Yesus hendak berkata kepada Yakobus dan Yohanes, “𝘒𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘈𝘬𝘶?”

Ternyata Yakobus dan Yohanes menjawab, “𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱!” (ay. 39a) Mereka yakin dan siap menanggung nasib seperti Yesus asalkan mereka mendapat tempat terhormat di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaan-Nya. Apabila kita hubungkan dengan konteks perjalanan Yesus menuju Yerusalem tampaknya dua bersaudara ini masih memahami Yesus akan menjadi Mesias-Raja di Yerusalem.

Jawaban mereka tentu membanggakan Yesus bahkan Ia tidak mencela mereka seperti jawaban-Nya di ayat 39b. Lalu Yesus meneruskan, “𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘒𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘳𝘪-𝘒𝘶, 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘥𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯.” (ay. 40)

Yesus tidak mengabulkan permintaan mereka. Tupoksi Mesias bukanlah membagi-bagi kursi kehormatan, melainkan mengundang umat manusia untuk berbelarasa dalam sengsara dan kematian-Nya dengan taat secara total kepada Allah seperti yang Yesus lakukan. Pengikut Yesus ketimbang sibuk berebut kursi terhormat yang di luar jangkauannya lebih baik berkarya saat ini di bumi ini. Tampaknya teks ini mencerminkan situasi di lingkungan jemaat Markus. Ada orang-orang yang merasa paling berjasa dalam penginjilan sehingga meminta jabatan pemimpin jemaat. 

𝗝𝗮𝗱𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗹𝗮𝘆𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗺𝗯𝗮! (ay. 41-45)

Ketika kesepuluh murid-Nya mengetahui Yakobus dan Yohanes 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨, marahlah mereka (ay. 41). Kembali kedua belas murid bertengkar berebut siapa yang terbesar di antara mereka mengulang pertengkaran perama (lih. Mrk. 9:34). Para rasul yang dipilih Yesus dari kalangan sederhana ternyata mereka penuh ambisi. Demikian halnya juga cukup banyak calon pendeta dari kalangan bersahaja, tetapi begitu menjadi pendeta mereka berambisi menguasai organisasi, gila hormat. Yesus sungguh sendirian menuju Yerusalem.

Lalu Yesus memanggil mereka dan berkata, “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢𝘬𝘶𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢-𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘳𝘢𝘬𝘺𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘸𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨-𝘸𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. (ay. 42) 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘮𝘶 (ay. 43), 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢 𝙙𝙞 𝙖𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘮𝘣𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 (ay. 44). 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘥𝘪𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘣𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 (ay. 45).”

Dalam Injil Markus ada lima kali Yesus memanggil kedua belas murid-Nya (Mrk. 3:13; 6:7; 8:1; 10:42; 12:43). Dua di antara pemanggilan itu adalah pengajaran khusus kepada kedua belas murid yang ambisius.

Yesus tak langsung membincangkan pertengkaran, tetapi membuka wawasan para murid. Yesus meluaskan wawasan mereka mengenai kuasa politik. Kuasa itu cenderung korup, cepat atau lambat merosot menjadi kekerasan dan penindasan. Padahal kuasa itu relatif, bukan mutlak. Kuasa memang diberikan untuk digunakan. Adalah kebodohan apabila orang tidak menggunakan kuasa yang diberikan kepadanya. Di sini Yesus menyoal bagaimana menggunakan kuasa secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Yesus tidak menghendaki para pengikut-Nya menyalahgunakan kuasa. Ia menjungkirbalikkan penggunaan kuasa politik dan politik kuasa. Yesus tidak melarang orang menjadi pejabat, pebesar, atau orang kaya. Untuk menjadi pejabat, pebesar, orang kaya pengikut Kristus hendaklah secara sadar menjadi pelayan dan hamba untuk semuanya.

Menjadi pelayan berarti melayani. Melayani itu apa? Melayani itu bukan berkhotbah di mimbar, bermain musik di gereja, bernyanyi dalam paduan suara, dll. Bukan itu. Itu kelasnya sama dengan kerja bakti di RT-RT atau di kampung-kampung. Melayani itu ya melayani seperti Yesus melayani. Dalam Injil Markus ini kita sudah membaca kisah Yesus menolong orang-orang marginal, dari memulihkan tubuh sampai memberi makan ribuan orang kelaparan. Melayani berarti berbelarasa kepada orang-orang marginal, mengubah wawasan pada kesejahteraan orang-orang miskin. 

Kata hamba dalam Injil Markus merujuk gawai seorang bawahan (Mrk. 12:2, 4; 13:34). Seorang hamba bergantung pada majikan yang dilayaninya. Siapakah majikan hamba ini? Teks sama sekali tidak menyebut hamba Tuhan. Dengan demikian majikan hamba ini tidak lain dan tidak bukan adalah jemaat Kristen. Tafsir ini diperkuat dengan ucapan Yesus 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 sebanyak tiga kali. Hal ini makin menguatkan teks mencerminkan situasi di lingkungan jemaat Markus. Ada orang-orang yang merasa paling berjasa dalam penginjilan sehingga meminta jabatan pemimpin jemaat. Dalam pada itu cukup banyak pendeta secara eksklusif menyebut diri hamba Tuhan. Dengan merujuk teks Markus ini pengenaan sebutan hamba Tuhan adalah keliru secara teologis. 

Di sini Yesus tidak hendak membuat struktur masyarakat baru. Di sini Yesus hendak mengubah wawasan para pengikut-Nya dan cara bersekutu. Untuk mengatasi konflik yang merusak jemaat para pengikut Yesus haruslah siap menyerahkan hidupnya yang paling berharga, yakni hidupnya sendiri. Pelayan dan hamba merupakan manusia yang kegiatannya tidak berpusat kepada dirinya sendiri, melainkan kepada orang lain.

Yesus sendiri sudah memberi teladan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, bahkan menyerahkan nyawa-Nya sebagai ganti semua orang. Pelayanan Yesus sudah kita baca kisah-Nya dari awal Injil sampai ke bagian ini. Ungkapan 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢-𝘕𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 merujuk Yesaya 53:10-13 tentang Hamba TUHAN. Manusia tidak mampu menjamin keselamatannya sendiri. Kata 𝘵𝘦𝘣𝘶𝘴𝘢𝘯 atau 𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪 merujuk konteks persembahan kurban di Bait Suci, yakni penebus salah dan penghapus dosa (bdk. Im. 5:14 – 6:4; 7:7-1). Melalui kurban persembahan ini para pendosa mengganti dirinya sendiri sebagai simbol pertobatan. Yesus sebagai kurban pengganti adalah puncak pelayanan Yesus.

Nah, kalau ada pendeta mau gagah-gahan menyebut diri hamba Tuhan, rujuklah Yesaya 53:10-13 di atas. Bersedia menjadi kurban pengganti?

(20102024)(TUS)

Senin, 14 Oktober 2024

HAK ASASI HEWAN, SERIAL SUDUT PANDANG

HAK ASASI HEWAN, SERIAL SUDUT PANDANG
================



Hari ini adalah Hari Hak Asasi Binatang Sedunia diperingati setiap tanggal 15 Oktober. Peringatan ini ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1978 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Binatang. 

Peringatan Hari Hak Asasi Binatang Sedunia bertujuan untuk:
1. Mengakui, menghormati, dan melindungi hak-hak binatang
2. Menyadari dampak aktivitas manusia terhadap kehidupan satwa liar
3. Mendorong tindakan nyata dalam melindungi keanekaragaman hayati Bumi.

Hak asasi hewan pada peradaban kuno tidak diakui secara formal seperti yang kita pahami saat ini, namun beberapa budaya dan agama memiliki aturan atau prinsip yang mendorong perlakuan baik terhadap hewan. Beberapa contoh perlakuan baik pada hewan dari beberapa peradaban kuno yang dikenal oleh para penulis dan tokoh-tokoh Alkitab adalah:

1. Peradaban Mesir Kuno.
Mesir Kuno dikenal karena menghormati hewan, terutama hewan-hewan yang dianggap suci. Kucing, misalnya, dipuja sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan, dan ada hukuman keras bagi siapa saja yang menyakiti atau membunuh kucing. Beberapa hewan seperti sapi juga dihormati karena terkait dengan dewa tertentu.

2. Peradaban Babilonia dan Asyur Kuno
Di Babilonia dan Asyur, hewan dipandang sebagai alat kerja dan korban untuk ritual persembahan, terutama dalam konteks keagamaan. Meskipun sumber tertulis dari wilayah ini tidak banyak membahas hak-hak hewan secara eksplisit, terdapat bukti bahwa beberapa hewan dianggap penting dalam praktik keagamaan dan diberi perlakuan khusus. Hukum Hamurabi mencatat beberapa aturan mengenai hewan, terutama terkait kepemilikan dan tanggung jawab manusia terhadap hewan ternak. Meskipun fokusnya adalah pada aspek ekonomi, ada juga pengakuan bahwa manusia bertanggung jawab atas perawatan dan kesejahteraan hewan, seperti dalam aturan yang menyebutkan bahwa pemilik harus mengganti kerugian jika hewan mereka terluka atau hilang karena kelalaian.

3. Pandangan Zoroastrianisme di Persia Kuno
Di Persia Kuno, Zoroastrianisme mengajarkan bahwa hewan merupakan bagian penting dari ciptaan dan harus dihormati. Menurut ajaran Zoroaster, manusia mempunyai tanggung jawab untuk melindungi hewan dan alam. Hewan-hewan seperti sapi sangat dihormati dalam agama ini, dan kekejaman terhadap mereka dianggap sebagai dosa. Kitab suci Avesta menyebutkan kewajiban untuk memperlakukan hewan ternak dengan baik dan mendorong untuk melindungi mereka dari penderita.

4. Peradaban Yunani dan Romawi Kuno.
Di Yunani dan Romawi Kuno, hewan terutama diperlakukan sebagai sumber makanan, hiburan, atau alat kerja, tetapi beberapa filsafat Yunani, seperti Pythagoras dan Plutarch , berbicara tentang etika perlakuan terhadap hewan. Pythagoras, misalnya, percaya pada transmigrasi jiwa (reinkarnasi) dan menentang kekerasan terhadap hewan, mempromosikan vegetarianisme. Berbeda dengan sikap Aristoteles, Theophrastus (c. 371 – c. 287 SM), salah satu murid Aristoteles, berpendapat bahwa hewan juga memiliki penalaran ( logismos ) dan menentang makan daging dengan alasan bahwa hal itu merampas kehidupan mereka dan karenanya tidak adil.

5. Peradaban India Kuno
Konsep hak moral bagi hewan diyakini sudah ada sejak zaman India Kuno khususnya dalam sejarah awal Jainisme dan Hindu. Parshwanatha , Tirthankara ke-23 , menghidupkan kembali Jainisme dan ahimsa pada abad ke-9 SM, yang menyebabkan gerakan hak-hak binatang yang radikal di Asia Selatan. Beberapa raja di India membangun rumah sakit untuk hewan, dan Kaisar Ashoka (304–232 SM) mengeluarkan perintah untuk tidak berburu dan menyembelih hewan, sejalan dengan ahimsa , doktrin tanpa kekerasan.

6. Israel Kuno 
Di Israel Kuno, hak asasi hewan tidak diakui secara eksplisit seperti saat ini, tetapi ada hukum dan prinsip yang menekankan perlakuan baik terhadap hewan, terutama dalam konteks agama dan moralitas. Dalam tradisi Yahudi, yang tercermin dalam Taurat (hukum Yahudi), terdapat beberapa aturan yang menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan. Hukum-hukum ini biasanya mencakup etika dalam penggunaan hewan untuk kerja dan konsumsi, serta larangan atas kekejaman yang tidak perlu yaitu "tza'ar ba'alei chayim" (צוּעַר בַּעֲלֵי חַיִּים), yang berarti "larangan menimbulkan penderitaan pada makhluk hidup." Ada prinsip-prinsip Kunci dari Alkitab tentang Perilaku terhadap Hewan:

A. Hewan adalah Bagian dari Ciptaan Tuhan.
- Kejadian 1:24-25 : Tuhan menciptakan semua binatang di darat, laut, dan udara, dan menyatakan bahwa semua ciptaan itu "baik." Hal ini menunjukkan bahwa hewan dianggap berharga dalam pandangan Tuhan.
- Kejadian 9:9-10 : Ketika Tuhan membuat perjanjian dengan Nuh setelah air bah, Dia juga menyertakan semua makhluk hidup dalam perjanjian itu, bukan hanya manusia, menunjukkan kepedulian Tuhan terhadap semua makhluk.

B. Larangan Menyiksa Hewan
- Keluaran 23:5, "Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya." Ini menunjukkan bahwa manusia harus memperhatikan kemampuan fisik hewan, bahkan jika hewan itu milik musuh.

- Ulangan 22:4: "Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak melihatnya, engkau harus menolong menegakkannya kembali." Ini menekankan tanggung jawab manusia untuk membantu hewan dalam kesusahan.

- Ulangan 22:6-7 : Melarang menangkap burung betina yang sedang mengerami telur atau menjaga anak-anaknya, dan diperintahkan agar burung betina dilepaskan jika sarangnya ditemukan. Ini mencegah anak-anaknya mati kelaparan.

C. Pemberian Makanan kepada Hewan
Menurut tradisi Yahudi, seseorang harus memberi makan hewan peliharaannya sebelum ia makan sendiri. Hal ini didasarkan pada ayat Ulangan 11:15, yang berbicara tentang memberi makan ternak terlebih dahulu sebelum diri sendiri, serta pada ajaran rabinik yang menekankan pentingnya tanggung jawab atas hewan yang berada di bawah perawatan manusia.

D. Kesejahteraan Hewan dalam Praktik Ritual.
Dalam tradisi Yahudi kuno, hewan sering digunakan dalam ritual persembahan di Bait Suci (sebelum kehancurannya), hewan digunakan sebagai bagian dari ibadah. Namun, ada hukum ketat yang mengatur bagaimana hewan diperlakukan, termasuk larangan menyembelih hewan dengan cara yang menyebabkan penderitaan yang tidak perlu.
Ritual penyembelihan yang dikenal sebagai shechita melibatkan metode penyembelihan yang dirancang untuk meminimalkan rasa sakit bagi hewan. Proses ini dianggap sebagai cara yang manusiawi untuk mengakhiri hidup hewan dalam kerangka kebutuhan manusia akan makanan. Ayat yang memuat aturan yang memastikan hewan diperlakukan dengan hormat adalah: 
- Imamat 22:27: Hewan yang akan dijadikan persembahan harus dibiarkan hidup selama tujuh hari sebelum dapat digunakan, yang menunjukkan bahwa hewan tidak boleh dipersembahkan terlalu muda atau belum matang.
- Ulangan 22:6-7: Hukum ini melarang memakan induk burung bersama dengan anak-anaknya, untuk melindungi spesies yang punah dan menghindari perlakuan yang kejam.

E. Kepedulian Tuhan terhadap Hewan
- Keluaran 23:12 : "Enam hari lamanya kamu melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh kamu harus berhenti supaya lembu dan menenangkanmu dapat beristirahat." Aturan ini mengatur bahwa hewan harus diberi waktu istirahat pada hari Sabat, mirip dengan manusia.
- Mazmur 36:6 : "Keadilan-Mu seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu seperti samudera yang luas; manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN." Tuhan dipandang sebagai pelindung dan penyelamat tidak hanya bagi manusia, tetapi juga hewan.
- Pada Yunus 4:11, ayat terakhir kitab ini ditutup dengan kalimat ".... dengan ternaknya yang banyak?" yang menunjukkan bahwa kebaikan hati Allah bahkan merangkul binatang-binatang.
- Matius 10:29 : Yesus berkata, "bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun darinya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli terhadap semua makhluk, bahkan yang paling kecil sekalipun.

F. Peran Manusia Sebagai Penjaga
Kejadian 1:26 : "Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh manusia.'" Ini menunjukkan bahwa diberi tanggung jawab untuk "berkuasa" atau "menguasai" hewan, tetapi dalam konteks tanggung jawab sebagai penjaga yang harus merawat ciptaan Tuhan.

Mari kita menghormati hak-hak hewan termasuk terkait pemanfaatan hewan untuk hewan peliharaan ataupun hewan konsumsi, perhatikan untuk tidak menyiksa mereka.

"Orang benar memperhatikan hidup hewannya" (Amsal 12:10).

_____________
TUS (14102024) 

Daftar Bacaan:
- Aidan Dodson; "Rituals Related To Animal Cults"; UCLA - Encyclopedia of Egyptology; Los Angeles; 2009.
- Daniel David Luckenbil; "Ancient Records of Assyria and Babylonia - Vol. 2"; The University of Chicago Press; Chicago, Illinois; 1927.
- Gwendoly Leick, "A Dictionary of Ancient Near Eastern Mytology", Routledge, London, 1991.
- Robert Francis Harper; "The Code of Hammurabi"; The University of Chicago Press; Chicago, Illinois; 1904.
- Susan Wise Bauer, "Sejarah Dunia Kuno", Elex Media Komputindo, 2007.


Jumat, 11 Oktober 2024

SUDUT PANDANG MARKUS 10:17-31, 𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺


SUDUT PANDANG MARKUS 10:17-31, 𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺

Yesus dalam mengajar kerap menggunakan perumpamaan baik dalam bentuk cerita maupun satu kalimat yang mudah diingat. Perumpamaan merupakan bahasa kiasan atau analogi untuk pembandingan baik sejajar maupun berlawanan secara hiperbolik. Contoh, mengeluarkan balok kayu di dalam mata sebelum menghakimi orang lain. 𝘌𝘮𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 balok kayu dapat masuk ke mata?

Hari ini adalah Minggu kedua puluh satu setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Markus 10:17-31 yang didahului dengan Amos 5:6-7, 10-15, Mazmur 90:12-17, dan Ibrani 4:12-16.

Perikop bacaan Minggu ini yang diberi judul oleh LAI 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 merupakan sambungan bacaan Minggu lalu. Kita masih ingat satu perikop Minggu lalu tentang 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬 bernasabah langsung dan hendak dikontraskan dengan bacaan Minggu ini. Bacaan harus dipandang dalam narasi 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮.

Pengulasan bacaan dibagi ke dalam empat bagian:

🛑 Menuruti semua perintah (ay. 17-20)
🛑 Juallah hartamu! (ay. 21-22)
🛑 Unta melewati lubang jarum (ay. 23-27)
🛑 Harga mengikut Yesus (ay. 28-30)

𝗠𝗲𝗻𝘂𝗿𝘂𝘁𝗶 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮𝗵 (ay. 17-20)

Sesudah Yesus memberkati anak-anak (ay. 16), Yesus meneruskan perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Datanglah seseorang berlari-lari mendapatkan Yesus dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya, “𝘎𝘶𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭?” (ay. 17) Jawab Yesus, “𝘔𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬? 𝘛𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘫𝘢.” (ay. 18)

Perlu kita perhatikan bahwa teks tidak menyebut apa pun tentang status orang yang berlari-lari mendapati Yesus itu. Yang dapat kita tafsir di sini bahwa Yesus adalah rabi terkenal sehingga membuat orang itu bergegas mendapati-Nya. Orang itu hendak berkonsultasi dengan Yesus dan sikapnya sangat serius dengan bertelut di hadapan Yesus. Sampai-sampai ia menyebut Yesus dengan sapaan 𝘎𝘶𝘳𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬. Sapaan dengan sebutan 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 sangatlah tak lazim di kalangan Yahudi. Di dalam Yudaisme sebutan 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬 hanya untuk Allah, satu-satunya sumber norma kebaikan. Itu sebabnya Yesus menolak sebutan itu.

Pertanyaan orang itu bercorak eskatologis, tetapi melihat pertanyaannya 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 bertolak belakang dengan hidup kekal yang semata-mata pemberian Allah (lih. ay. 15). Frase 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭 diterjemahkan dari 𝘻oe𝘯 𝘢𝘪o𝘯𝘪𝘰𝘯 𝘬𝘭e𝘳𝘰𝘯𝘰𝘮e𝘴o yang berarti literal 𝘮𝘦𝘸𝘢𝘳𝘪𝘴𝘪 𝘛𝘢𝘯𝘢𝘩 𝘛𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪. Menurut pandangan orang-orang Farisi hidup kekal dapat diwarisi dengan melakukan petunjuk-petunjuk hukum Taurat dan adat istiadat. Tampaknya orang ini meminta penegasan dari Yesus.

Kata Yesus, “𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩-𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪: 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘶𝘩, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘻𝘪𝘯𝘢, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘴𝘶, 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘱𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨, 𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶𝘮𝘶!” (ay. 19) Yesus tidak meremehkan orang itu dalam hal pengetahuannya tentang hukum Taurat. Ini dapat dilihat ucapan Yesus atas pertanyaannya 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵. Bahkan Yesus menegaskan pengetahuannya dengan ungkapan 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 (𝘰𝘪𝘥𝘢𝘴). Semua perintah itu merujuk hubungan antar-sesama.

Jawab orang itu kepada Yesus, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘳𝘶𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘬𝘶.” (ay. 20) Tepat sekali perkataan Yesus bahwa orang itu sudah menuruti semua hukum Taurat sejak masa mudanya, yang dalam tradisi Yahudi sejak berusia 12. Jawabannya pun penuh percaya diri.

𝗝𝘂𝗮𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗵𝗮𝗿𝘁𝗮𝗺𝘂! (ay. 21-22)

Atas jawaban orang itu yang penuh percaya diri Yesus memandang dia dan mengasihinya, lalu kata Yesus kepadanya, “𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶: 𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘫𝘶𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢, 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶.” (ay. 21) Atas perkataan itu mukanya muram, lalu ia pergi dengan sedih, sebab banyak harta miliknya. (ay. 22) Baru di bagian ini kita mengetahui bahwa orang itu sangat kaya yang disampaikan oleh narator 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢.

Dikatakan bahwa Yesus 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘯𝘺𝘢. Tidak dijelaskan oleh Markus bentuk kasih Yesus. Mungkin Yesus tidak mau memermalukannya dengan ucapan 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶. Perintah Yesus ini sering dimaknai atau ditafsir kiasan oleh kaum Kristen fundamentalis. Mereka memilih teks-teks yang seolah-olah mendukung ideologi mereka, tetapi menutup mata atau menafikan teks yang dipandang oleh banyak ahli sebagai ucapan Yesus-historis. Bagaimana memahami teks ini?

Sejak episode 𝘗𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘵𝘳𝘶𝘴 di pasal 8, tema besar Injil Markus berpautan dengan 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘫𝘶 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. Yesus mengajarkan implikasi menjadi murid-murid-Nya. Pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya radikal!

• Murid Yesus harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut-Nya. Mengikut-Nya berarti berjalan di belakang-Nya, bukan di depan-Nya.
• Murid Yesus harus menjadi yang terakhir dan pelayan bagi sesama 
• Murid Yesus yang menyesatkan 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 ditendang keluar dari jemaat 
• Murid Yesus yang menceraikan pasangannya, ia berzina 

Nah, persis sebelum bacaan Minggu ini Yesus mengajarkan bagaimana sikap murid menyambut kehadiran Kerajaan Allah, yang dengan kata lain hidup kekal. Kata Yesus, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙘𝙞𝙡, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢.” (Mrk. 10:15).

Seperti anak-anak itu kayak apa sih? Kata anak-anak di ayat 14-15 diterjemahkan dari 𝘱𝘢𝘪𝘥𝘪𝘢, kata yang sama dengan anak di Markus 9:36. Kata paidia juga merujuk budak, orang-orang marginal, atau dengan kata lain orang-orang yang tak berdaya. Anak-anak tanpa orangtua atau orang dewasa menjadi tak berdaya. Mereka tidak mampu berdiri sendiri. Anak-anak membutuhkan pertolongan, perlindungan, belarasa dari pihak yang kuat dhi. orangtua atau orang dewasa. Tentu saja anak-anak bersukacita menyambut saat melihat ada pertolongan, perlindungan, dan belarasa tiba. Hidup kekal atau masuk ke dalam Kerajaan Allah semata-mata anugerah Allah. Allah memberi anugerah, manusia menyambut; sambutan meriah seperti anak-anak, orang-orang tak berdaya, tak punya apa-apa.

Sikap seperti anak-anak di atas 𝗱𝗶𝗸𝗼𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 dengan orang yang percaya diri karena kaya, banyak hartanya, dan menuruti segala perintah hukum Taurat. Apakah orang kaya itu pelit? Tampaknya tidak pelit, karena dengan menuruti segala perintah hukum Taurat ia pastilah bersedekah. Bersedekah sendiri dipandang sebagai harta di surga yang menjamin hidup kekal. Namun, bagi Yesus itu belum cukup untuk mengikuti-Nya. Yesus memberi tantangan sangat radikal: 𝘫𝘶𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘴𝘬𝘪𝘯 … 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘬𝘶𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶. 

Berkebalikan dengan orang-orang tak berdaya, orang kaya dan orang yang selalu menuruti peintah hukum Taurat, sangat percaya diri sehingga tak perlu meminta-minta. Padahal hidup kekal itu anugerah Allah dan terbuka bagi orang yang mau menyambut dan menerimanya. Orang tidak dilarang untuk menjadi kaya, tetapi ia perlu mengubah wawasan untuk peka menolong, melindungi, berbelarasa kepada orang-orang tak berdaya, tidak sekadar menuruti segala perintah hukum Taurat. Tuntutan Yesus memang radikal, yang menghendaki manusia seutuhnya. Hal-hal yang dipandang akan menjadi batu sandungan atau menerbitkan skandal, seperti banyak harta, harus disingkirkan. 

𝗨𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗲𝗹𝗲𝘄𝗮𝘁𝗶 𝗹𝘂𝗯𝗮𝗻𝗴 𝗷𝗮𝗿𝘂𝗺 (ay. 23-27)

Percakapan Yesus dengan orang kaya itu berakhir negatif sehingga mengundang percakapan baru antara Yesus dan murid-murid-Nya. Yesus memandang mereka dan berkata, “𝘈𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” Mereka tercengang mendengar perkataan Yesus, tetapi Ia berkata lagi, “𝘈𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘒𝘶, 𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩. 𝘓𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘦𝘬𝘰𝘳 𝘶𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪 𝘭𝘶𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘳𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘒𝘦𝘳𝘢𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” (ay. 23-25) Mereka makin tercengang dan berkata seorang kepada yang lain, “𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯?” (ay. 26)

Mengapa murid-murid tercengang? Orang-orang Yahudi meyakini kekayaan justru tanda berkat Allah (Ayb. 1:10; Mzm. 128; Yes. 3:10). Mereka tidak pernah membayangkan kekayaan dapat menjadi batu sandungan atau skandal untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang saleh adalah orang yang memberi sedekah, berpuasa, dan berdoa. Bagaimana mungkin orang dapat bersedekah, jika tidak memiliki apa-apa? Hal ini sangat mengejutkan para murid sehingga mereka tercengang. Ketercengangan murid-murid bertambah ketika Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seekor unta melewati lubang jarum. Hewan terbesar di Tanah Yudea bisa melewati lubang sangat kecil?

Kata unta diterjemahkan dari 𝘬𝘢𝘮e𝘭𝘰𝘯, yang bunyinya mirip dengan 𝘬𝘢𝘮𝘪𝘭𝘰𝘯 (tali kapal). Ada yang menafsir bahwa teks ini merujuk tali kapal, bukan unta. Ada juga yang menafsir lubang jarum (𝘵𝘳𝘺𝘮𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘵e𝘴 𝘳𝘩𝘢𝘱𝘩𝘪𝘥𝘰𝘴) sebagai sebutan untuk pintu kecil pada gerbang tembok kota Yerusalem. Tafsir ini tampak masuk akal. Namun, teks kiasan ini sebenarnya hendak 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗼𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 perbandingan secara hiperbolik. Apabila 𝘬𝘢𝘮e𝘭𝘰𝘯 dimaknai sebagai tali kapal dan lubang jarum ditafsir sebagai pintu kecil tidak akan membuat para murid makin tercengang.

Kiasan hiporbolik dari Yesus itu menimbulkan pertanyaan bercorak eskatologis dari murid-murid-Nya. Jika demikian atau jika memang benar (lebih mudah seekor unta masuk ke lubang jarum), maka tak seorang pun mendapat hidup kekal, kata mereka. Mendengar itu Yesus memandang mereka dan berkata, “𝘉𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩.” (ay. 27)

Hidup kekal adalah anugerah Allah dan terbuka bagi siapa saja yang menyambutnya. Oleh karena anugerah dalam menyambut dan menerima haruslah bersikap seperti anak-anak, tak berdaya, karena tidak ada upaya apa pun dari manusia untuk dapat meraihnya. Dengan mengakui tak berdaya hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

𝗛𝗮𝗿𝗴𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁 𝗬𝗲𝘀𝘂𝘀 (ay. 28-30)

Atas ucapan Yesus kepada orang kaya itu dan pengajuan perumpamaan tentang unta kepada para murid lalu Petrus berkata kepada-Nya, “𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘌𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶!” (ay. 28 ) Pernyataan Petrus, yang kerap dianggap mewakili rekan-rekannya, mengusung kebanggaan sekaligus kegalauan. Bangga karena mereka lebih berani daripada orang kaya itu untuk meninggalkan segalanya demi mengikut Yesus. Galau karena sulit sekali mendapat hidup kekal bagai unta melewati lubang jarum. Jawaban Yesus pun melegakan sekaligus menantang mereka.

Jawab Yesus kepada mereka, “𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘐𝘯𝘫𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯
• 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘣𝘢𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
• 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶
•𝘭𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢

𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘴𝘦𝘳𝘢𝘵𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘭𝘪𝘱𝘢𝘵
• 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩,
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪,
• 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯,
• 𝘪𝘣𝘶,
• 𝘢𝘯𝘢𝘬, 𝘥𝘢𝘯
• 𝘭𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨

𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘪𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭.” (ay. 29-30)

Markus menyajikan daftar hal-hal yang ditinggalkan oleh para murid. Dalam kekristenan perdana ucapan Yesus itu benar-benar terpenuhi. Para murid dianiaya oleh penguasa karena menjadi pengikut Yesus dan mengabarkan Injil. Namun, mereka mendapat ganjaran seratus kali lipat. Sebagai contoh, mereka yang kehilangan saudara mendapat saudara yang baru di dalam keluarga Allah dhi. jemaat Kristen. Ratusan! Harta yang ditinggalkan juga diganti seratus kali lipat karena harta jemaat adalah harta bersama. Tidak disebut ayah karena Allah adalah Bapa.

Itu duluuu dalam masa kekristenan perdana. Dalam kehidupan Gereja modern hal itu hampir mustahil terjadi. Pejabat gerejawi hanya mengamankan diri mereka sendiri. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada pejabat gerejawi mau mendengarkan.

(13102024)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...