Jumat, 11 April 2025

SUDUT PANDANG LUKAS 19 : 28 - 40, 𝗠𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁𝗮𝗻, Minggu Palmarum, Serial Paska



SUDUT PANDANG LUKAS 19 : 28 - 40, 𝗠𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁𝗮𝗻, Minggu Palmarum, Serial Paska

Hari ini adalah Minggu keenam Pra-Paska. Ada dua peristiwa yang beririsan dalam Minggu ini, yaitu 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘗𝘢𝘭𝘦𝘮 (𝘓𝘪𝘵𝘶𝘳𝘨𝘺 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘗𝘢𝘭𝘮𝘴) dan 𝘔𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘚𝘦𝘯𝘨𝘴𝘢𝘳𝘢 (𝘓𝘪𝘵𝘶𝘳𝘨𝘺 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘗𝘢𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯). Secara tradisi ibadah Gereja dimarakkan dengan setangkai daun palem di tangan umat. 

Dalam khotbah Minggu Palem kita sering mendengar pengkhotbah berkata bahwa mereka yang mengelu-elukan Yesus ketika Ia memasuki Yerusalem akan berubah seketika dan meneriakkan “𝘚𝘢𝘭𝘪𝘣𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢!”. Ini keliru!

Bacaan ekumenis pada Minggu Palem diambil dari Injil Lukas 19:28-40 yang didahului dengan Mazmur 118:1-2, 19-29 dan pada Minggu Sengsara diambil dari Injil Lukas 22:14 - 23:56 yang didahului dengan Yesaya 50:4-9a, Mazmur 31:9-16, dan Filipi 2:5-11.

Bacaan Minggu ini tentang kisah 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘦𝘭𝘶-𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 ada di keempat kitab Injil, tetapi setiap kisah itu diungkapkan dengan cara berbeda-beda menurut teologi yang diusung oleh masing-masing petulis Injil. Perbedaan yang mencolok dalam Injil Lukas adalah Yesus seolah-olah tidak masuk ke Yerusalem, melainkan langsung ke Bait Suci. Sejak semula Bait Suci menjadi pumpun Lukas; berawal dari Bait Suci (Luk. 1:11) dan berakhir di sana (Luk. 24:53).

Secara umum Lukas mengikuti Markus: 
(1) Yesus mengutus dua murid-Nya untuk mencari seekor anak keledai, 
(2) Yesus dielu-elukan oleh murid-murid-Nya, dan 
(3) Yesus menyucikan Bait Allah. 

Namun, Lukas tidak mengutip teks dari kitab Zakharia (repotnya, seringkali saat bacaan Injil ada di Injil LUKAS liturgi dibuat tetap mengangkat kitab zakharia, padahal teologi yg diusung beda, tapi memang banyak yg tidak mengerti) dan tidak bercerita tentang ranting-ranting yang disebarkan di jalan. Lukas juga menghilangkan episode 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘢𝘳𝘢 dan menggantinya dengan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah sebelum 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 (𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦).

Lukas 19:28-40 merupakan awal babak terakhir cerita Injil 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘪 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. Sesudah perjalanan panjang dari Lukas 9:51, Yesus akhirnya tiba di kota tujuan. Kota Yerusalem menjadi tempat terakhir sebelum Yesus diangkat ke surga. 𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢, 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 (Luk. 9:51).

Bacaan Minggu ini diawali dengan 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 (ay. 28). Apakah semuanya itu? Dengan merujuk teks maka yang dimaksud adalah 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘯𝘢 dalam Lukas 19:11-27. Penginjil Lukas diduga memberi 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘧𝘴𝘪𝘳 sebagai 𝘱𝘳𝘢𝘱𝘢𝘩𝘢𝘮 untuk memahami cerita dalam perikop Lukas 19:28-40 yang diberi judul oleh LAI 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘦𝘭𝘶-𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮. 

Prapaham itu:
(1) Kerajaan Allah belum akan datang secara penuh (𝘶𝘭𝘵𝘪𝘮;  ay. 11), walaupun Yesus sudah disebut sebagai 𝘳𝘢𝘫𝘢 oleh para murid-Nya.
(2) Yesus memang sudah disebut sebagai raja ketika Ia memasuki Yerusalem (ay. 38). Namun, penobatan yang sesungguhnya baru akan terjadi sesudah Ia menjalani penderitaan-Nya, yaitu ketika Ia diangkat ke surga (ay. 12).
(3) Para murid yang menyebut Yesus sebagai raja (ay. 38) adalah mereka yang bersikap sebagai hamba yang melaksanakan tugasnya dalam menggunakan modal dagang (uang mina) yang diberikan tuannya, yaitu hamba kesatu dan hamba kedua.
(4) Orang Farisi yang menolak Yesus sebagai raja (Luk. 39) adalah 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘬 𝘴𝘪 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘳𝘢𝘫𝘢 (Luk. 19:14) dan juga hamba yang tidak melaksanakan tugasnya, yaitu hamba ketiga.

Sering kita mendengar pengkhotbah berkata bahwa mereka yang mengelu-elukan Yesus ketika Ia memasuki Yerusalem akan berubah seketika dan meneriakkan “𝘚𝘢𝘭𝘪𝘣𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢!”. Ini keliru! Pengkhotbah harus berpumpun pada teks Injil Lukas, bukan membuat Kitab Injil baru.

Dalam kisah ini orang-orang yang menyambut Yesus adalah 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘯𝘨𝘪 𝘋𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘮𝘶𝘬𝘫𝘪𝘻𝘢𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 (Luk. 19:37). Mereka berbeda dari orang-orang yang berteriak “𝘚𝘢𝘭𝘪𝘣𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢! 𝘚𝘢𝘭𝘪𝘣𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢!” (Luk. 23:21). Orang-orang yang berteriak begitu adalah 𝘪𝘮𝘢𝘮-𝘪𝘮𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢, 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯-𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘬𝘺𝘢𝘵 (Luk. 23:13).

Dalam perikop Lukas 19:28-40 penginjil Lukas tampaknya hendak menekankan topik Yesus sebagai raja. Tafsiran ini didukung oleh dua hal. Kesatu, perumpamaan tentang uang mina di perikop sebelumnya (Luk. 19:12). Kedua, petulis Injil Lukas menambahkan kata 𝘳𝘢𝘫𝘢 pada kutipan Mazmur 118:26 pada ayat 38. 
 
Pertanyaan selanjutnya: 𝘙𝘢𝘫𝘢 seperti apakah yang dibayangkan oleh pengarang Injil Lukas?

Kesatu, Lukas tidak menolak pendapat bahwa Yesus adalah raja keturunan Daud (Luk. 1:27, 32-33; 2:4). Akan tetapi Yesus bukan sekadar raja bagi orang Yahudi. Yesus adalah anak Adam dan anak Allah (Luk. 3:38). Itu berarti Yesus adalah raja atas semua umat manusia (Luk. 22:29-30). Yesus dimuliakan Allah sebagai Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36; Kisah Para Rasul sering disebut Injil Lukas jilid ke-2 karena ditulis oleh pengarang yang sama.). 
 
Pengakuan Yesus sebagai raja harus datang dari hati atau dari iman. Yesus menerima pengakuan yang datang dari murid-murid-Nya (ay. 38-40). Akan tetapi Yesus menolak tuduhan dirinya sebagai raja atau raja orang Yahudi ketika hal itu ditempatkan dalam konteks politik berhadapan dengan kaisar (Luk. 23:2-3). Yesus juga menolak sebutannya sebagai 𝘳𝘢𝘫𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪 ketika hal itu diungkapkan sebagai ejekan (Luk. 23:37). 

Kedua, Injil Lukas yang ditulis pada masa pergumulan jemaat akibat penundaan 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 tetap mengingatkan pembacanya bahwa Sang Raja dari Kerajaan Allah itu akan datang kembali dan akan meminta pertanggungjawaban atas uang mina yang telah diberikan-Nya (Luk. 19:12-27). Apa itu parousia?

𝘗𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 bersinonim dengan 𝘱a𝘳𝘦𝘪𝘮𝘪 yang secara literal berarti hadir. 𝘗𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 merujuk kunjungan penguasa atau petinggi negara yang disambut meriah. Dalam hal teologi Kristen 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 merujuk kedatangan Yesus kembali. Masalahnya, umat atau jemaat pada waktu itu sudah dipengaruhi oleh ajaran atau Surat-surat Paulus (ditulis pada masa 40 – 60 ZB sebelum ada Injil Lukas) yang mengatakan bahwa 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 segera terjadi pada saat mereka masih hidup. Faktanya 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 belum terjadi sampai Bait Allah dihancurkan oleh Jenderal Titus dari Roma pada 70 ZB.

Lukas harus menanggapi pergumulan jemaat sehubungan dengan penundaan 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 tersebut. Lukas menyampaikan bahwa masa penundaan 𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢 adalah 𝗺𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗻𝘂𝗴𝗲𝗿𝗮𝗵: 𝗞𝗲𝘀𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗲𝗺𝗮𝘀 untuk bertobat dan hidup sesuai ajaran Kristus sampai Sang Raja itu datang kembali.

(13042025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...