Sabtu, 12 Juli 2025

SUDUT PANDANG LUKAS 10: 25-37, ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI, 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗺𝗽𝗮𝘂𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗯𝗼𝗸 𝗱𝗼𝗴𝗺𝗮 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮



SUDUT PANDANG LUKAS 10: 25-37, ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI, 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗺𝗽𝗮𝘂𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗯𝗼𝗸 𝗱𝗼𝗴𝗺𝗮 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮

Apabila kita membaca 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 dalam Injil sinoptik tampak mirip, tetapi narasi untuk menyampaikan 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 itu berbeda-beda. Dalam Injil Yohanes tidak ada 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩. Tak perlu heran ketika Yesus ditampar oleh pengawal Kayafas, Ia berkata, “ … 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘱𝘢𝘳 𝘈𝘬𝘶?” (Yoh. 18:23b)



Hari ini adalah Minggu kelima sesudah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Lukas 10:25-37 yang didahului dengan Ulangan 30:9-14, Mazmur 25:1-10, dan Kolose 1:1-14.

Menyegarkan lagi ingatan kita bahwa bacaan Minggu masuk ke dalam rangkaian narasi 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 atau 𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦 yang dimula sejak Minggu ketiga sesudah Pentakosta. Perikop bacaan Injil Minggu ini oleh LAI diberi judul 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪. 

𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘳𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘩𝘭𝘪 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘰𝘣𝘢𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭?" 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘶𝘭𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵? 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢?" 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, "𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩𝘮𝘶, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘫𝘪𝘸𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘯𝘢𝘱 𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘣𝘶𝘥𝘪𝘮𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪." 𝘒𝘢𝘵𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳; 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱." 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, "𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢?" (ay. 25-29)

Dalam narasi versi Injil Markus 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 diucapkan oleh Yesus sebagai jawaban atas pertanyaan: “𝘗𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘵𝘢𝘮𝘢?” (Mrk. 12:28). Jadi, hal yang didiskusikan dalam Injil Markus adalah 𝗸𝗲𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻. Menurut Yesus versi Markus perintah yang paling utama adalah mengasihi Tuhan Allah (Mrk. 12:30). Perintah nomor dua dan setara adalah mengasihi sesama manusia (Mrk. 12:31).
  
Mungkin timbul pertanyaan: kedua perintah itu 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝘂𝘁𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴 𝗮𝗽𝗮? Dalam Injil Markus kedua perintah itu lebih utama daripada ritual keagamaan: kurban bakaran dan kurban lainnya (Mrk. 12:33) atau kurban bakaran dan kurban sembelihan (Mrk. 12:33). Bandingkan dengan versi Matius: 𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘛𝘢𝘶𝘳𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢𝘣 𝘱𝘢𝘳𝘢 𝘯𝘢𝘣𝘪 (Mat. 22:40).

Dalam narasi versi Lukas 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 muncul dalam dialog antara Yesus dan ahli Taurat, sedang dalam versi Markus Yesus berdialog dengan ahli Taurat dan orang-orang Saduki. Dalam Lukas 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 diucapkan oleh si ahli Taurat dan itu adalah jawaban untuk pertanyaan yang diajukannya sendiri, “𝘎𝘶𝘳𝘶, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘶𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘭?”

Tampaknya si ahli Taurat masih hendak mencari celah dengan menggiring Yesus tentang sesama manusia adalah sesama orang Yahudi. Oleh karena itu ia mengajukan pertanyaan teoretis, “𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢: 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢?” (ay. 29) Jawaban atas pertanyaan itu Yesus menyampaikan perumpamaan 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪 di luar dugaan si ahli Taurat. Perumpamaan ini adalah khas Injil Lukas.

[Kita tahu bahwa perseteruan orang Yahudi dan Samaria sudah berlangsung berabad-abad. Padahal mereka sebelumnya satu entitas dalam Kerajaan Israel Bersatu: Yehuda dan Israel Utara. Israel Utara (Samaria) takluk pada Asiria pada 721 SZB dan rakyat Israel Utara bercampur baur dengan orang-orang Asiria sehingga sejalan dengan waktu sudah sulit menunjukkan jatidiri mereka. Itu satu penyebab belakangan orang-orang Yahudi (sebutan untuk orang-orang Yehuda pasca-pembuangan) membenci orang-orang Samaria.]

𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴, "𝘈𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘪𝘬𝘩𝘰; 𝘪𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯-𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘮𝘱𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴-𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘢𝘯, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘬𝘶𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪. 𝘒𝘦𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘮𝘢𝘮 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶𝘪 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶; 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘓𝘦𝘸𝘪 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶; 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘸𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘓𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯, 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶; 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘦𝘳𝘨𝘦𝘳𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯. 𝘐𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘶𝘵 𝘭𝘶𝘬𝘢-𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘳𝘢𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘳. 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘦𝘥𝘢𝘪 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘦𝘦𝘴𝘰𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘥𝘪𝘯𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢, ‘𝘙𝘢𝘸𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘶𝘣𝘦𝘭𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪.’” (ay. 30-35)

“𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘮𝘶, 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶?" 𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶, "𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢." 𝘒𝘢𝘵𝘢 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢, "𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯!" (ay. 36-37)

Oleh karena 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 versi Markus tidak ada pautannya dengan perumpamaan orang Samaria, maka kita bisa menduga bahwa Lukas yang punya gagasan untuk mengajukan teologinya sendiri dengan menyatukan dua bahan yang berbeda itu. Pada dirinya perumpamaan 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘚𝘢𝘮𝘢𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘳𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘵𝘪 itu dapat mengundang banyak penafsiran karena ia merupakan cerita utuh yang dapat mandiri. 

Namun, dalam kerangka cerita Lukas (10:25-37) perumpamaan itu harus ditafsir dalam pautannya dengan 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 dan cara untuk memeroleh hidup kekal (Luk. 10:25). Penekanan pada pelaksanaan 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 ditegaskan oleh ucapan tokoh utama (Yesus) di akhir cerita. Yesus, yang tadinya hendak dijebak oleh si ahli Taurat, membalikkan keadaan dengan bertanya, “𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘨𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘮𝘶, 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘬𝘦 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶?" Si ahli Taurat tak dapat lagi berkelit dan menjawab, "𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢." Nah, kalau begitu, kata Yesus, “𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯!”

Cukup jelas menurut pemahaman Lukas pelaksanaan 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩 itu adalah cara untuk memeroleh hidup yang kekal. Hal itu juga ditegaskan oleh Yesus sebanyak dua kali (ay. 28 dan 37):
▶️ "𝘑𝘢𝘸𝘢𝘣𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳; 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱." (ay. 28).
▶️ "𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩, 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯!" (ay. 37)

Dari sana kita tahu bahwa sesudah si ahli Taurat menjawab sendiri pertanyaannya, Yesus memberi instruksi pragmatis, “𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘵𝘦𝘰𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘢𝘬𝘵𝘪𝘬𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩!” Akan tetapi narasi versi Lukas masih bersambung dengan perbincangan tentang 𝘏𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩.

Di sini Lukas panggah menampilkan keradikalan ajaran Yesus. Sesama manusia itu melewati kelompok sendiri, melewati dan melampaui tembok-tembok dogma agama.

 (13072025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...