Jumat, 30 September 2022

Iman kok diukur? Serial Sudut Pandang

Iman kok diukur? Serial Sudut Pandan

“๐˜๐˜ฆ ๐˜ธ๐˜ฉ๐˜ฐ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฏ, ๐˜ช๐˜ด ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜จ๐˜ฐ๐˜ต; ๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ธ๐˜ฉ๐˜ฐ ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ช๐˜ด ๐˜ข ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ญ; ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ธ๐˜ฉ๐˜ฐ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ช๐˜ด ๐˜ข ๐˜ด๐˜ญ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ.“ William Drummond. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan adalah hak asasi manusia sehingga sudah sepatutnya pemerintah memberikan pelayanan itu, kata Ahok (2015). Pemerintah tidak boleh menyebut itu bantuan, karena itu hak masyarakat dan memang kewajiban atau sepatutnya dilakukan oleh pemerintah. “Anda kafirkan saya pun tetap saya beri KJP.” tukas Ahok. Dengan kata lain pemerintah bukan sekadar pelayan masyarakat, melainkan budak (ฮดฮฟแฟฆฮปฮฟฮฝ). Pemerintah tidak pantas merasa berjasa kemudian meminta “balas jasa” dari masyarakat yang dilayani. Selain melanggar sumpah jabatan, ia sudah melupakan hakikat pejabat pemerintah adalah “budak” masyarakat. Pejabat-pejabat yang dicokok KPK pada umumnya terkena kasus “balas jasa” itu. Bacaan dari Injil Lukas 17:5-10,  Kutipan bacaan Injil saya letakkan di bawah.
Meskipun bacaan dari Lukas 17:5-10, sebaiknya kita membaca dari ayat 1. Bacaan Injil dari dua perikop dengan dua topik. Perikop Lukas 17:1-6 diberi judul “Beberapa nasihat” oleh LAI, sedang Lukas 17:7-10 “Tuan dan hamba”.

๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿญ-๐Ÿฒ
Perikop ini sebenarnya mengandung ucapan-ucapan lepas Yesus yang kemudian disatukan oleh pengarang Injil Lukas untuk diberi konteks. Pertama-tama Lukas memberi konteks “tugas-tugas iman” atau “kewajiban iman” dalam ayat 6 untuk membedakannya dari konteks Injil Markus 11:23 dan Matius 17:20, 21:21.
Konteks “tugas-tugas iman” dan “kewajiban iman” tersebut untuk menyambung ayat 1-5:
• Tugas melindungi anggota jemaat yang lemah dari penyesatan, bahkan jika terpaksa, si penyesat harus disingkirkan “ke laut” (ay. 1-2).
• Tugas menjaga diri sendiri dan menggembalakan anggota jemaat yang berdosa (ay. 3).
• Kewajiban mengampuni tanpa batas (ay. 4).
• Sesudah mendengar “tugas” atau “kewajiban” yang harus mereka jalankan di ayat 1-4, para murid memohon agar iman mereka ditambahkan (ay. 5).
Di ayat 6 itu Yesus tampaknya tidak mau menambahkan iman para murid-Nya karena meskipun “tugas-tugas” di ayat 1-4 itu berat, mereka dianggap sudah mampu menjalankannya. Dengan iman yang kecil saja, hal yang dianggap mustahil pun dapat terjadikan: mencabut pohon ara dengan akar-akarnya dan menanamnya lagi di laut. Lebih ekstrem lagi mereka dapat memerintah pohon itu melakukannya sendiri.
Tentu saja ucapan di Lukas 17:6 harus dipahami sebagai metafora atau kiasan. “Iman ๐˜จ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ diukur-ukur! Iman sebesar biji sesawi sudah cukup!” begitu kira-kira yang hendak dikatakan oleh Yesus. Dari jawaban Yesus kita tidak perlu minder dengan kesaksian pribadi yang heboh tentang orang bertemu dengan Yesus, mendapat kesembuhan ajaib, diberkati hidupnya dengan kelimpahan harta, dlsb. Dengan iman sekecil biji sesawi kita sudah dapat mengerjakan tugas-tugas berat dari Yesus, dan memang seperti itulah yang dikehendaki oleh Yesus. ๐˜Ž๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ muluk-muluk. Tak perlu menunjukkan iman dengan ukuran tanda-tanda lahiriah simbol-simbol agama. Demikian halnya bulan keluarga pd bulan Oktober ini mengangkat tema KELUARGA KU BERJUMPA TUHAN, KELUARGA KU MENEMUKAN MAKNA, Perjumpaan keluarga dengan aneka rupa realita merupakan 
sebuah keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri. Di sana ada 
ratap tangis sedih, kedukaan, kepedihan, kekurangan, kehilangan, 
dan aneka peristiwa lainnya. Keluarga juga berjumpa dengan 
tangisan kegembiraan, sukacita, pemulihan, kelimpahan, serta aneka peristiwa sukses lainnya. Dalam persekutuan bersama  Bapa, Anak dan Roh Kudus, keluarga menemukan makna 
kehidupan yang membuat setiap orang merasakan keluarga 
sebagai kehidupan yang berharga meski tidak selalu ideal. Itulah perjalanan iman keluarga, bertemu Tuhan dalam kepelbagaian peristiwa hidup, memaknainya serta mengubah, hal yg lumrah, dimana itu dijalani setiap keluarga, tapi bagaimana memaknainya dg baik yang itu mengubah kan. Tidak perlu juga peristiwa dalam hidup yang lumrah itu dibuat sedemikian WOW nya, kemudian dijadikan "KESAKSIAN" dalam gereja atau persekutuan, itu malah merendahkan pemaknaannya, cukup tunjukan dalam kehidupan keseharian bagaimana keluarga tsb berubah dan Kristus tergambarkan dalam hidup berkeluarga tsb. Masak ya pengalaman iman atau iman itu diukur atau terukur?, Iman kok diukur? capek dech๐Ÿ™ˆ๐Ÿ™ˆ๐Ÿ™ˆ. Keluarga Kristen saat ini dalam situasi di mana di dalamnya 
menjumpai proses tarik ulur realitas yang saling memengaruhi. 
Kekuatan-kekuatan yang saling tarik ulur itu oleh Paus Yohanes 
Paulus II disebut sebagai kekuatan terang dan gelap. Keluarga 
bisa jadi berada dalam tarikan kegelapan. Perpisahan, konflik, 
saling melukai, konsumeristik, hedonis, hidup tanpa makna
terjadi dalam keluarga. Namun kekuatan terang Allah yang 
menarik keluarga untuk menemukan makna dalam rengkuhan 
Trinitas Maha Kudus. Pada akhirnya keluarga mengalami Allah 
sebab Ia adalah Allah “menjadi semua di dalam semua” (1 
Korintus 15:28) sebab tujuan kebermaknaan itu adalah 
persekutuan cinta bersama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿณ-๐Ÿญ๐Ÿฌ
Perumpamaan metafora “Tuan dan hamba” ini dipandang oleh penulis Injil Lukas cocok untuk memerikan nasabah Tuhan dan orang percaya. LAI menerjemahkan ฮดฮฟแฟฆฮปฮฟฮฝ dengan “hamba.”
Istilah “hamba” itu terkesan halus dan agung, apalagi ada istilah “hamba Tuhan”. Alkitab NRSV menerjemahkan ฮดฮฟแฟฆฮปฮฟฮฝ dengan budak (๐˜ด๐˜ญ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ). Terjemahan NRSV lebih ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ.
Dalam perumpamaan ini budak tidak seperti pekerja harian yang memiliki hari dan jam kerja. Budak tak punya apa-apa. Budak sudah dibeli dan apa pun yang dimilikinya adalah milik tuannya, termasuk waktu hidupnya. Sesudah melakukan semua tugasnya, budak tetaplah budak.

 ๐— ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ธ๐—ถ ๐—ต๐—ฎ๐—ธ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐˜ ๐˜€๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐—ฎ๐˜๐˜‚ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐˜๐˜‚๐—ฎ๐—ป๐—ป๐˜†๐—ฎ.

Meskipun Lukas 17:7-10 berlaku umum bagi jemaat Kristen, Rendah hati sama dan sebangun dengan hening. Jika bersuara, maka bukan hening lagi. Jika diucapkan, maka bukan rendah hati lagi. Iman kok diukur?



Cepogo, 30 September 2022 (T)
Lampiran :
Kutipan ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿญ-๐Ÿญ๐Ÿฌ (TB II LAI, 1997)
๐˜‰๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต 
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿญ Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿฎ Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat dosa.
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿฏ Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿฐ Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia."
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿฑ Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!"
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿฒ Jawab Tuhan: "Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."

๐˜›๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿณ "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak tanah atau menggembalakan ternak akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿด Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿต Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
๐Ÿญ๐Ÿณ:๐Ÿญ๐Ÿฌ Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."



Selasa, 27 September 2022

PENGANTAR SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA, Serial Bina Karya Bergereja

PENGANTAR SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA, SERIAL BINA KARYA BERGEREJA

PERNYATAAN PEMBUKA: 
A. Kitab Roma adalah kitab doktrinal tulisan Rasul Paulus yang paling logis dan sistematis. Dipengaruhi 
oleh kenyataan-kenyataan di Roma, kitab ini adalah suatu dokuman yang “langka”. Ada sesuatu yang 
terjadi yang menyebabkan Paulus untuk menulis surat ini. Sebagai tulisan Paulus yang paling bersifat
netral, di dalamnya cara Paulus menghadapi permasalahan yang ada (barangkali kecemburuan yang 
terdapat diantara orang-orang Yahudi yang percaya dengan kepemimpinan kafir, bandingkan pasal 
14:1-15:13) merupakan pernyataan yang jelas dari Injil beriikut penerapannya dalam kehidupan 
sehari-hari. 

B. Pemberitaan injil oleh Paulus di kitab Roma telah mempengaruhi kehidupan gereja di segala zaman: 
1. Augustinus bertobat pada tahun 386 Masehi setelah membaca Roma 13:13-14 
2. pemahaman Martin Luther mengenai keselamatan berubah secara radikal di tahun 1515 Masehi
pada saat ia membandingkan Maszmur 31:1 dengan Roma 1:17 (bandingkan Hab 2:4). 
3. John Wesley, berjalan di dekat suatu kebaktian kaum Mennonite di London tahun 1738 Masehi, 
bertobat setelah mendengar pembacaan kotbah Luther mengenai pengantar kitab Roma, karena 
pendeta yang seharusnya bertugas tidak muncul! 

C. Memahami kitab Roma adalah memahami Kekristenan! Surat ini membentuk kehidupan dan 
pengajaran Yesus menjadu suatu batu dasar kebenaran bagi gereja di segala zaman. Martin Luther 
berkata mengenai kitab Roma: “Buku terutama dari Perjanjian Baru dan injil yang paling murni!” 


PENULIS 
Bisa dipastikan Paulus adalah penulis kitab ini. Salamnya yang khas ditemukan dalam pasal 1:1. 
Secara umum disetujui bahwa “duri dalam daging” Paulus adalah mata yang kabur, sehingga ia tidak
secara fisik menuliskan sendiri surat ini, namun ia menggunakan tenaga penulis, Tertius (bandingkan
pasal 16:22). 


TANGGAL 
A. Kemungkinan tanggal penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 Masehi. Buku ini adalah salah satu 
dari sedikit buku dari Perjanjian baru yang dapat dilacak tanggal penulisannya dengan cukup akurat. 
Hal ini dilakukan dengan mebandingkan Kisah 20:2 dst. Dengan Roma 15:17 dst. Kitab Roma
barangkali ditulis di kota Korintus menjelang akhir perjalanan Paulus yang ke tiga, tepat sebelum ia 
berangkat ke Yerusalem. 

B. Kemungkinan secara kronologis dari tulisan-tulisan Paulus menurut F. F. Bruce dan Murry Harris 
dengan sedikit penyesuaian adalah: 
Kitab


PENERIMA
Surat ini menayatakan tujuannya yaitu Jemaat Roma. Kita tidak tahu siapa yang mendirikan 
gereja di Roma: 

A. Mungkin didirikan oleh orang-orang yang sedang mengunjungi Yerusalem pada hari Pentakosta dan 
bertobat lalu pulang untuk memulai suatu gereja (bandingkan Kis 2:10) 

B. Mungkin juga pendirinya adalah murid-murid yang melarikan diri dari penganiayaan di Yerusalem 
setelah kematian Stefanus. 

C. Mungkin pula pendirinya adalah orang-orang yang bertobat hasil perjalanan penginjilan Paulus yang 
melancong ke Roma. Paulus tidak pernah mengunjungi gereja ini, walaupun ia rindu sekali untuk 
mengunjunginya (bandingkan Kis 19:21). Ia banyak memiliki teman di sana (bandingkan Rom 16). 
Nampaknya rencanyanya adalah mengunjungi Roma dalam perjalanannya ke Spanyol 
(bandingkan Rom 15:28) setelah perjalanannya ke Yerusalem dengan “persembahan kasih”. Paulus 
merasa bahwa pelayanannya di daerah Mediterania bagian timur telah selesai. Ia mencari ladang baru
(bandingkan 15:20-23,28) Pembawa surat Paulus di Yunani ke Roma nampaknya adalah Febe, 
seorang penatua jemaat, yang berperjalanan ke arah itu. (bandingkan Rom 16:1). Mengapa surat ini, 
yang ditulis di lorong-lorong kota korintus di abad pertama oleh seorang Yahudi pembuat tenda
begitu berharga? Martin Luther menyebutnya sebagai “Buku terutama dari Perjanjian Baru dan injil 
yang paling murni!” Nilai dari buku ini terletak pada kenyataan bahwa buku ini adalah penjabaran 
secara mendalam dari Injil oleh seorang rabbi yang bertobat, Saul orang Tarsus, yang terpanggil 
menjadu rasul bagi bangsa kafir. Kebanyakan surat Paulus diwarnai secara kuat oleh keadaan lokal,
kecuali kitab Roma. Kitab ini berisi pernyataan secara sistematis dari iman seorang rasul. 
Sadarkah anda rekan-rekan Kristen, bahwa sebagian besar istilah-istilah teknis yang digunkana 
saat ini untuk menjelaskan tentang “iman” (“pembenaran”, “pemutihan”, “adopsi” dan “penyucian”) 
berasal dari kitab Roma? Kitab ini adalah pembangunan Teologis dari kebenaran-kebenaran dalam 
kitab Galatia. Berdoalah agar Tuhan membukakan rahasia kitab yang luar biasa ini pada saat kita 
bersama mencari kehendakNya bagi kehidupan kita saat ini! 


MAKSUD 
A. Upaya untuk menggalang bantuan untuk perjalanan penginjilannya ke Spanyol. Paulus melihat 
bahwa pekerjaan kerasulannya di daerah Mediterania bagian timur sudah selesai. (bandingkan 15:20-
23,28). 

B. Untuk menangani permasalahan di gereja Roma anatara orang Yahudi yang percaya dan orang Kafir
yang percaya. Ini barangkali adalah akibat dari pengusiran seluruh orang Yahudi dari wilayah Roma
dan kembalinya mereka di kemudian hari. Pada saat itu pemimpin-pemimpin Yahudi-Kristen telah 
digantikan oleh pemimpin-pemimpin Kristen dari bangsa kafir. 

C. Untuk memperkenalkan dirinya kepada gereja Roma. Ada banyak penolakan terhadap Paulus dari 
orang orang Yahudi bertobat yang sungguh-sungguh di Yerusalem (Dewan Yerusalem di Kisah 15), 
dari kelompok Yahudi yang sesat (Orang Yahudi sesat dalam Kitab Galatia dan II Korintus 3, 10-13), 
dan dari Orang-orang Kafir (Kolose, Efesus) yang mencoba untuk menggabungkan Injil dengan teori 
atau falsafah kesukaan mereka (misalnya gnostisisme) 

D. Paulus dituduh sebagai penyebar ajara baru yang berbahaya, menambahkan secara sembarangan 
pengajaran dari Yesus. Buku Roma dalah cara Paulus untuk secara sistematis mempertahankan 
dirinya dengan menunjukkan bagaimana injil yang diajarkannya adalah benar, menggunakan 
Perjanjian Lama dan pengajaran Yesus (kitab Injil). 


GARIS BESAR RINGKAS

A. Pendahuluan (1:1-17) 
1. Salam (1:1-7) 
a. Penulis (1-5) 
b. Arah Tujuan (6-7a) 
c. Ucapan Selamat (7b) 

2. Kejadian dan kesempatan (1:8-15)
 
3. Tema (1:16-17) 

B. Kebutuhan akan Kebenaran illahi (1:18-3:20) 
1. Kemerosotan Dunia Kekafiran (1:18-32) 

2. Kmunafikan orang Yahudi atau pengikut faham moral kefasikan (2:1-16) 

3. Penghakiman terhadap orang Yahudi (2:17-3:8) 

4. Pnghukuman Dunia (3:9-20) 

C. Apakah Kebenaran Illahi itu (3:21-8:39) 
1. Kebenaran Haya oleh Iman (3:21-31) 

2. Dasar Kebenaran: Janji Tuhan (4:1-25) 
a. kehidupan Abraham yang benar (4:1-5) 
b. Daud (4:6-8) 
c. Hubungan Abraham dengan Sunat (4:9-12) 
d. Janji Tuhan kepada Abraham (4:13-25) 

3. Pencapaian Kebenaran (5:1-21) 
a. Aspek subyektif: Kasih karunia, kesukaan yang tak tertandingi (5:1-5) 
b. Dasar yang obyektif: Kasih Allah yang luar biasa (5:6-11) 
c. Tipologi Adam/Kristus: Pelanggaran Adam, Ketetapan Allah (5:12-21) 

4. Kebenran Illahi harus terbit dalam kebenaran pribadi (6:1-7:25) 
a. Dibebaskan dari dosa (6:1-14) 
(1) Penolakan yang semestinya (6:1-2) 
(2) Arti baptisan (6:3-14)
b. Budak Setan atau Hamba Tuhan: silahkan pilih! (6:15-23) 
c. Perkawinan manusia dengan Hukum Taurat (7:1-6) 
d. Hukum Taurat adalah baik, namun dosa menghalangi kebaikan (7:7-14) 
e. Pergumulan abadi tentang kebaikan dan kejahatan dalam diri orang percaya (7:15-25) 

5. Hasil yang nampak dari kebenaran Illahi (8:1-39) 
a. Hidup dalam Roh (8:1-17) 
b. Penebusan dari ciptaan Allah (8:18-25) 
c. Pertolongan yang tetap dari Roh Kudus (8:26-30) 
d. Kemenangan dalam pnghakiman dari pembenaran oleh iman (8:31-39) 

D. Maksud Illahi bagi seluruh Umat Manusia (9:1-11:32) 
1. Pemilihan Israel (9:1-11:32) 
a. Pewaris iman yang sesungguhnya. (9:1-13) 
b. Kedaulatan Tuhan (9:14-26) 
c. Rencana umum Allah mencakup orang kafir (9:27-33) 

2. Keselamatan Israel (10:1-21) 
a. Kebenaran Tuhan vs Kebenaran Manusia (10:1-13) 
b. Kemurahan Tuhan memerlukan utusan, seruan untuk penginjilan ke dunia. (10:14-18) 
c. Ke tetap tidak percaya-an Israel pada Allah (10:19-21) 

3. Kegagalan Israel (11:1-36) 
a. Sisa-sisa orang Yahudi (11:1-10) 
b. Kecemburuan orang Yahudi (11:11-24) 
c. Kebutaan sementara orang Israel (11:25-32) 
d. Luapan pujian Paulus (11:33-36) 

E. Hasil dari anugerah Kebenaran Illahi (12:1-15:13) 
1. Seruan untuk pengudusan (12:1-2) 

2. Penggunaan karunia-karunia (12:3-8) 

3. Hubungan antar orang percaya (12:9-21) 

4. Hubungan dengan Negara (13:1-7) 

5. Hubungan dengan sesama (13:8-10) 

6. Hubungan dengan Tuhan (13;11-14) 

7. Hubungan dengan sesama anggota gereja (14:1-12) 

8. Pengaruh kita terhadap orang lain (14:13-23) 

9. Hubungan dengan keserupaan dengan Kristus (15:1-13) 

F. Kesimpulan (15:14-33) 
1. Rencana-rencana pribadi Paulus (15:14-29) 

2. Permohonan doa (15:30-33) 

G. Catatan-catatan (16:1-27) 
1. Ucapan Selamat (16:1-24) 
2. Doa Berkat (16:25-27) 

Cepogo, 12 Januari 2019 (T)

Minggu, 25 September 2022

KITAB ROMA, AJARAN-AJARAN UTAMA KITAB-KITAB DALAM PERJANJIAN BARU, SERIAL BINA KARYA BERGEREJA

KITAB ROMA, AJARAN-AJARAN UTAMA KITAB-KITAB DALAM PERJANJIAN BARU, SERIAL BINA KARYA BERGEREJA

KITAB ROMA

Tujuan

Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran utama Kitab Roma dan yakin bahwa manusia diselamatkan hanya oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Pendahuluan

Penulis  : Rasul Paulus (Rom 1:1).

Tahun  : Sekitar tahun 58 sesudah Masehi, dari kota Korintus.

Penerima: Orang-orang Kristen di kota Roma (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus).

Isi Kitab: Kitab Roma terbagi atas 16 pasal. Dalam kitab ini Rasul Paulus menjelaskan tentang cara manusia yang berdosa diselamatkan, yaitu melalui iman saja kepada Tuhan Yesus. Dan juga tentang cara hidup orang-orang yang telah diselamatkan tersebut.

I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Roma

  1. Pasal 1-11 (Rom 1:1-11:36).

    Pengajaran tentang Injil merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap manusia

    Pada bagian ini dijelaskan bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan sudah tidak mengenal Allah. Karena itu manusia berdosa sudah berada dalam penghukuman Allah, yaitu kematian. Keselamatan dari kematian akibat dosa tidak dapat diperoleh melalui usaha manusia atau melalui melakukan Hukum Taurat. Keselamatan itu hanya dapat diperoleh dalam anugerah Allah yang ada pada Tuhan Yesus. Ini berarti keselamatan manusia hanya dapat diperoleh melalui iman kepada anugerah Allah yang ada di dalam Tuhan Yesus.

    Pendalaman

    1. Berdasarkan pasal Rom 1:21-25,28-31.
      Apakah yang dilakukan manusia di dunia?
    2. Bacalah pasal Rom 3:23; 6:23.
      Tanyakan: Berapa banyakkah manusia yang berdosa?
      Apakah akibat dari dosa?
    3. Bacalah pasal Rom 10:9-13.
      Tanyakan: Bagaimanakah caranya manusia diselamatkan?

  2. Pasal 12-16 (Rom 12:1-16:27).

    Pengajaran tentang kehidupan orang Kristen setiap hari

    Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana seharusnya kehidupan dari setiap orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya.

    Pendalaman

    1. Bacalah pasal Rom 12:1-2.
      Tanyakan: Apakah ibadah orang Kristen yang sejati dan berkenan
      di hadapan Allah?
    2. Bacalah pasal Rom 12:6-8.
      Tanyakan: Bagaimanakah sikap kehidupan seorang pelayan Firman
      Allah?
    3. Bacalah pasal Rom 12:9-21.
      Tanyakan: Bagaimanakah cara hidup orang percaya/Kristen dalam
      masyarakat?
    4. Bacalah pasal Rom 13:1.
      Tanyakan: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap pemerintah?
    5. Bacalah pasal Rom 15:1.
      Tanyakan: Bagaimanakah sikap orang Kristen terhadap orang yang
      lemah?
    6. Bacalah pasal Rom 16:17-18.
      Tanyakan: Apakah peringatan Rasul Paulus terhadap orang percaya?

II. Kesimpulan

Melalui Kitab Roma jelaslah bahwa Allah mengatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa, dan mengalami penghukuman, yaitu kematian. Allah juga dengan tegas menyatakan bahwa semua usaha manusia untuk menyelamatkan diri dari kematian itu sia-sia. Allah menyatakan bahwa manusia memperoleh keselamatan hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab

  1. Siapakah penulis Kitab Roma?
  2. Mengapakah semua manusia berada dalam penghukuman Allah?
  3. Mengapakah orang Kristen perlu menguduskan diri?
  4. Bagaimanakah cara hidup orang Kristen?
Cepogo, 21 Juli 2016 ( T)

Sudut Pandang Contoh sederhana persiapan perjamuan kudus yg dilakukan presbuteros/majelis, di gereja Baptis Injili, Serial Bina Karya Bergereja

Sudut Pandang Contoh sederhana persiapan perjamuan kudus yg dilakukan presbuteros/majelis, di Gereja Baptis Injili, Serial Bina Karya Bergereja

1. Nyanyian Pembuka
2. Doa Pembuka
3. Pengantar
4. Firman Tuhan dan perenungan
5. Dari Firman Tuhan ini kita perlu mawas diri sebelum kita ikut ambil bagian di dalam meja Perjamuan Kudus. Bagaimรคnรค kita harus  mawas diri? Marilรคh kita membuka diri di hadapan Allah sambil merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut :

6. Seperti telah diketahui dan dimuat di warta gereja, bahwa perjamuan Kudus akan diadakan pada hari Minggu, tanggal......., Ibadah pukul......., Berbahasa........., Ibadah pukul........berbahasa.........., Tentunya kita semua berharap dapat hadir dalam perjamuan Kudus tsb, tetapi dalam Rahmat Tuhan, perkenan kan saya mewakili majelis .............
 untuk bertanya tentang kesiapan hati bpk/ibu semua untuk masuk dalam meja perjamuan Tuhan, jika YA katakanlah YA, jika TIDAK katakanlah TIDAK, selebihnya daripada itu hanyalah berasal dari si jahat, marilah kita hening sejenak untuk menguji diri kita masing-masing sebelum memberikan jawab.

7. Yang saya sebut namanya berkenanlah menjawab "Ya, dengan sepenuh hati" atau "Tidak, untuk saat ini saya belum siap", Apakah Bpk/Ibu............... dapat mengikuti perjamuan Kudus ataukah tidak/ada halangan? (Stlh menjawab) Kiranya Tuhan memberkati niat hati Bpk/Ibu (untuk jawaban YA) dan ujilah diri bpk/ibu sendiri sblm masuk meja perjamuan Kudus agar perjamuan Kudus menjadi berkat bagi Bpk/ibu atau Kiranya Tuhan turut serta dalam gumul juang Bpk/Ibu (untuk jawaban TIDAK), setialah dalam doa dan renungkanlah firman Tuhan, 

8. Baiklah, saya akan membawa dalam doa jawab Bpk/Ibu sekalian :
"Dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus kami menyatu hati dalam doa, Tuhan, Engkau telah mendengar jawab atas undangan Mu masuk meja perjamuan Kudus, berkatilah jawab dan niatan hati dari jemaat Mu di sini, setia dan hadir lah  atas pergumulan hati jemaatMu di sini, dampingilah saat jemaatMu di sini menguji diri,  kiranya semua menjadi Rahmat dan anugerah yang baik bagi jemaatMu di sini, sempurnakanlah doa ini, doa ini kami panjatkan dalam kuasa dan perlindungan nama di atas segala nama Kristus Yesus, Amin

9. Nyanyian Penutup
10. Berkat

agar saat mengadakan persiapan perjamuan Kudus bisa lebih tertata, berkah Dalem Sang Kristus๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ˜juga untuk memenuhi beberapa permintaan gereja

Lapangan Pancasila, pertengahan September 2022 (TUS)

Consequent Will dan Takdir Mualag , Serial lintas teks kitab suci

Consequent Will dan Takdir Mualag , Serial lintas teks kitab suci

Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka tidak semua dari yang ditentukan Allah sejak semula untuk diselamatkan, dapat diselamatkan. Allah menghendaki manusia datang dengan hatinya, dengan kebebasannya sendiri Allah menghendaki manusia menyambut uluran tangan Allah.
Lalu apakah alkitab berbicara tentang takdir?
Dalam Roma 8:28, 29 dikatakan,

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Sebagian orang bertanya, jika Tuhan mengetahui apakah saya akan selamat atau binasa, mengapa bersusah-susah menjadi orang Kristen agar selamat? Kasian pula, orang yang sudah lahir memang jalannya tidak selamat.
Jawabanya adalah walaupun Tuhan mengetahui, karena Dia adalah mahatahu, kita tidak mengetahui masa mendatang.
Karena itu masing-masing kita harus menggunakan hak pilih kita dan memilih apakah menerima atau menolak anugerah Tuhan. Cidera manusiawi nya manusia adalah menolak Tuhan, naluri tak sekehendak dg Tuhan. Manusia dicipta serupa dan segambar dengan Allah, apabila Allah adalah hal yg bebas tak bisa dibatasi maka manusia pun paling tidak serta sedikitnya juga memiliki kebebasan tsb. Termasuk didalamnya kehendak manusia untuk memberontak pada Allah. Oleh karena cidera asal inilah, maka manusia memerlukan SAKRAMENT BAPTISAN sebagai meterai atau tanda maupun simbol untuk niat bersekehendak dengan Allah, untuk hidup baru, untuk memiliki niat berproses menentukan pilihan hidup yang sekehendak dengan Allah, tetapi dalam prosesnya kembali lagi manusia yg tak sempurna ini akan selalu berada dalam cidera manusiawinya, oleh karenanya manusia memerlukan SAKRAMENT PERJAMUAN KUDUS sebagai meterai, tanda, simbol, maupun pengingat akan niatannya untuk seturut kehendak Allah, pengingat akan niat syukurnya (EKARISTI) akan kasih setia Allah yg turut bekerja dlm cidera manusiawinya Allah tetap menolong, pengingat akan niat syukurnya (EKARISTI) bahwa pertolongan itu datang dari Allah berupa anugerah persekutuan Allah (KOMUNI), dan Allah telah mempercayai niat baik manusia itu untuk mengemban tugas pengutusan dari Allah untuk bersekehendak dengan Allah (MISA/MISIO).
Oleh karena Tuhan mengetahui semua lebih dahulu dan karena Dia menakdirkan (merencanakan) supaya semua menjadi seperti anak-Nya, ini adalah bukti bahwa Tuhan menakdirkan tidak ada yang akan binasa.
Allah dapat melihat kedepan dan mengetahui siapa yang akan terpilih. Baca 1 pet 1;2, 1 Petrus 1:2 (TB)  yaitu "orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu". 
bagian pertama. Orang-orang yang terpilih ditakdirkan kepada keselamatan hanya atas dasar penurutan.Kita di rencanakan untuk selamat dan hidup kekal, tetapi pilihan untuk itu ada di tangan kita.
Itu sebabnya ketika manusia berdosa, Tuhan merencanakan untuk menebus manusia dan memulihkan kehidupan manusia, supaya rencana Tuhan kepada manusia untuk hidup kekal tidak gagal.
Jadi ketika kita menderita, sakit, kecelakaan dll..itu bukan rencana Tuhan bagi kita, Krn Tuhan sempurna, pastilah Tuhan merencanakan yg Baek … semua itu adalah akibat keinginan manusia memberontak pada Allah, keinginan manusia untuk tak sekehendak dengan Allah atau mungkin boleh dikatakan akibat kehendak bebas manusia atau akibat cidera manusiawi, akibat dari pilihan-pilihan hidup yang dikehendaki manusia, hidup penuh pilihan dimana setiap pilihan memiliki pertanggung jawabannya masing-masing dimana dalam perjalanan hidupnya manusia harus menentukan pilihannya, ketika pilihannya tak sekendak dengan Allah maka Allah setia, Allah turut bekerja, Allah bersinergi dg pilihan manusia tsb agar pilihan yang tak sekendak dengan Allah tsb, oleh karena cidera manusiawi nya manusia, (dalam kehendak Allah) dapat mendatangkan kebaikan bagi manusia, dimana pada pertanggung jawaban manusia atas pilihannya itu, Allah tetap menghendaki yang baek untuk manusia, yang baek menurut sudut pandang Allah.  Sejak semula manusia diberi hak untuk "memilih", manusia bukan robot dan Allah diktator yang otoriter. Jika Allah mau, dengan kekuasaan-Nya Dia dapat membuat semua manusia meresponi panggilan-Nya. sebaliknya Allah tidak mau meresponi panggilan-Nya tetapi hal itu bertentangan dengan hakekat-Nya. Hawa diberi kebebasan memilih satu di antara dua: makan atau tidak makan dari buah pohon larangan, ternyata ia memilih yang pertama.

Ulangan 1:26
LAI TB, "Tetapi kamu tidak mau berjalan ke sana, kamu tidak perlu titah TUHAN, Allahmu".

Allah menciptakan makhluk berakal budi – yaitu manusia – seturut gambarnya (Kejadian 1:27), yaitu dengan memberikan kepada mereka kehendak bebas (kehendak bebas). Kehendak bebas ini adalah kekuatan dari kehendak yang mengalir dari akal budi, sehingga manusia dapat "melakukan" atau "tidak melakukan." Manusia memiliki kebebasan: "memilih ini" atau "memilih itu". Dari definisi ini, maka memang dengan kehendak bebasnya, manusia dapat menolak Allah atau memberikan diri secara bebas kepada Allah. Namun, jika sampai seseorang salah dalam menggunakan kehendak bebasnya, maka hal ini tentu bukan kesalahan Allah, melainkan tanggung jawab orang tersebut, yang tidak dapat menggunakan kehendak bebas secara bertanggung jawab.
Kemerdekaan (kehendak bebas) dan anugerah Allah. Anugerah Allah sama sekali tidak membatasi kemerdekaan manusia, jikalau kemerdekaan ini sesuai dengan cita rasa dan kebenaran, yang Allah letakkan di dalam hati manusia. Pengalaman umat Kristen dalam hal free-will ini telah membuktikannya: Kita dapat menerima perintah Allah maupun menolaknya. Roh Kudus mendidik kita dalam kemerdekaan rohani kita. Hal ini menjadikan kita rekan kerja bagi Allah yang tetap menempatkan manusia pada kehendaknya yang bebas.
Pemahaman tentang kehendak bebas manusia yg bertolak belakang dg konsep takdir pd umumnya di sahabat Islam, walopun di Alkitab sebenarnya konsep takdir juga ada, Kalauu kehendak bebas di Islam yaitu 

Takdir Mu'allaq

Takdir mu’allaq, yaitu takdir yang masih bersifat kondisional sehingga bisa diubah dengan ikhtiar manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran suat An-Najm ayat 39-40 yang artinya:

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”

Misalnya takdir miskin dapat diubah dengan doa dan kerja keras, takdir sakit dapat diubah dengan doa dan berobat, dan sebagainya yang melibatkan ruang usaha bagi manusia. 
Dengan beriman pada takdir Allah SWT, maka manusia akan merasa bahwa dirinya tidak boleh sombong karena semua hal telah ditentukan oleh Allah SWT.
Selain itu, manusia akan senantiasa bersyukur dan bersabar atas segala hal yang diberikan Allah SWT.
Ketika umat Islam memercayai atau mengimani takdir Allah SWT, mereka pun akan lebih optimis dan tidak mudah menyerah saat menjalani kehidupan karena ada hal-hal yang bisa diperbaiki jika mau berusaha.
Nah, itu dia penjelasan mengenai takdir dalam agama Islam beserta macam-macamnya.

Cepogo, 01 Agustus 2022 (T)

Sabtu, 24 September 2022

Sudut Pandang Lukas 16:19-31 dan Lukas 12:13-21, Kekayaan dalam sudut pandang Injil LUKAS


Sudut Pandang Lukas 16:19-31 dan Lukas 12:13-21, Kekayaan dalam sudut pandang Injil LUKAS

Gubernur Irian Jaya (1988-93) Barnabas Suebu pernah mengecam gereja yang hanya menekankan pembangunan rohani. Kehadiran gereja seharusnya membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Katanya, “Kasihan masyarakat Papua, sudah miskin masuk neraka pulak!” Dalam pada itu Ahok mengatakan bahwa sekaya-kayanya ia menjadi pengusaha tetap saja uangnya sangat terbatas untuk menolong orang miskin. Atas nasihat ayahnya ia masuk ke jalur politik agar berfaedah bagi banyak orang. Dengan memegang kekuasaan ia mudah menolong orang-orang miskin lewat kebijakan-kebijakannya. Saat menjadi Gubernur DKI Ahok pernah berseloroh, “Mana ada di dunia ini orang kaya menggelontorkan dana $200 juta setahun untuk orang-orang miskin? Saya melakukannya. ”Teologi kemakmuran atau teologi sukses (๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜บ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜จ๐˜บ atau ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜บ ๐˜จ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ญ) mengajarkan bahwa kemakmuran dan sukses (kaya, berhasil, dan sehat sempurna) adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk orang-orang yang diberkati dan dikasihi-Nya. Ideologi ini dibawa oleh Gerakan Kharismatik (kharismatik pentecostal) ke Indonesia sekitar lima dasawarsa silam. Tentu saja jajanan gurih agama ini disambut meriah oleh warga Kristen kaya termasuk warga dari gereja arus-utama. Mengapa warga kaya memilih hengkang dari gereja arus-utama? gereja reformasi?Mereka selama ini lebih memilih diam di gereja arus-utama. Dalam bahasa medsos mereka adalah ๐˜ด๐˜ช๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด. Semasa menjadi warga gereja mereka tidak merasa mendapat ๐˜ง๐˜ถ๐˜ญ๐˜ง๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต pribadi. Gereja sering berat sebelah. Apalagi pendeta sering menekankan ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข, ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข. Mosok orang Kristen tidak boleh kaya? Saya pun ingin kaya. Warga kaya mendapat tempat berteduh di gereja yang mengusung teologi kemakmuran. Mereka menjadi percaya diri karena diberi kekuatan oleh pengkhotbah bahwa mereka adalah orang-orang yang diberkati dan dikasihi Allah.
Bagaimana pandangan Injil terhadap harta dan orang kaya?  Mari kita melihat dua bagian Injil LUKAS yg membuat kita sedikit banyak bisa merenungkan sudut pandang penulis Injil LUKAS tentang pandangan akan kekayaan, diambil dari Teks bacaan Injil Lukas 16:19-31 dan Lukas 12 : 13-21, Lukas 16:19-31 saya kutipkan dan letakkan di bagian lampiran.

Lukas 16 : 19 - 31, Kalau anda jeli membaca kitab-kitab Injil berbahasa Indonesia, perikop-perikop mengenai perumpamaan oleh LAI diberi judul dengan frase awal “Perumpamaan tentang”. Namun perikop bacaan Injil Lukas 16:19-31 Minggu ini tidak diberi frase awal “Perumpamaan tentang”. Judulnya ditulis ๐˜–๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜“๐˜ข๐˜ป๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ. Implikasi judul tersebut membuat tidak sedikit orang Kristen mengira cerita itu adalah kisah nyata.  Dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus tidak pernah menggunakan nama orang untuk tokoh-tokoh ceritanya. Bacaan Injil Minggu ini adalah satu-satunya perumpamaan yang menggunakan nama sehingga orang mengira cerita ini kisah nyata. Bukan itu saja, Lazarus menjadi tokoh utama dalam kisah ini. Sebelum kita sampai pada pembahasan mengapa ada nama Lazarus dan apakah ia adalah tokoh utama, mari kita melihat genre atau ragam cerita itu di dalam Injil. Kita sudah melihat corak pembalikan: yang pertama menjadi yang terakhir, yang terakhir menjadi yang pertama; yang tinggi direndahkan, yang rendah ditinggikan; dlsb.Corak pembalikan itu berlaku umum. Dapat terjadi pada siapa saja. Tampaknya pemberian nama “Lazarus” untuk membatasi kasus dan mencegah penyimpulan bahwa orang miskin otomatis masuk surga. Dalam kasus atau cerita perumpamaan ini yang masuk surga adalah orang miskin yang bernama Lazarus. Di dalam kisah perumpamaan tidak ada aksi Lazarus. Ia pasif. Ia sakit dan sekarat sehingga ia hanya bisa berbaring dan tidak sanggup mengusir anjing-anjing yang menjilati boroknya (ay. 20-21). Dari sini kita dapat menetapkan bahwa Lazarus bukanlah tokoh utama cerita. Apabila orang miskin tidak otomatis masuk surga, mengapa di dalam cerita itu orang kaya tanpa nama? Apakah itu berarti orang kaya otomatis masuk ke alam maut (แพ…ฮดแฟƒ - baca: ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅe)? Orang kaya dalam kisah ini berbeda dari orang kaya dalam cerita perumpamaan di Lukas 12:13-21. Dalam perumpamaan tersebut orang kaya itu bodoh dan belum lagi menikmati kekayaannya saban hari ia ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ mati. Orang kaya dalam perumpamaan Minggu ini menikmati kekayaannya setiap hari. Ia pun pintar. Sudah mati saja masih bisa menyuruh-nyuruh dan berdialog dengan Abraham. Di sini sangat jelas tokoh utama cerita adalah orang kaya, bukan Lazarus. Kalau kita membaca narasi perumpamaan Minggu ini, apa sih yang membuat orang kaya itu masuk ke “alam maut”? Apakah orang kaya itu menindas Lazarus? Tidak. Membenci? Tidak. Namun kita bisa melihat gaya penulis Injil Lukas memandang kekayaan. Mari kita bandingkan bacaan  ini dengan Lukas 12:13-21. Persamaan perumpamaan ini adalah perihal kekayaan atau penggunaan kekayaan. Sedikit perbedaannya adalah orang kaya di Lukas 12:13-21 lebih sial, selain bodoh, karena belum sempat menikmati kekayaannya. Ia ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ mati. Orang kaya di Lukas 12:13-21 itu “mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri” dan ia dinilai “tidak kaya di hadapan Allah" (ay. 21). Dengan merujuk Lukas 12 akar kesalahan orang kaya di Lukas 16 adalah sama: “menggunakan harta bagi dirinya sendiri.” Akar kesalahan si kaya itu adalah ketidakpedulian terhadap sesamanya. ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ ๐˜ช๐˜ด ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ, ๐˜ช๐˜ต'๐˜ด ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ง๐˜ง๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ. Lawan kasih bukanlah kebencian, melainkan ketidakpedulian, kata Elie Wiesel. Orang kaya itu tidak membenci Lazarus yang terbaring di depan rumahnya. Ia hanya tidak peduli kepada si miskin itu, meskipun ia mengenal Lazarus (ay. 24).  Di sini kita kembali melihat ajaran Injil Lukas tentang harta dan kekayaan. Orang Kristen tidak dilarang menumpuk harta dan menjadi kaya. Orang Kristen kaya ideal menurut Injil Lukas adalah menggunakan kekayaannya untuk membantu sesamanya. Meskipun perumpamaan tentang Orang kaya dan Lazarus merupakan satu rangkaian pengajaran dari awal pasal 15, perumpamaan itu berbeda tema sehingga pasal atau bab dibuat baru. Kepada siapa perumpamaan-perumpamaan itu ditujukan atau apa konteksnya? Kalau kita membaca Lukas 15:1-2, perumpamaan ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat atas pertanyaan mereka: mengapa Yesus mau menerima dan makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa? Dengan begitu perumpamaan ini juga dipakai untuk merujuk pemungut cukai. Pada saat itu pemungut cukai adalah pekerjaan yg dianggap berdosa oleh kaum Farisi dan Saduki serta ahli agama, Krn di jaman yg susah bahkan terjajah Romawi masih dicekik dg pajak dr Romawi. Pemungut cukai sendiri, pekerjaan tsb tidak melulu Krn orang menginginkan, tapi lebih pada paksaan penjajah Romawi agar ada yg menjalankan tugas pemungut cukai, mosok Romawi bangsa besar dan menjajah butuh uang dari jajahannya, maka yg narik pajak dipaksa dari bangsanya sendiri yg dijajah, kalo tidak mau bisa masuk penjara atau disiksa, dianggap melawan pemerintah Romawi, shg profesi pemungut cukai itu terjepit, di satu sisi paksaan menjalankan tugas, di sisi yg Laen memeras bangsa sendiri, disini yg Laen dianggap pendosa dan dibenci bangsanya, dan makin di pandang hina Krn bisa hidup kaya atau berlebih oleh karena gaji dr pekerjaan nya. Dalam situasi terjepit seperti itu mereka mendapatkan kelegaan lewat Kristus Yesus Krn dipahami dan diterima, penerimaan itu inti yg dibawa Kristus bagi petulis Injil Lukas bukan keadilan bahkan hukuman bagi pendosa seperti yg orang farisi, Saduki, pemuka agama inginkan pada zaman itu, mereka, pemungut cukai melakukan pertobatan, dan membagi harta kekayaannya, peduli sesama. Di sinilah Kristus Yesus mengkritisi pemungut cukai, seharusnya jangan seperti orang kaya, dalam kelebihannya atau kekayaannya sebagai pemungut cukai karena sdh bertobat harusnya memanfaatkan kekayaannya dengan kepedulian dan berbagi dg sesamanya, shg mereka tdk akan dianggap pendosa oleh bangsanya sendiri (ingat cerita Zakheus, pemungut cukai?). Dalam Alkitab sendiri kita menerima teladan iman dr Kristus Yesus tentang kenoosis atau pengosongan diri atau penyangkalan diri, Kristus Yesus yg memiliki kemuliaan Allah rela tidak terikat, rela tidak melekat pada kemuliaanNya demi peduli dan berbagi dg manusia berdosa. Kaya boleh tapi kalo sampai melekat shg serakah atau tamak itu yg tak boleh, menderita pun kalo kita melekat pada penderita an sampai tidak bisa move on atau kehilangan daya juang dan semangat itu juga yg tak boleh. Miskin pun, kalau terlalu fokus pada kekayaan shg serakah dan menghalalkan segala cara untuk kaya juga gak boleh, kaya pun gak boleh serakah dan gak peduli sesama.

Lukas 12:13-21 saya kutipkan dari Alkitab LAI TB II 1997:
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "๐˜Ž๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ธ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "๐˜š๐˜ข๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข, ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "๐˜‰๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜จ๐˜ข-๐˜ซ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ-๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข, ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ."  (ay. 13-15) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, "๐˜ˆ๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข, ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ-๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ญ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. ๐˜๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข: ๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ญ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ถ. ๐˜“๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข: ๐˜๐˜ฏ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต; ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ถ. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ: ๐˜‘๐˜ช๐˜ธ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ, ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฏ-๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข; ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ! ๐˜›๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ง๐˜ช๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข: ๐˜๐˜ข๐˜ช ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฉ, ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช? ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ." (ay. 16-21).  LAI memberi judul perikop di atas “Orang Kaya yang Bodoh” (OKB). Perumpamaan OKB tidak ada perbandingannya di Injil kanonik lainnya, tetapi dimuat di Injil Thomas, Injil ekstra-kanonik. Dalam versi Injil Thomas perumpamaan itu tidak memiliki pembuka dan penutup seperti di Injil Lukas. Pengarang Injil Lukas menulis perumpamaan dengan pembuka di ayat 15 dan penutup di ayat 21.
• Pembuka perumpamaan: "๐˜‰๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜จ๐˜ข-๐˜ซ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ-๐˜ญ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข, ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ." (Luk. 12:15)
• Penutup perumpamaan: “๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ." (Luk. 12:21)
Jadi, tampaknya perumpamaan itu merupakan cerita lepas tanpa konteks. Penulis Injil Lukas menciptakan konteksnya yang dijajarkan di dalam pengajaran Yesus (Luk. 12:1 - 13:9). Tema dasar dalam pengajaran Yesus itu adalah bagaimana hidup agar siap dalam menghadapi penghakiman Allah di akhir zaman (๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข). Ingat, bacaan kita Minggu lalu tentang “Doa Bapa Kami” juga menyenggol ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข dengan menyebut “Datanglah kerajaan-Mu”. Ada dua pendapat para ahli tentang Injil Lukas (dan Kisah Para Rasul sebagai kelanjutan Injil Lukas): Injil Lukas untuk orang miskin dan Injil Lukas untuk orang kaya. Injil Lukas sebagai Injil untuk orang kaya tampak pada minat penulis Injil Lukas perihal harta. Bagaimana orang Kristen seharusnya memandang harta dan bagaimana orang Kristen seharusnya menggunakan hartanya. Hal itu juga tampak dalam pembuka dan penutup perumpamaan OKB.
Penulis Injil Lukas sangat piawai dalam menyampaikan narasinya tentang harta dan menjadi kaya. Lukas tidak memertentangkan kaya dengan miskin dalam arti orang kaya tidak masuk surga dan orang miskin masuk surga.  Perumpamaan tentang OKB di atas adalah contoh orang Kristen yang tidak ideal menurut Lukas. Namun dengan membuat pembuka dan penutup perumpamaan tentang OKB Injil Lukas hendak mengatakan bahwa orang Kristen tidak dilarang menjadi kaya. Sila kaya, asal tidak tamak.

 Sayangnya ajaran Injil Lukas ini dinafikan oleh ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ Enembe. Sejak Pemerintahan Jokowi dana otonomi khusus (Otsus) untuk Papua terus meningkat. Tahun ini dana Otsus sebesar Rp8,5 triliun dan diimbuhi lagi dengan Dana Tambahan Infrastruktur sebanyak Rp4,37 triliun. Harusnya tidak ada alasan Papua tidak segera sejahtera. Dengan uang sebesar itu Lukas Enembe tidak peduli kepada masyarakat Papua, meskipun Ia sangat mengenal mereka. Sesudah cukup lama ia menikmati hartanya, ia masuk ke “alam maut” KPK. Tidak ada kesempatan lagi bagi Lukas Enembe untuk bertobat.

Cepogo, 18 September 2022 (T)

Lampiran
๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿต-๐Ÿฏ๐Ÿญ (TB II LAI, 1997)
๐˜–๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜“๐˜ข๐˜ป๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿต "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฌ Ada pula seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿญ dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฎ Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.

Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. 
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฏ Sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฐ Lalu ia berseru, katanya: Bapak Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฑ Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedang Lazarus segala yang buruk. Sekarang di sini ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿฒ Selain itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿณ Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapak, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿด  sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ๐Ÿต Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkannya.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฏ๐Ÿฌ Jawab orang itu: Tidak, Bapak Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฏ๐Ÿญ Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
18092022 (TUS)

Jumat, 23 September 2022

Penyakit serius suatu bangsa, KEDUNGUAN MORAL dan KEDUNGUAN KOLEKTIF, Serial sudut pandang


Penyakit serius suatu bangsa, KEDUNGUAN MORAL dan KEDUNGUAN KOLEKTIF, Serial sudut pandang

Mengapa bangsa Jerman yang terkenal cerdas bisa jatuh dan lalu hancur lebur karena berada dalam pengaruh Hitler? Mengapa banyak negara hebat hancur baur berantakan? Salah satu penyebabnya adalah: Kedunguan Kolektif!  Itu bahaya terbesar bangsa mana pun. Bagaimana dengan Indonesia? Jangan menganggap remeh kedunguan manusia. Banyak institusi sekuler dan institusi agama, perusahaan, dan bahkan bangsa, hancur total karena keputusan kaum dungu. Dietrich Bonhoeffer adalah Teolog Protestan yang pertama kali menggumuli persoalan kedunguan (stupidity). Bonhoeffer (4 Februari 1906 – 9 April 1945) adalah pendeta Lutheran Jerman. Dia anggota gerakan perlawanan terhadap Nazisme. Ia bersama kelompoknya merancang pembunuhan terhadap Adolf Hitler. Baginya Hitler sudah merusak Jerman; Hitler bagaikan supir mabuk yang mengendarai truk yang berjalan tanpa kontrol, banyak orang jadi korban dan mati. Satu-satunya cara menghindari untuk tidak terjadi lebih banyak korban lagi adalah merebut kendali truk, dan melemparkan sang supir mabuk keluar dari truk. Intinya, Hitler harus dibunuh, tidak ada jalan lain. Tetapi, percobaan pembunuhan terhadap Hitler gagal total. Bonhoeffer ditangkap pada bulan Maret 1943, ditahan dan akhirnya digantung, hanya dua minggu sebelum berakhirnya Perang Dunia II.
Saat mendekam dalam penjara, Bonhoeffer bergumul  mencari  akar kekerasan dan kekejaman yang dilakukan Hitler dan rezim Nazinya.  Bonhoeffer menyimpulkan bahwa akar dari kekerasan dan kekejaman terhadap sesamanya bukanlah kedengkian atau kebencian. Baginya, akar kekejaman Hitler dan Nazi adalah kedunguan. Kehancuran negara Jerman diawali oleh kedunguan elite politik yang menjadi pendukung dan pengorbit Hitler. Dalam surat yang ditulis dari dalam penjara, Bonhoeffer mengemukakan bahwa musuh paling berbahaya bagi sebuah bangsa adalah kedunguan. Suatu bangsa bisa hancur berantakan karena terjebak dalam kedunguan kolektif. Sulit beradu argumentasi dengan kaum dungu. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendengar; nalar mereka lumpuh total.
“Kecerdasan ada batasnya, tetapi kedunguan tidak ada batasnya,” kata Albert Einstein. Orang  yang secara personal, dungu, akan menjadi beban bagi masyarakat. Tetapi ada juga kedunguan kolektif. Dan yang terakhir ini jauh lebih berbahaya. Banyak orang berpikir bahwa mereka yang dungu tidak mungkin menjadi pemimpin. Mereka semua salah. Sesungguhnya, secara kolektif kaum dungu ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Sering tanpa kita sadari, kaum dungu inilah yang justru memimpin organisasi, memimpin perusahaan, dan bahkan menjadi elite politik dan pemimpin negara. Penampilan, jabatan, dan pangkat tinggi yang dimilikinya membuat kedunguannya tidak terlacak. Kaum dungu ini sering mengambil keputusan yang salah, yang justru menghancurkan kehidupan suatu bangsa. Celakanya, berbagai keputusan kaum dungu disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai strategi jitu, yang sering menyentuh sisi emosionalitas. Efeknya, kedunguan itu menjalar kemana-mana dan kepada siapa saja.

Kedunguan Moral

Ada pertanyaan menarik yang perlu digumuli. Mengapa para cendekiawan pendukung Hitler bisa terjebak dalam kedunguan kolektif, lalu ikut mengambil keputusan yang menghancurkan bangsanya? Mengapa anak dari diktator Marcos yang dulu sangat dibenci rakyat Filipina justru dipilih menjadi Presiden Filipina? Mengapa banyak polisi berupaya menutupi kejahatan Irjen Sambo? Jawabannya ada dua. Keduanya saling terkait! Pertama, masyarakat, terutama kaum intelektual terjebak dalam kedunguan kolektif; mereka semua terjebak oleh ambisi dan nafsu pada jabatan dan kekayaan yang melumpuhkan akal sehat. Kedua, masyarakat, aparat dan kaum intelektual, bertindak dungu bukan karena mereka mengalami defisit intelektual. Bukan itu! Intelektualitas mereka tetap hebat. Mereka bahkan memanfaatkan kapasitas intelektualitas mereka untuk menjustifikasi tindakan dungunya. Lalu apa persoalannya? Persoalannya adalah bahwa mereka mengalami kedunguan moral. Kedunguan moral tidak selalu muncul karena tawaran jabatan dan kekayaan, tetapi bisa juga lahir dari ketakutan kehilangan jabatan dan kekuasaan. Artinya, orang-orang yang secara moral dungu bukanlah manusia bebas. Mereka dihantui oleh nafsu, dan dikejar oleh bayang-bayang ketakutan. Orang yang tidak menikmati kebebasan adalah orang yang menderita. Mereka terfragmentasi, terpecah! Mengalami disintegritas! Paulus pun mengalami situasi ini. Paulus katakan: ”Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Roma 7:19). Tapi ada beda antara kaum dungu dengan Paulus. Bedanya adalah, Paulus mengakui kelemahan dan kesalahannya; Paulus mengalami pembebasan. Sebaliknya, mereka yang melakukan pembenaran terhadap kedunguannya; mereka terpenjara. Kedunguan moral mengabaikan dan mengorbankan kepentingan masyarakat dan bangsa.
Mengapa koruptor besar yang menggerogoti dana negara masih bisa berkiprah di dalam dunia politik dan bahkan masih mampu mempengaruhi jalannya roda pemerintahan? Mengapa koruptor kelas kakap bisa memperoleh remisi hukuman dan saat di penjara bisa bebas berkeliaran ke mana-mana? Mengapa orang doyan memilih pemimpin politik yang jelas-jelas menciptakan polarisasi akut di tengah masyarakat?  Mengapa terdakwa yang berkali-kali berbohong masih saja dianggap jujur? Mengapa politisi minim berprestasi dan tidak mendapatkan dukungan rakyat dipaksakan menjadi pemimpin bangsa? Jawaban semua pertanyaan itu hanya satu, yaitu karena kedunguan kolektif. Lebih tepat lagi, kedunguan moral! Dan kedunguan seperti ini sedang disosialisasikan di tengah masyarakat kita. Kita pernah mengalami kedunguan kolektif yang berakibat kita terpolarisasi. Kali ini, kita semua harus lebih cerdas! Bila tidak, kita akan hancur bersama!

Cepogo, 21 Sept 2022 (T)

Jumat, 16 September 2022

Sudut Pandang LUKAS 16:1-13, Misteri Bendahara yang tidak jujur

Sudut Pandang LUKAS 16:1-13, Misteri Bendahara yang tidak jujur

Alkitab adalah bacaan orang dewasa baik umur maupun pemikiran. Alkitab tidak saja memuat teks-teks kekerasan, tetapi juga isu-isu etis yang tidak hitam-putih. Untuk itu diperlukan kedewasaan dalam membaca Alkitab.
bacaan Injil Lukas 16:1-13 saya letakkan di lampiran karena cukup panjang. Kutipan saya ambil dari Alkitab LAI TB II, 1997.
Dalam Alkitab LAI bacaan ekumenis Injil Lukas 16:1-13 berada di dalam dua perikop:
• Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk. 16:1-9)
• Setia dalam hal yang kecil: Nasihat (Luk. 16:10-18)

LAI menerjemah kata bendahara dari ฮฟแผฐฮบฮฟฮฝฯŒฮผฮฟฮฝ (baca: ๐˜ฐ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฏ). NRSV menerjemah menjadi ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ. Kalau kita membaca keseluruhan perikop, apa yang dilakukan oleh “bendahara” itu adalah pekerjaan ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป. Bacaan ekumenis (๐˜™๐˜ฆ๐˜ท๐˜ช๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜“๐˜ฆ๐˜ค๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ๐˜บ – RCL) meminta agar ayat 10-13 digabungkan menjadi satu perikop bacaan ke ayat 1-9. Mengapa?
Alkitab aslinya ditulis tanpa nomor pasal dan ayat. Pemberian nomor pasal atau bab dilakukan pada abad ke-13 dan perincian nomor ayat pada abad ke-16. Penomoran itu bertujuan memudahkan penjumputan (๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ณ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ท๐˜ข๐˜ญ). Pembagian bab atau pasal berdasarkan atas tema besar, sedang pembagian perikop (๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ด๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ) berdasarkan atas tema kecil, meskipun tidak selalu begitu dan saling bertumpang-susun. Di sinilah para ahli dan penyusun RCL berpendapat bahwa tema perumpamaan tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ berakhir di ayat 13, bukan di ayat 9. Pertanyaan muncul lagi: mengapa?

Perumpamaan Yesus tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ (ay. 1-8a) yang beredar sebagai cerita lepas sebelum Kitab Injil ditulis tampaknya menjadi liar dan menimbulkan persoalan. Tokoh cerita yang tidak jujur kok dipuja-puji? Perumpamaan etis yang memandang persoalan dari banyak sudut menjadi hitam-putih di tengah-tengah jemaat.
Pengarang Injil Lukas tampaknya memandang perumpamaan tersebut terlalu bagus untuk dibuang karena Yesus mengajarkan bagaimana menghadapi isu etis. Pada pihak lain jemaat Lukas kebingungan: Yesus mengajarkan kejujuran, tetapi Ia juga memuji tokoh yang tidak jujur. Penulis Lukas kemudian membatasi penafsiran dengan membuat kesimpulan di ayat 8b: ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ. Siapakah anak-anak dunia dan siapakah anak-anak terang?
Tentunya kita pernah membaca dua perumpamaan tentang ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ dan ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ. Penulis Lukas memasukkan perumpamaan tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ dalam satu rangkaian pengajaran Yesus dari awal pasal 15.
• Perumpamaan tentang domba yang hilang (Luk. 15:1-7)
• Perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk. 15:8-10)
• Perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk. 15:11-32)
• Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk. 16:1-13)

Meskipun perumpamaan tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ merupakan satu rangkaian pengajaran dari awal pasal 15, perumpamaan itu berbeda tema sehingga pasal atau bab dibuat baru (pasal 16). Kepada siapa perumpamaan-perumpamaan itu ditujukan atau apa konteksnya? Kalau kita membaca Lukas 15:1-2, perumpamaan ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat atas pertanyaan mereka: mengapa Yesus mau menerima dan makan bersama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa? Juga, sesudah penutup perumpamaan tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ (Luk. 16:13) ada petunjuk konteks orang-orang Farisi mencemooh Yesus (Luk. 16:14).
Kalau begitu apa maksud perumpamaan Yesus tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ sampai-sampai Lukas membatasi penafsiran? Mari kita lihat dulu duduk persoalannya: di manakah atau dalam hal apa bendahara itu tidak jujur?
Dalam ayat 1 tidak ada petunjuk ketidakjujuran si bendahara. Di ayat ini hanya disebut menghamburkan (ฮดฮนฮฑฯƒฮบฮฟฯฯ€ฮฏฮถฯ‰ฮฝ - ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ด๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ปe๐˜ฏ). Menghamburkan bukan berarti tidak jujur. Konsekuensi penghamburan itu adalah pertanggungjawaban (ay. 2).
Kata tidak jujur (แผ€ฮดฮนฮบฮฏฮฑฯ‚ – ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ข๐˜ด) baru muncul di ayat 8 sesudah si bendahara melakukan perbuatan di ayat 5-7. Tidak jujur lebih dekat dan lebih kuat pautannya dengan tindakan di ayat 5-7 ketimbang di ayat 1. Di ayat 8 penilaian ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ itu satu rangkaian dengan penilaian ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ. Keduanya tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan. Jika keduanya dipisahkan, perumpamaan itu kehilangan sengatannya: tindakan “tidak jujur” tetap dipuji.
Di sini Yesus hendak mengatakan bahwa bendahara itu adalah para pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang datang makan bersama dengan Yesus. Para pemungut cukai adalah orang-orang yang bekerja untuk Pemerintah Roma, mengumpulkan pajak dari masyarakat Yahudi yang berada di bawah kekuasaan Roma pada saat itu. Mereka dipandang sebagai pengkhianat bangsa. Mereka dibenci dan dikucilkan oleh orang-orang Yahudi. Yesus menawarkan persekutuan dan persaudaraan dengan orang-orang yang najis dan marginal dengan makan bersama-sama dengan mereka; suatu komunitas yang egaliter. 

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa dinilai cerdik pada saat terjepit oleh Lukas, karena dipinggirkan oleh sistem puritas Yahudi, mereka memanfaatkan dan menerima uluran tangan Yesus. Mereka (anak-anak dunia) lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang yang merujuk orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Perlu diingat bahwa Lukas juga menyebut orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan orang benar (Luk. 5:32).
Agar perumpamaan Yesus di atas tidak menjadi liar penafsirannya di lingkungan jemaat Lukas, ia menekankan bahwa pengikut Kristus harus memula dengan setia dalam hal-hal kecil terlebih dahulu. Jika sudah terbiasa setia dalam hal-hal kecil, mereka sudah siap menghadapi hal-hal besar. Tidak seperti para pemungut cukai yang dalam situasi terjepit baru kemudian bertobat.
Lukas juga menambahkan bahwa orang-orang tidak bisa dan tidak boleh mengilahkan Mamon sekaligus mengabdi kepada Allah. Tidak boleh bermain dua kaki; kaki kiri di sini, kaki kanan di sana. Harus pilih satu. Mengabdi kepada dua tuan melahirkan orang-orang munafik yang suatu saat membenci dan menyerang tuan satunya lagi.

Prinsip Gusdur tidak berlaku di sini, pejabat pemerintah korupsi mengembalikan hasil korupsinya, bebas dari hukuman. Apabila ada pejabat gereja melakukan tindakan tidak jujur dalam keuangan, ketika ketahuan ia berjanji mengembalikan berlipat-lipat kepada gereja, apakah tindakannya itu terpuji? Untuk tidak menjadikan perumpamaan tentang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ณ sebagai rujukan, Lukas menyebut bahwa orang yang  tidak setia dalam hal kecil tidak akan setia dalam hal besar. Jangan seperti para pemungut cukai yang dalam situasi terjepit baru kemudian bertobat. Dengan kata lain pejabat gereja itu bersalah dan harus dipecat, walaupun mengembalikan hasil korupsinya.

Masih ada lagi ide tafsir pada Dua episode paralel dalam Injil yang
hampir tak pernah kita kaitkan satu
sama lain adalah kisah "Anak yang
Hilang" dan kisah "Bendahara yang Tidak Jujur". Padahal keduanya memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama hanya dicatat di Injil Lukas, bahkan dengan
sengaja disusun berdampingan. Dalam kedua cerita - baik sang anak bungsu maupun si bendahara - sama-sama tidak mengelola harta ayahnya atau tuannya dengan baik. Bagi si bungsu, solusi selamatnya adalah pulang dengan menyesal kepada ayahnya. Sementara bagi si bendahara, solusi selamatnya adalah dengan menggunakan apa yang (masih) ada padanya untuk
mendapatkan perlindungan.

Lapangan Pancasila, 17/09/2022 (TUS)

Lampiran :
๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ-๐Ÿญ๐Ÿฏ (TB II LAI, 1997)
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฎ Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apa ini yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungjawabanmu atas atas apa yang engkau kelola sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฏ Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak kuat, mengemis aku malu.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฐ Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฑ Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿฒ Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Terimalah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain segera: Lima puluh tempayan.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿณ Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Terimalah surat hutangmu dan tulislah: Delapan puluh pikul.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿด Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿต Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿฌ "Siapa saja yang setia dalam hal-hal kecil, ia setia juga dalam hal-hal besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam hal-hal kecil, ia tidak benar juga dalam hal-hal besar.
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿญ Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿฎ Jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan memberikan hartamu sendiri kepadamu?
๐Ÿญ๐Ÿฒ:๐Ÿญ๐Ÿฏ Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Sabtu, 10 September 2022

Seandainya menjadi Walikota, tentang izin tempat ibadah, Serial sudut pandang

Seandainya menjadi Walikota, tentang izin tempat ibadah, Serial sudut pandang

"๐˜ž๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ญ-๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜ธ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฎ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ฐ๐˜ณ๐˜บ.” Laurel Thatcher Ulrich. Seumpama, seandainya saya menjadi walikota di wilayah yang penduduknya 99% Kristen. Penduduk minoritas (1%) hendak mendirikan masjid, namun penduduk mayoritas bergerak menolak. Apakah saya akan ikut menolak pengajuan izin (pilihan pertama) atau saya akan memberi izin pendirian mesjid (pilihan kedua)?
Jika saya menuruti penolakan itu (pilhan pertama), saya aman. Saya akan terpilih lagi untuk masa jabatan walikota periode kedua. Akan tetapi saya tidak akan mengambil pilihan pertama ini. ๐˜›๐˜ฐ๐˜ฐ ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ด๐˜บ! Saya mengambil pilihan kedua dengan memberi izin kepada penduduk minoritas mendirikan masjid, meskipun saya akan menerima risiko didemo dan terancam tidak terpilih lagi. Warga yang 1% itu adalah warga saya. Saya akan BERSUKACITA dengan mereka karena saya tidak jadi kehilangan (MENCARI dan MENEMUKAN) mereka yang hendak meninggalkan kota. Karena MENCARI, MENEMUKAN, dan BERSUKACITA, adalah rujukan di Alkitab untuk ajaran keimanan saya, sebagai Walikota ๐Ÿคญ๐Ÿ˜๐Ÿ˜„๐Ÿ˜†๐Ÿ˜‚๐Ÿคฃ

Mari kita lihat rujukan Alkitab tsb, Yesus mengajar dengan banyak perumpamaan. Perumpamaan merupakan cerita di dalam cerita Kitab Injil tentang Yesus. Meski tampak sederhana, perumpamaan Yesus sulit untuk dipahami. Penulis Injil Markus mengakui itu sampai ia berkelit di balik wibawa 12 murid Yesus. “Mereka sendiri ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฌ,” begitu kira-kira kata penginjil Markus dalam Markus 4:10.
Namanya juga perumpamaan tentu saja itu cerita imajiner yang sedang disampaikan Yesus. Para penulis Injil menafsir perumpamaan Yesus. Penafsiran atau pemaknaan perumpamaan oleh mereka tidak sama. Misal, makna perumpamaan ๐˜‹๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ versi Injil Lukas 15:1-7 berbeda dari makna perumpamaan ๐˜‹๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ versi Injil Matius 18:12-14 karena konteks keduanya berbeda.
Pada mulanya sebelum Kitab Injil ditulis tampaknya perumpamaan Yesus diceritakan berulang-ulang dan menyebar dari mulut ke mulut atau lisan dalam konteks para pengikut Yesus mula-mula. Dalam tradisi lisan itu sangat boleh-jadi perumpamaan Yesus mendapat tambahan atau pengurangan agar sesuai dengan konteks para pendengarnya masing-masing.

Bacaan Injil Lukas 15:1-10 mencakup dua perikop mengenai ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ dan ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ. Berhubung bacaan Injil Lukas cukup panjang, maka kutipan teks saya letakkan di lampiran.
Bacaan tentang dua perumpamaan di atas sebenarnya bagian dari tiga perumpamaan dalam Lukas 15:1-32:
• Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 1-7)
• Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10)
• Perumpamaan tentang anak yang hilang (ay. 11-32)
Ketiga perumpamaan itu disatukan oleh Lukas barangkali ketiganya dianggapnya memiliki tema yang sama seperti yang ditafsirkan oleh Lukas dalam penutup ketiga perumpamaan.
• Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada SUKACITA di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada SUKACITA karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. (Luk. 15:7)
• Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada SUKACITA pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat. (Luk. 15:10)
• Kita patut BERSUKACITA dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah HILANG dan DIDAPAT KEMBALI. (Luk. 15:32)

Kepada siapa ketiga perumpamaan itu ditujukan atau apa konteksnya? Kalau kita membaca ayat 1-2, perumpamaan ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat atas pertanyaan mereka: mengapa Yesus mau menerima dan makan bersama dengan orang-orang berdosa? 

๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿญ-๐Ÿณ ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ

Perumpamaan memerikan seseorang memiliki 100 ekor domba. Ia kehilangan seekor di antaranya, kemudian meninggalkan yang 99 ekor di padang gurun dan pergi MENCARI yang sesat itu sampai ia MENEMUKANNYA. Padang gurun adalah tempat berbahaya. Perumpamaan ini HIPERBOLIK. Mana mungkin pemilik/gembala meninggalkan 99 ekor demi mencari seekor yang hilang? Sesudah seekor domba itu ditemukan, ia berpesta dengan sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya.
Pemaknaan atau penafsiran Lukas tentang perumpamaan ini tidak ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ (ay. 7). Domba yang hilang itu pasif, tidak mungkin bertobat, tidak pulang sendiri, tetapi DITEMUKAN oleh pemiliknya.

Lukas tampaknya melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (pemilik 100 domba): MENCARI, MENEMUKAN, dan BERSUKACITA bersama dengan sahabat dan tetangganya.

๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿด-๐Ÿญ๐Ÿฌ ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ

Perumpamaan mengandaikan seorang perempuan kehilangan satu dari 10 dirham miliknya. Ia kemudian menyalakan pelita dan menyapu rumahnya untuk menemukan satu dirham yang hilang itu. Satu dirham adalah upah sehari pekerja. 

Dalam imajinasi kita perempuan itu orang miskin. Wajar ia mencari satu dirham yang hilang. Yang menjadi tak wajar adalah ia seperti pemilik 100 domba di atas mengundang sahabat dan tetangganya untuk BERSUKACITA. 

Lagi-lagi pemaknaan atau penafsiran Lukas tidak ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ (ay. 10).

 Dirham yang hilang itu benda mati, tidak mungkin bertobat, tidak mungkin bersuara memanggil atau mendatangi pemiliknya, tetapi DITEMUKAN oleh pemiliknya. 

Lukas kembali melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (perempuan pemilik 10 dirham): MENCARI, MENEMUKAN, dan BERSUKACITA bersama dengan sahabat dan tetangganya.

Apabila jalan cerita dua perumpamaan di atas berbeda dari kesimpulan atau penafsiran Lukas pada ayat 7 dan 10, bagaimana menyampaikan kepada umat? Lebih khusus lagi bagaimana mengkhotbahkannya? Pilihannya tidak bisa dua-duanya. Harus dipilih satu dari dua pilihan yang sama-sama dapat dipertanggungjawabkan. Hanya saja keduanya menghasilkan konsekuensi masing-masing.

Pilihan pertama, mengkhotbahkan kesimpulan atau pemaknaan Lukas pada ayat 7 dan 10. Konsekuensinya aman atau tidak berisiko karena sesuai dengan penafsiran Injil Lukas dan memang teksnya mengatakan demikian.

Pilihan kedua, mengkhotbahkan tekanan pada tokoh cerita: MENCARI, MENEMUKAN, dan BERSUKACITA. Risikonya anda akan dicap liberal karena melawan kesimpulan Lukas. Saya memilih yang kedua, meskipun berisiko.

Mengapa saya memilih yang kedua? Jelas, landasan ajaran keimanan lewat Alkitab ada๐Ÿคญ๐Ÿ˜๐Ÿ˜„๐Ÿ˜†๐Ÿ˜‚๐Ÿคฃ 

Cepogo, 08/09/22 (T)

๐˜“๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ
๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿญ-๐Ÿญ๐Ÿฌ (TB II LAI, 1997)
Perumpamaan tentang domba yang hilang
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿญ Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa semuanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿฎ Lalu bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿฏ Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿฐ "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿฑ Kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿฒ dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dombaku yang hilang itu. 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿณ Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿด "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu dirham, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿต Kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab aku telah menemukan dirhamku yang hilang itu. 
๐Ÿญ๐Ÿฑ:๐Ÿญ๐Ÿฌ Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."

Jumat, 09 September 2022

Dilema Ketaatan Bharada E. , Serial sudut pandang

Dilema Ketaatan Bharada E. , Serial sudut pandang

Beberapa minggu belakangan ini masyarakat disuguhi drama pembunuhan Brigadir Joshua Hutabarat. Media massa dan media sosial bukan saja dipenuhi dengan berita pembunuhan yang menghebohkan itu, tetapi juga ramai dengan berbagai spekulasi tentang siapa pelaku pembunuhan keji itu dan apa penyebabnya. Awalnya muncul pemberitaan bahwa penyebab terbunuhnya Brigadir Joshua adalah akibat baku tembak antara yang bersangkutan dengan Bharada Richard Eliezer. Baku tembak itu sendiri, menurut ceritanya, diawali dengan pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir Joshua terhadap Putri Candrawathi, istri Irjen Ferdy Sambo, atasannya.Dalam beberapa hari belakangan ini, cerita di atas berubah total. Menurut keterangan pengacaranya, Bharada Richard Eliezer sudah menceritakan bahwa sesungguhnya pelaku utama pembunuhan itu adalah Irjen Ferdy Sambo. Bharada Richard Eliezer sendiri, atas perintah Irjen Ferdy Sambo, ikut melakukan penembakan terhadap Brigadir Joshua. Tentu saja, sebagai bawahan, Bharada Richard Eliezer tidak bisa menolak perintah atasannya. Itulah ‘aturan dan hukum’ kepolisian. Dia wajib menaatinya. Bila cerita Bharada Richard Eliezer benar maka kita sudah bisa membayangkan munculnya dilema hukum Vs moralitas dalam persidangan ini. Dilemanya ini: apakah karena ketaatannya pada ‘hukum dan aturan’ kepolisian, Bharada Richard Eliezer harus tetap menerima hukuman atau seharusnya dia dinyatakan tidak bersalah dan berhak dibebaskan?

Dilema Ketaatan
Dilema seperti ini menjadi isu menarik dalam perdebatan antara dua kubu: hukum positif  (legal positivism) Vs hukum kodrat (natural law). Tentang kedua kubu ini singkatnya begini. Kubu hukum positif berpendapat bahwa ketaatan seseorang pada hukum sudah cukup. Tidak perlu lagi teropong moralitas. Sebaliknya kaum hukum kodrat berpendapat bahwa hukum yang ditaati harus diteropong oleh nilai moralitas. Hukum harus bermoral! Efeknya, bila saat menaati aturan atau hukum apa pun, orang harus kritis apakah hukum atau aturan itu bermoral. Bila tidak bermoral harus ditolak. Perdebatan tentang ini pernah terjadi saat persidangan perempuan loyalis militan Nazi. Saat Nazi berkuasa, perempuan ini melaporkan ketidaktaatan suaminya kepada pemerintah. Suaminya ditangkap dan dibunuh. Saat Nazi kalah dalam perang dunia kedua, perempuan loyalis Nazi ini ditangkap. Dalam persidangan dia katakan bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah bentuk ketaatan pada hukum. Saat itu tuntutan hukum bangsanya adalah seperti itu. Tidak ada yang lain. Oleh karena itu dia mendesak untuk dibebaskan. Dari sudut hukum positif perempuan ini benar, tetapi ditinjau dari hukum kodrat, perempuan ini salah. Meski  taat hukum, dia melanggar moralitas kemanusiaan. Keputusannya: perempuan loyalis Nazi itu dihukum. Kaum hukum kodrat menang!

Dilema ketaatan seperti ini pun pernah dibahas oleh Hannah Arendt ketika dia mencermati persidangan Adolf Eichmann, algojo Nazi pembunuh jutaan Yahudi. Eichmann adalah suami yang baik dan ayah yang mencintai anak-anaknya. Pembantaian massal itu dia lakukan bukan karena kebenciannya pada orang Yahudi. Dia tidak memiliki dendam dan rasa permusuhan apa pun terhadap orang Yahudi. Lalu apa penyebab dia lakukan pembantaian? Sebagai ‘pegawai’ Nazi, Eichmann hanya menjalankan ketaatan dengan melakukan tugas yang dipercayakan atasannya kepadanya. Hal inilah yang membuat Arendt berpendapat bahwa kekerasan bisa dilakukan oleh siapa saja, orang jahat maupun orang baik. Salah satu penyebabnya adalah adanya penyimpangan hati nurani dan lumpuhnya nalar sehingga orang tidak lagi memiliki daya kritis. Para pelaku seperti Eichmann adalah individu yang mengalami ‘worldlessness,’ manusia yang terasing dari dunia ini. Mereka tidak memiliki kepribadian, tanpa tuntunan moral dan mengalami kedap nalar. Para pelaku mudah diprovokasi, diadu domba, dimobilisasi untuk melakukan kekerasan, kerusuhan atau pembunuhan. Bagi orang seperti ini, kejahatan menjadi sesuatu yang biasa. Ada banalitas kejahatan. Pelaku kehilangan rasa bersalah. Pembunuhan menjadi impersonal. Kembali ke pertanyaan di atas: apakah Bharada Richard Eliezer, dan polisi lainnya, yang menaati perintah atasan Irjen Ferdy Sambo untuk melakukan penembakan terhadap Brigadir Joshua Hutabarat harus dihukum atau seharusnya divonis bebas? Kita belum tahu jawabannya, tetapi ini menjadi dilema hukum dan moral yang baik untuk dicermati.

Seruput Kopi, Cepogo (T)
08 September 2022

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...