Rabu, 31 Juli 2024

(tiga dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

(tiga dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM  TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

DALAM RANGKA MENYAMBUT BULAN KEBANGSAAN, MEMBINCANGKAN TRINITAS DALAM SUDUT PANDANG BERBANGSA DAN BERNEGARA

Bagaimana kita membicarakan tentang prinsip  kemajemukan dalam kesatuan yang ada dalam theologia dogmatika Iman Kristen, Iman Kristen yang historis dari Gereja Mula-Mula tersebut, yang sudah berumur lebih dari 2000  tahun ini. Bagaimana prinsip-prinsip ajaran iman bersumber alkitab yang berdasarkan theologia dogmatika itu akan kita terapkan dalam praktek kehidupan bermasyrakat dan berbangsa yang berdasarkan motto "Bhineka Tunggal Ika" itu. Adapun prinsip theologia  dogmatika, yang melaluinya kita akan menimba prinsip-prinsip kemajemukan di dalam  kesatuan itu.  *Keyakinan  Iman  terhadap Gereja sebagai Tubuh Kristus yang Satu yang memiliki Banyak Anggota.* Kata "Gereja" berasal dari bahasa Portugis "Igreja" yang sepadan  dengan bahasa Spanyol "Iglesia" dan berasal dari bahasa asli Kitab Suci Perjanjian Baru "Ekklesia". Dan kata Ekklesia ini sendiri berasal dari akar kata "ek" 'keluar dari', dan "kaleo"  'saya memanggil". Jadi arti Ekklesia atau Gereja adalah "orang-orang yang dipanggil keluar'.  Karena itu Gereja bukanlah menunjuk kepada bangunan gedung tetapi kepada "ummah/ummat" atau "jamaah/jemaat". Kristus bersabda -"Dan Aku pun berkata kepadamu:  Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan tempat-Ku (bhs asli "oikodombo mou teen ekklesia " — Aku akan mendirikan Gereja¬Ku") dan alam maut ( bhs  asli "pulai adou" pintu gerbang hades pintu gerbang alam maut) tidak akan menguasainya. " (Matius 16:18). Berdasarkan sabda ini kita dapat menyimpulkan bahwa Gereja yang didirikan   Sang  Kristus  itu  hanya  satu  _("Gereja-Ku",  bukan  "gereja-gereja-Ku",  tapi pemaknaan atau tafsir ini juga masih diperdebatkan, apakah gereja yang esa akan berbentuk hanya satu gereja saja atau gereja yang esa dapat bearti pula esa dalam visi misi atau tujuan atau dasar, dll walaupun gerejanya mungkin berbagai golongan, tapi yang jelas Kristuslah tetap Sang Raja GerejaNya)._ Dan Gereja yang satu ini memiliki mata rantai dengan para Rasul dalam hal ini  diwakili Petrus, sebagai pribadi peletak dasar berdirinya Gereja Kristus di bumi, Sebab kepada  Petrus  diberikan wibawa. "Kunci-kerajaan sorga"'  (Matius  16:19).  Bentuk  dari kunci Kerajaan Sorga itu adalah wibawa atau kuasa : "Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga". Namun Kunci Kerajaan Sorga itu bukan eksklusif hanya diberikan  pada Petrus saja, tetapi juga kepada para Rasul lainnya, sebagaimana yang dikatakan : " datanglah murid-murid itu kepada Yesus " Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat didunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. "(Matius 18:1.18). Selanjutnya mengenai hubungan Gereja dan Kristus itu Kitab Suci mengatakan "Dan segala sesuatu lelah diletakkan- Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat (ekklesia, Gereja) sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat (ekklesia - Gereja) yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." ( Efesus 1:22-23), Menurut ayat ini Kristus adalah Kepala Gereja, serta Gereja adalah "Tubuh Kristus" dan "Kepenuhan Kristus". Dan Kristus inilah yang disebut "Satu 'Tuhan" dalam Efesus 4:5. Karena Kristus Kepala Gereja itu adalah "Satu", dan Gereja itu adalah Tubuh Kristus, itulah sebabnya  Gereja disebut "Satu Tubuh" (Efesus 4:4), artinya Gereja yang dirikan Kristus itu hanya satu, sebagaimana yang dikatakan dalam Matius 16:1 diatas. Dan pengajaran Kitab Suci inilah yang dirumuskan Gereja di  zaman  purba  didalam  Konsili  Ekumenis  tahun  381  di  Konstantinopel,  tertuang  dalam Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel yang berbunyi :"Aku percaya kepada Gereja yang Satu, Kudus, Katolik (Am, universal, merangkul semua, sesuai dengan keseluruhan dan keutuhan daripada "kebenaran Injil") dan Apostolik (sesuai dengan ajaran rasul dan berasal dari Rasul)". Salah satu sifat dari Gereja yang satu ini adalah "Katolik" yang berasal dari kata "~kath" = "sesuai dengan" , "menurut" dan kata " olorv'holon" = "sepenuhnya" "seutuhnya " "seluruhnya ". Sehingga akhirnya menjadi kata sifat "Kat-holon" lalu "Katholiki" atau  "Katolik".  Artinya Gereja yang satu itu ajarannya adalah sesuai dengan atau menurut apa yang diwahyukan Allah didalam Kristus secara "sepenuhnya" "seutuhnya" "seluruhnya", dan tidak kekurangan apa-apa dalam hal kebenaran yang diwahyukan oleh Allah dalam Kristus itu. Jadi menurut makna aslinya Katolik itu bukan nama aliran, denominasi atau suatu Agama, sebagaimana yang kemudian berkembang di Indonesia ini. Disamping itu Katolik juga bermakna bahwa Gereja yang satu itu bersifat universal yang  merangkul semua. Dengan demikian Gereja yang  Satu itu memiliki bermacam-ragam etnis, golongan, denominasi, budaya, suku dan bangsa yang dirangkul dan ada didalamnya, artinya Gereja yang satu ilu memiliki banyak anggota. Hal itu yang dikatakan: "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. " (I Korintus 12:12) Dengan mengatakan "demikian juga Kristus" yang seharusnya "demikian juga Gereja/Jemaat" maka disini Gereja diidentikan dengan Kristus sendiri, sebab Gereja adalah "tubuh Kristus" dan "kepenuhan Kristus", yaitu kehadiran Kristus di dunia. Dan bahwa Gereja yang satu itu merangkul semua mazhab, golongan, kelompok, etnis, suku, budaya, ras, denominasi, kalangan dan jenis manusia itu dikatakan selanjutnya -"Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi. maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." ( I Korintus 12:13). Dan juga dinyatakan lagi:" Karena kamu semua, yang dalam Kristus lelah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka. tak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus " ( Galatia 3:27-28). Karena jika Gereja itu diumpamakan sebagai satu tubuh, maka sebagai tubuh, dapat kita fahami apa yang dikatakan selanjutnya oleh Kitab Suci ini: "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota tetapi atas banyak anggota. " ( 1 Korintus 12:14). Itulah sebabnya Gereja yang Satu sebagai Tubuh Kristus ilu harus juga menerima banyak perbedaan anggota. Jadi dalam Gerejapun kita jumpai prinsip Kesatuan dalam Kemajemukan, atau Bhinneka Tunggal Ika. Karena adanya anggota yang banyak dalam Tubuh Kristus yang Satu itu, maka keadaan itu mengharuskan adanya suatu interaksi. Dan mengenai interaksi antar anggota-anggota yang banyak dalam Tubuh Kristus yang satu itu dikatakan oleh Kitab Suci selanjutnya: ",Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? " ( I Korintus 12: 15-17) . Menurut pemikiran ini sebagai anggota dari satu tubuh, anggota yang satu saling memerlukan anggota yang lain, juga anggota yang satu itu harus saling mengakui, memperdulikan dan menghormati yang lain, sebab tanpa yang demikian itu serta tanpa saling membutuhkan yang demikian itu, maka tubuh itu tak bisa bergerak dan berfungsi. Oleh karena itu agar tubuh yang satu itu berfungsi dengan benar, masing-masing anggota harus mempunyai tempatnya sendiri-sendiri, dan mengkontribusikan talenta masing-masing bagi seluruh tubuh, sebagaimana yang dikatakan :" Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. 19 Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? " ( I Korintus 12:17-18). Karena hanya dengan saling kerja sama, saling membutuhkan dan saling memperdulikan itu saja, tubuh itu dapat menunjukkan kesatuannya, maka Kitab Suci selanjutnya menegaskan : "Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." ( I Korintus 12:20-21). Inilah semangat yang dalam budaya Nusantara disebut sebagai "gotong-royong". Dalam semangat gotong-royong ini, dikatakan selanjutnya :" Malahan justru anggota-anggota tubuh vang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus " (I Korintus 12: 22-24). Dengan saling memperdulikan dan saling membutuhkan serta memperhatikan sepati ini maka terjadilah kerukunan sejali dan bahaya perpecahan terhindar, karena semua merasa senasib sepenanggunggan. dan merasakan memikul beban bersama. Hal ini dikatakan oleh Kitab Suci demikian: "supaya tangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita, jika satu anggota dihormati. semua anuuota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masmg-masinu adalah anggotanya" (l Korintus 12:25-27). _*Sehingga, seharusnya sekarang kita mengerti kenapa dalam sebuah gereja, bagian terkecil dari pengelolaan yaitu kelompok seharusnya diberdayakan bukan dihilangkan jati dirinya sebagai kelompok, tidak ada pula penyingkiran kelompok atau kelompok yang tersingkirkan.*_ Prinsip Prinsip Bhinneka Tunggal Ika dalam Keyakinan Iman terhadap Gereja sebagai Tubuh Kristus yang Satu yang memiliki Banyak Anggota. Sebenarnya prinsip-prinsip yang kita jumpai dalam ajaran mengenai Gereja ini tak memerlukan keterangan yang terlalu rumit untuk penerapannya dalam kehidupan yang Bhinneka Tinggal Ika dalam kehidupan kita berbangsa. Prinsip Kesatuan Gereja dan Kesatuan dalam Kristus dapat dengan mudah kita terapkan kepada kesatuan bangsa yang essensinya lelah kita bahas diatas. Gereja yang Satu dengan banyak anggota itu, jelas merupakan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang diajarkan oleh Kitab Suci. Prinsip mengenai sikap dan apa yang harus dilakukan oleh anggota yang banyak itu dalam Gereja yang satu tersebut, juga dapat kita terapkan dalam kemajemukan dari kelompok ras, suku, budaya, bahasa, golongan, denominasi, mazhab maupun agama yang ada dalam masyarakat bangsa kita. Sikap yang saling memuliakan, saling membutuhkan saling memperdulikan. saling tidak merendahkan kelompok-kelompok lain serta komponen-komponen bangsa yang ada dalam masyarakat dengan saling menghormati  dan memperhatikan itu adalah penangkal perpecahan bangsa, sebagaimana itu juga menjadi penangkal perpecahan dalam Gereja. Kerukunan , harmoni, golong-royong, saling perduli dan saling hormat itulah yang harus diutamakan dan diupayakan dalam kehidupan kita berbangsa, sehingga keutuhan dari Indonesia yang satu  ini.   Selamat berbangsa dan bernegara  Tuhan memberkati
(01082024) (TUS)

BACA JUGA :

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/tiga-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/dua-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/satu-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

(dua dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

 (dua dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM  TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

DALAM RANGKA MENYAMBUT BULAN KEBANGSAAN, MEMBINCANGKAN TRINITAS DALAM SUDUT PANDANG BERBANGSA DAN BERNEGARA

Memang menarik, kalau kita mau melihat lebih dalam  apakah benar  pengajaran  iman  kita  itu  seiring  sejalan  dengan  ideologi   negara   kita,   ataukah bertentangan? Apakah semboyan negara kita yang dicengkeram erat oleh lambang negara kita itu sejiwa dengan pengajaran iman kita? Apa dasar-dasar bagi pemahaman kita, bahwa kita ini adalah warna negara indonesia yang beragama Kristen sehingga kita dapat menerima ideologi atau cara berpikir kebangsaan kita serta itu tidak bertentangan dengan pengajaran iman kita, mari kita pelajari bersama-sama, bagaimana Iman Kristen, terutama  Iman Kristen memahami prinsip Bhinneka Tunggal Ika itu dari kacamata Alkitab yang dilihat dari sisi ajaran Gereja Mula- Mula sebagaimana yang tetap dipertahankan oleh Gereja tanpa berubah sampai kini. Prinsip- Prinsip Bhinneka Tunggal Ika dalam Inkarnasi Firman Allah
Sebagaimana dalam Tritunggal Maha Kudus,dalam "Inkarnasi" (= "penjelmaan menjadi  daging") dari Firman Allah sebagai manusia (Yohanes 1; 14) Yesus Kristus ini, ada beberapa  prinsip juga yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita berbangsa. Yang pertama adalah bahwa Yesus Kristus itu memiliki "Satu Pribadi/Satu Hypostasis/satu realita konkrit'', demikianlah prinsip ini dapat kita terapkan pada fakta bahwa bangsa Indonesia ini merupakan bangsa yang satu, yang memiliki tanah air yang satu dan bahasa yang satu pula. Namun  didalam kesatuan Pribadi Kristus itu terdapat suatu kemajemukan kodrat. Ilahi dan  Manusiawi, 100% Allah dan 100% manusia (Yoh 8:42, Galatia 4:4,  Yoh  20:28,  Daniel  7:13-14, Matius  3:1-3,  dan  Matius  26:62-65)  sebagaimana  dalam kesatuan bangsa  Indonesia ini terdapat kemajemukan kelompok ras, suku, budaya, bahasa maupun agama. Sebagaimana dalam Satu Pribadi Kristus itu menyatu Dua Kodrat (ya Allah, ya manusia) itu  (Yoh 8:42, Yoh 20:28, Matius 3:1-3, Gal 4:4, Daniel 7:13-14, Matius 26:62-65), demikianlah   dengan   prinsip   ini  kita   terapkan   pemahaman  bahwa   dalam   kemajemukan kelompok ras, suku, budaya, bahasa maupun agama yang ada di Indonesia itu disatukan oleh komitmen kepada Sumpah Pemuda mengenai "kesatuan bangsa,tanah air, dan bahasa", yang diwadahi dalam Kesatuan NKRI, dan dihidupi oleh ideologi Pancasila, dan dibawah payung satu hukum: UUD 45. Inilah hakekat kesatuan Indonesia itu, yang merupakan penerapan dari prinsip Satunya Pribadi/Hypostasis/realita konkrit dalam Kristus. Kemajemukan yag menyatu dalam kesatuan dari Indonesiaan itu, haruslah juga menerapkan prinsip kesatuan dari Dua Kodrat dalam Kristus itu. Yaitu kesatuan itu adalah kesatuan dalam keadaan "secara tak terpisah dan tak terbagi-bagi" Prinsip ini dapat kita terapkan dalam fakta jika kemajemukan yang ada dalam masyrakat Indonesia ini menyatu dalam essensi ke Indonesiaan yang satu berdasarkan komitmen kepada Sumpah Pemuda mengenai "kesatuan bangsa,tanah air, dan bahasa", yang diwadahi dalam Kesatuan NKRI, dan dihidupi oleh ideologi Pancasila, dan dibawah payung satu hukum: UUD 45, maka ini akan menjadi kesatuan yang tak dapat dipisah-pisah dan dibagi-bagi. Bahaya perpisahan dan perpecahan dalam keadilan terbagi-bagi itu hanya muncul jika ada ideologi lain yang dipaksakan untuk menggantikan essensi dari kesatuan bangsa diatas itu. seperti ideologi radikalisme  dan khilafah yang dipromosikan oleh pihak kaum tertentu itu. Disitulah munculnya kegaduhan, dan usaha mengadu-domba. fitnah  dan  pemecah-belahan yang membahayakan kesatuan bangsa itu. Disamping prinsip kesatuan "secara tak terpisah dan tak terbagi-bagi", juga kesatuan ini adalah kesatuan "secara tak kacau-balau dan tak campur- haur". Yang dapat kita terapkan dari prinsip "secara tak kacau-balau dan tak campur-haur" ini dalam hidup kita berbangsa adalah, identitas dan ciri dari masing-masing ras, suku, budaya, bahasa maupun agama dalam kesatuan bangsa Indonesia itu tak boleh di" kacau-balau "kan ataupun di" campur-baur" dengan kelompok ras, suku, budaya, bahasa maupun agama yang lain. Sehingga kelompok-kelompok yang punya ciri dan keunikan masing-masing itu diseragamkan baik melalui ancaman, paksaan maupun tekanan, sebagaimana yang telah terjadi kepada etnis Tionghoa selama masa pemerintahan Orde Baru Ini berakibat kelompok-kelompok ini kehilangan integritas dari keunikan dan ciri khas serta jati diri yang mereka miliki, dan diharuskan meniru dan menyerupai jati diri dan ciri dari pihak atau kelompok lain yang bukan warisan nenek moyang mereka, bagi menghapuskan identitas, jati diri dan kesejarahan kelompok tadi. Kaum radikal dengan ideologi khilafahnya justru menghendaki keseragaman yang monoton dan tak ingin ada keberagaman yang berwarna-warni. Dan prinsip yang terakhir dari kesatuan dua kodrat dalam Satu Hypostasis/satu pribadi/satu realita konkrit Kristus yang dapat kita terapkan dalam kehidupan berbangsa itu adalah "masing-masing kodrat dijaga keutuhannya", dimana dalam Kristus Yang Ilahi dijaga keutuhan keillahianNya dan tidak sedikitpun difahami bahwa Yang Ilahi bisa berubah menjadi Manusia. Demikian Yang Manusiawipun dijaga keutuhan kemanusiawianNya dan tidak sedikitpun difahami bahwa Yang Manusiawi itu bisa naik tingkat dan derajat serta berubah jadi Allah, tidak sama sekali. Dengan prinsip ini dapat kita terapkan bahwa kesatuan sebagai bangsa itu tak berarti dihilangkannya keutuhan dari ciri dan keunikan masing-masing kelompok ras, suku, budaya, bahasa maupun agama, namun justru integritas dan keutuhannya harus dijaga, dipromosikan, dan dipelihara, serta di "nguri-uri" (istilah bhs Jawa) sehingga ke-Bhinneka-an dalam kerangka kesatuan Bangsa Indonesia itu betul bisa terwujud. Jadi sama seperti dalam pembahasan tentang prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam Ajaran Tritunggal Maha Kudus, maka pembahasan kita mengenai "Inkarnasi'' Kristus inipun ternyata adalah merupakan prinsip yang selaras dan sesuai dengan keyakinan mendasar kedua dari Iman Kristen, terutama Iman Kristen Rasuliah, dan hal ini harus didukung dan dibina terus-menerus, serta terus diajarkan kepada generasi muda sejak masih kecil, dalam kehidupan kita berbangsa.  Selamat berbangsa dan bernegara   Tuhan memberkati 
(01082024) (TUS)

BACA JUGA :

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/tiga-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/satu-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

(satu dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang

 (satu dari tiga tulisan tentang BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM  TAFSIR ALKITAB DAN KEBANGSAAN), Serial Sudut Pandang 

DALAM RANGKA MENYAMBUT BULAN KEBANGSAAN, MEMBINCANGKAN TRINITAS DALAM SUDUT PANDANG BERBANGSA DAN BERNEGARA

Politik berbasis iman pada Allah Trinitas menolak segala bentuk otoritariasnisme  dan  monarkhiasnisme  yang  dilegitimasi  oleh  satu  Allah  yang   tunggal (unitarian). Kekerasan yang dilakukan banyuak agama monoteisme menunjukan betapa politik monoteis atau unitaris tidak memadai. Sebaliknya, persekutuan Trinitas  menjadi model bagi hidup  bersama  pada  ranah  sosial  dan  politik,  agar  kehidupan  bersama itu diwarnai oleh kesetaraan dan kebebasan. Maka orang-orang Kristen dipanggil  untuk  berpartisipasi  dalam kehidupan  berbangsa  dan  bernegara  yang  sehat  dan   demokratis yang membawa damai sejahtera bagi semua orang, dan yang menghargai  perbedaan. Keberagaman yang ada di Indonesia menjadi kesempatan untuk mewujudkan kehidupan bersama yang bersifat trinitas, ini merupakan misi Allah (missio Dei), bahkan misi Allah Trinitas (missio Dei Trinitatis) dan bukan misi gereja (missio ecclesiae). Gereja  melakukan misinya sebagai partisipasi ke dalam misi Allah Trinitas itu, misi Allah adalah  mewujudkan damai sejahtera (Syalom) bagi seluruh ciptaan, maka gereja melaksanakan kesaksian dan pelayanan dalam rangka mewujudkan misi Allah ini. Prinsip-Prinsip Bhineka  Tunggal Ika dalam pemahaman Tringtunggal Maha Kudus, Dari apa yang telah kita mengerti tentang ajaran iman mengenai keberadaan Allah, beberapa prinsip dapat kita ambil dan  dapat kita terapkan pada pemahaman kita tentang Bhinneka tunggal Ika ("Berbeda-beda  tetapi Satu") dalam kehidupan kita berbangsa. Karena manusia diciptakan "menurut gambar dan rupa"Allah (Kejadian 1:26), sehingga prinsip-prinsip apa saja yang kita dapat jumpai dalam diri Allah ini dapat menjadi pola berkehidupan, baik kehidupan pribadi, rohani, sosial,  kemasyarakatan, politik, budaya, dan lain-lainnya. Menurut ajaran Alkitab berdasarkan  kacamata Iman Kristen diatas, Allah yang satu/esa (Yes 44:6, Yes 45:6, Markus 12:8, Yoh 17:3, 1 Kor 8 :4, Gal 3:20, Yakobus 2 : 19, ulangan 6:4, 1 Tim 2:5, Keluaran 3 ; 15, Matius 4:10a, Markus 12:29a, Yesaya 46:9, Markus 12;32a, Yohanes 5:44a) itu memiliki tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam DiriNya (Kol 1:15, 1 Kor 2:11, Mat 28:18-20, Yoh 5:26, Yoh 20:28, Yoh 1:1-3, Yoh 17:21-23, Yoh 1:14, Yoh 10:30-33, Yoh 15;26, 1 Kor 2 :10-11, Ibrani 1:3). Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan justru dari dalam Diri Allah yang Esa itu sendiri tentang prinsip adanya "kesatuan dalam kemajemukan", yang semakna dengan "Bhinneka Tunggal Ika" Sehingga berdasarkan prinsip menurut Alkitab ini "Bhinneka Tunggal Ika" itu bukanlah sesuatu hal yang baru ataupun sesuatu yang asing dalam visi tentang realita kehidupan berbangsa kita. Bhinneka Tunggal Ika ada dalam keyakinan iman yang paling fundamental dalam Iman Kristen, karena prinsip yang demikian sudah ada secara kekal di dalam diri Allah yang Esa yang memiliki tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu sendiri. Didalam pemahaman tentang Tritunggal Mahakudus diatas, karena tiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu berada dalam Diri Allah yang Esa, maka ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit didalam diri Allah itu hanya memiliki satu Essensi Dzat-Hakekat/Ousia saja. Dalam hal ini dapat kita terapkan suatu prinsip bahwa didalam keberbedaan bangsa Indonesia baik dalam hal ras, suku, budaya, bahasa maupun agama yang amat nyata itu, terdapat suatu esensi dan hakekat ke-Indonesia-an yang satu yang secara merata dimiliki tanpa ada perbedaan oleh semua warga dari bangsa Indonesia yang majemuk itu. Dan esensi ke Indonesiaan yang satu itu dapat kita temukan seperti yang dituangkan dalam Sumpah Pemuda yang dirumuskan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oklober 1928 itu, sebagai :1) Berbangsa Satu Bangsa Indonesia, 2) Berbahasa Satu Bahasa Indonesia, dan 3) Ber-Tanah Air Satu, Tanah Air Indonesia. Dalam tiga sumpah mengenai "kesatuan bangsa, kesatuan bahasa, kesatuan tanah air" inilah Essensi atau Hakekat yang Satu dari ke-Indonesia-an kita itu dinyatakan. Namun di dalam Essensi Ilahi yang Satu itu, perbedaan dan ciri masing-masing hypostasis/pribadi/realita konkrit itu tidak dilenyapkan dan dijaga keunikannya masing-masing. Oleh karena itu jika prinsip ini kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia yang satu ini, adalah suatu hal yang tak mungkin bagi kita untuk melenyapkan warna-warni budaya dan ciri khas ke-Nusantara-an kita masing-masing, seperti yang dinginkan oleh kaum radikal. Dimana mereka menghendaki suatu pemerintahan trans-nasional yang menghilangkan ciri-ciri budaya lokal itu, dengan cara berbudaya serta tunduk pada cara hidup yang seragam yang tak mengenal keberbagaian itu. Justru dalam prinsip yang kita terapkan ini kita pelihara dan hormati ciri khas masing-masing budaya Nusantara itu dalam bingkai kesatuan NKRI sebagai wadah dari kebangsaan. tanah air, dan bahasa yang satu: Indonesia, itu. Selanjutnya, jika didalam diri Allah yang Esa itu terdapat gerak hidup-ilahi bersama, yang berasal dari hypostasis/pribadi/realita konkrit Bapa kepada hypostasis/pribadi Putra (Firman) oleh hypostasis/pribadi/realita konkrit Roh Kudus (Roh Allah), dan sebaliknya gerak hidup ilahi yang sama itu dipantulkan kembali oleh hypostasis/pribadi/realita konkrit Putra (Firman Allah) kepada hypostasis/pribadi/realita konkrit Bapa (Wujud Allah) oleh Roh Kudus (Roh Alalh) yang sama itu. Dan gerak hidup-ilahi itu adalah "kasih". Jadi "kasih" adalah merupakan cara interaksi antar hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam diri Allah yang Esa. disamping itu merupakan gerak hidup-ilahi bersama dalam diri Allah yang Esa tadi. Dan prinsip yang ada pada Allah itu jika diterapkan dalam kehidupan kita berbangsa adalah demikian. Jika kasih adalah gerak hidup di dalam Allah yang Esa itu, dan juga merupakan interaksi antar ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit dari Allah yang Esa tersebut, maka bangsa Indonesia yang satu ini, memiliki gerak dan dasar hidup kebangsaan dan interaksi antar warga negaranya berlandaskan filsafat bangsa yang terbukti mampu melindungi bangsa kita yang satu ini dalam kemajemukannya. Dan filsafat bangsa yang satu ini tak lain adalah "Pancasila'', Dengan demikian bagaimanapun juga Pancasila itu harus dipertahankan dan diimplementasikan secara konsekwen,. Dan ideologi bangsa yang telah  terbukti dapat melindungi kebhinekaan dalam kesatuan bangsa ini yang harus dilindungi dan dibela dari siapapun yang hendak merongrongnya ataupun yang hendak menggantikan dengan ideologi yang lain. Yang terakhir prinsip dalam ajaran tentang Allah yang Esa dan ber-hypostasis/ber- pribadi/realita konkrit tiga yang dapat diterapkan dalam hidup kita dalam berbangsa yang satu dalam kemajemukan itu adalah "perikhoresis"/saling bersemayam/saling mendiami' tadi. Dalam "perikhoresis/saling bersemayam/saling mendiami ini masing-masing "hypostasis/pribadi/realita konkrit dalam diri Allah yang Esa itu saling mendiami 'bersemayam satu sama lain, sehingga satu tak dapat dipisahkan dari yang lain diantara ketiga hypostasis/pribadi/realita konkrit itu, karena yang satu berada didalam yang lain, dan memang betul-betul satu. Demikianlah jika prinsip perikhoresis ini diterapkan dalam  kehidupan kita berbangsa, berarti masing-masing warga maupun kelompok apa-apa saja yang ada dalam masyarakat harus merasa saling memiliki dan merasa yang lain sebagai bagian dari dirinya. Ini bisa terjadi jika pemahaman sebagai bangsa yang satu itu diajarkan secara sistimatis, sehingga kelompok yang satu dalam masyarakat, baik itu kelompok ras. suku, budaya, bahasa maupun agama, merasa bagian dari yang lain dengan penuh rasa adil dan hormat. Dalam prinsip ini maka kelompok yang satu tidak akan merasa lebih tinggi, paling benar dan paling berhak dibanding dengan kelompok yang lain. Sehingga dalam prinsip ini tidak ada tempat bagi diskriminasi atas suatu kelompok ras dan suku oleh kelompok suku dan ras yang lain, dan tak ada tempat bagi penghinaan serta penistaan oleh agama yang satu terhadap agama yang lain. Juga tak ada tempat bagi penghinaan dan perendahan oleh kelompok budaya yang satu terhadap kelompok budaya yang lain. Demikianlah dengan diterapkannya prinsip semacam ini yang ada dalam masyarakat hanyalah harmoni, kerukunan, saling menghormati, dan saling tenggang-rasa, serta sikap adil terhadap semua komponen yang ada dalam masyarakat. Maka praktek hidup sebagai bangsa yang satu di dalam kemajemukan komponen-komponen yang ada dalam masyarakat itu dapat menjadi kenyataan. Demikianlah berdasarkan pembahasan kita ini Bhinneka Tunggal Ika itu adalah merupakan prinsip yang selaras dan sesuai dengan keyakinan mendasar dari Iman Kristen, terutama Iman Kristen Rasuliah. dan harus didukung dan dibina terus-menerus, serta terus diajarkan kepada generasi muda sejak masih kecil, dalam kehidupan  kita  berbangsa.    Selamat  berbangsa  dan  bernegara     Tuhan memberkati
(01082024) (TUS)

BACA JUGA :
https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/tiga-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

https://titusroidanto.blogspot.com/2024/07/dua-dari-tiga-tulisan-tentang-bhineka.html

Pengantar Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa(Panduan untuk Kaum Awam)

Pengantar Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa
(Panduan untuk Kaum Awam)
Sebuah Proses Berteologi
Materi Pengantar Penyegaran Majelis GKJ SIDOMUKTI 
Tgl 06 Juni 2017
oleh :
Titus Roidanto 
(Ketua 2)


Pengantar
Tulisan ringkas ini hanya sebagai panduan saja untuk memahami Pokok-pokok Ajaran GKJ (PPA GKJ). Karena bersifat panduan, maka untuk pendalamannya, setiap dari kita harus membaca PPAG secara serius. Apalagi, bukunya tidak terlalu tebal, hanya 100 halaman saja. Mestinya, hal itu tidak terlalu berat, ya.. ,sekadar lelucon saja!

Lalu, mengapa mesti dikaitkan dengan kata berteología? Ya, sudah seharusnya begitu. Gereja kalau Ingin terus maju dan berkembang, ya harus mengembangkan teologia. Artinya, hakikat bergereja adalah berteologia. Apa maksudnya? Berteologia tidak mesti dipahami dalam kerangka Ilmiah Akademik, seperti dilakukan di kampus atau sekolah teologia. Tidak. Berteologla di Sini adalah bagaimana gereja mengembangkan pemikiran berdasarkan Alkitab untuk menjawab persoalan yang muncul, baik di dalam gereja, atau berkaitan hubungan gereja dengan masyarakatnya. Jadi, berteologia di sini adalah memberikan jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh gereja (atau warga gereja).

Dengan kata lain, gereja tidak boleh menyandarkan diri hanya pada Tata gereja atau PPA 'baik ketika menghadapi persoalan. Keduanya, Tata gereja dan PPA penting. Tetapi, itu tidak boleh mematikan kreativitas pemikiran para warga gereja. Atau, boleh dikatakan tata gereja dan/atau PPAG hanya batu pijakan untuk mengembangkan pemikiran kreatif supaya gereja bisa berteologia secara cerdas. 

Itulah artinya memahami PPAG sebagai pijakan mengembangkan proses berteologia. Sebab, ketika gereja berpikir PPAG dan tata gereja sudah cukup, di situlah gereja akan berhenti. Kalau gereja berhenti, di situlah dialog tidak muncul, dan kalau itu tidak muncul'  ya umur gereja tidak lama. Gereja menjadi mandeg. Begitu, gereja mandeg, keselamatan juga berhenti. Tentu, kita tidak mengharapkan hal itu.


Apa arti Keselamatan bagi orang Kristen
Titik tolak PPAG adalah keselamatan atau proses penyelamatan  Allah atas hidup manusia (Bab III PPAG), termasuk gerejanya. Ibarat sebuah teori, maka keselamatan adalah paradigmanya. Segala sesuatu yang dlbahas dałam PPAG selalu didasarkan pada pengakuan atau pemikiran bahwa gereja (atau kita orang Kristen) sudah diselamatkan oleh Allah melalui Yesus Kristus, dengan harga yang mahal (darah atau pengorbanan diri Yesus).

Keselamatan itu berharga tetapi tidak mahal. Artinya, untuk memiliki keselamatan itu hanya dibutuhkan suatu pengakuan (iman) bahwa Yesus adalah jalan Allah memberi keselamatan kepada manusia atau Yesus adalah Tuhan. Meskipun, kelihatannya mudah, pengakuan Iman itu tidak bisa dipertahankan dengan asal-asalan saja. Itu harus dipertahankan secara berkelanjutan. Sebab, suatu saat —ketika manusia terlena keselamatan itu bisa hilang. Selain itu, keselamatan itu adalah anugerah. Artinya, bukan kita yang mengupay'akan, tetapi Allah sendiri yang berkehendak dan berkarya. Meski begitu, keselamatan itu berharga mahal —pada dirinya sendiri—walau oleh sebagian orang dianggap sebaliknya.

Keselamatan itu juga bersifat relasional. Artinya, keselamatan iłu bisa diperoleh melalui suatu "kontrak” atau relasi satu sama lain. ibarat orang yang terisolasi ke dalam jurang, maka keselamatan itu adalah sebuah "tangga”. Untuk memperoleh tangga Itu, mesti terjadi kesepakatan antara Allah dan manusıa. Kesepakatan itu mewujud dalam Iman dalam diri manusıa. Melalui Iman ıtulah manusia memperoleh anugerah. Kesepakatan itü dalam diri Allah mewujud dalam kasih dan anugerahNya adalah keselamatan.

Jadi, selama tidak ada relasi, tidak akan ada keselamatan. Jadi, bagi orang Knsten keselamatan adalâh jalan penghubung, supaya relasi kita dengan Allah tidak mudah putus. Itulah sebabnya bagi kıta keselamatan itü penting. Sebab, melalui itü kıta mempunyai relasi yang memberikan kıta kesempatân untuk berjumpa dengan Allah melalui berbagaı cara.

Supaya relasi itü tetap terjaga, kita sebagai indıvidu atau gereja mempunyai "kewajiban", itü bukan untuk memperoleh tangga, tetapi untuk menjaga tangga itü tetap membentang di antara kita dengan Allah. Kewajiban itü mesti mewujud dalam relasi kita dengan sesama —termasuk lınğkungan, sebagai refleksi relasi kita dengan Allah. Gambaran relasi dalam keluarga memudahkan kita memahami relasi kita dengan Allah. Dengan memakai metafora keluarga (Allah sebagaı Bapa, dan kita anak), penulis Kitab Suci dan Injil memudahkan kita memahami bahwa keselamatan bersıfat relasional. Mudahnya, relasi kita dengan sesama adalah refleksi atau tanggung jawab iman kita kepada Allah. Setelah kita mengaku iman kepada Allah maka kita harus bertanggung jawab thp pengakuan keimanan tsb.


Perwujudan Keselamatan 
Gereja yang dimaknai sebagai persekutuan atau kehidupan bersama religius yang merupakan buah pekerjaan Allah dan jawab manusia terhadap penyelamatan Allah merupakan lembaga di mana keselamatan itu dipelihara. Artinya, di dalam dan melalui gereja pertama-tama keselamatan diwujud nyatakan

Namun, sebagai badan atau organisasi yang hidup di dunia, gereja selalu mempunyai relasi dengan sesamanya di luar gereja. Relasi dl dalam gereja adalah untuk memelihara keselamatan yang sudah dianugerahkan. Hal ini dinyatakan melalui kegiatan yang bersifat membina, memelihara, mengekalkan keselamatan. Bentuk-bentuk kegiatan itu, antara lain, Ibadah, doa dan sakramen. Sementara, relasi keluar gereja sebagaj bentuk kesaksian yang mencerminkan relasi Di dalam gereja. Intinya, Keselamatan yang dipelihara harus djnyatakan keluar, supaya semakin banyak orang memperoleh k'eselamatan yang sama, seperti yang terjadi di dalam gereja

Pada bidang apakah keselamatan yang dipelihara itu dinyatakan dan diwujudkan keluar ke masyarakat? Mestinya, ke semua wilayah kehidupan.  Mestinya, tidak ada bidang yang harus dihindari Oleh gereja ketika menyatakan k'eselamatan sebagai anugerah kepada dunia ini, Di sinilah PPAG dari GKJ mempunyai perbedaan dengan ajaran di gerera lain. Sebab, bagi GKJ tidak ada wilayah yang mesti dihindari sebagai medan kesaksian atau penjabaran keselamatan,

Bidang lingkungan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik dan kekuasaan, dan agama-agama lain menjadi wilayah yang gereja mesti masuk dan memberikan kesaksiannya termasuk sekularisme. Alat untuk melakukan relasi dengan dan di dalam wilayah itu adalah etika.

Dengan kata lain, etika menjadi "medan" di mana gereja yang mewakili wilayah "religius" mesti berjumpa dengan Wilayah "sekular".  Etika merupakan bidang di mana gereja harus Berteologi, Etika tidak berbicara tentang dosa atau tidak, tetapi bicara tentang hal baik dan buruk, tentang Sikap dan keputusan gereja terhadap yang muncul di masing-masing bidang itu.

Pada bidang ini, kemungkinan besar, antara satu gereja dengan gereja lain bisa berbeda pendapat. Hal itu tergantung kepada perspektif, pengalaman, pengetahuan dan kecakapan merumuskan persoalan dan memberi tanggapan terhadap persoalan yang muncul. Misalnya, perkawinan beda agama Mengapa gereja A bisa menerima, sementara gereja B tidak atau belum bisa menerima, Perjamuan Kudus Anak demikian hal nya. Itulah sebabnya mengapa PPAG ini hanya menjadi panduan bagi gereja (dan warganya, termasuk majelis gereja) untuk mengembangkan pemikiran yang kritis berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Inilah etika, inilah ladang warga gereja berteologia.

Mengapa keselamatan perlu dipertahankan? Karena hal itu berharga dan kemungkinan bisa hilang di tengah perjalanan. Maka, jawaban yang diberikan cukup beragam. Salah satu yang penting adalah terbuka untuk menerima penggembalaan yang dilakukan oleh gereja.

Bagaimana bisa membuat penggembalaan yang benar, kalau gereja mandeg berpikir. Bagaimana gereja bisa mengembangkan pemikiran yang bisa menjadi panduan penggembalaan kalau gereja berhenti mengikuti perkembangan jaman.

Penggembalaan adalah metafora bagi gereja untuk melakukan proses menata, memelihara atau memerintah warganya supaya mereka hidup dalam kebaikan. Kalau kita mengikuti cara berpikir Michel Foucault, dengan istilah governance —ini padanan istilah pastoral dalam gereja, maka yang menjadi tujuan akhir adalah kehidupan damai sejahtera —atau istilah Foucault: kepuasan. Damai sejahtera itulah yang menjadikan para domba berlimpah piala dan hidangan, memperoleh kemurahan dan kebajikan (Maz 23: 4-6).

Untuk sampai pada tahap itu, gereja tidak boleh berhenti bërteologi: terus mencari dan pemikiran yang memampukan gereja bisa menjawab tantangan jaman. Hanya dengan begitu, keselamatan itu akan senantiasa mengalami aktualisasi Sehingga mendorong warga gereja hidup semakin baik


Penutup 
Dalam PPAG ini ketika berhadapan dengan masyarakat atau "dunia" di luar gereja ditekankan soal etika, yaitu etika sosial. Hal ini penting, sebab tanpa etika sosial, gereja akan ketinggalan untuk memberi tanggapan. Nah, dalam bidang ini, kebanyakan gereja tidak siap. Mereka memandang bahwa gereja itu hidup sesungguhnya tidak di dunia, tetapi di luar dunia.

Etika sosial ini penting untuk memperlihatkan bahwa gereja memang menjadi bagian dari dunia (Teologi Paulus tentang oikodomia, Roma 14 : 19). Sebab, kalau gereja menekankan berasal dari "luar dunia" dan tidak perlu memperhatikan dunia (Teologi Petrus tentang parokia, I Pet 2: 11-12) maka, etika sosial tidak perlu, yang diperlukan adalah etika eskatologis.

Namun, yang sedikit luput  atau waktu itu belum menjadi perhatian adalah bidang ekonomi. Dalam PPAG kita, soal ekonomi, kesejahteraan yang bersifat materialis belum banyak dibahas. Walau sedikit dlbahas melalui persembahan, tetapi toh masih dibahasakan melalui bahasa yang bercorak spiritualitas. Padahal, dalam keseharian gereja, ekonomi menjadi salah satu aspek penting. Maka, bidang ini perlu memperoleh tekanan. Inilah kesempatan bagi kita mengembangkan pemikiran teologis tentang persembahan dan ekonomi (jemaat).

Untuk membangun etika sosial, salah satu aspek penting adalah gambaran kita tentang Yesus (Kristologi). Kita semua paham bahwa Kristus adalah pusat dari gerakan atau kegiatan gereja. Sebab, pusat keselamatan adalah Kristus. Namun, gambar Kristus seperti apakah yang hendak kita kenalkan, itu pertanyaan yang perlu juga dikembangkan. Berdasarkan gambar Kristus inilah kita bisa mengembangkan etika sosial gereja.

Untuk mengembangkan gambaran Kristus, sikap terhadap kebudayaan menjadi penting. Sebab, semakin kita bisa menempatkan kebudayaan secara kritis, kitapun bisa memberikan gambaran Kristus dari perspektif budaya secara kritis juga

Apakah ada pendekatan lain selain pendekatan keselamatan (soteriologi)? Ada, dan PPAG ini memberi tekanan yang cukup luas: pendekatan relasional. Melalui pendekatan keselamatan kita memahami Trinitas sebagai "agen" keselamatan. Peristiwa Penyelamatan Israel (Bapa), Peristiwa Kristus (Putra), dan Peristiwa Roh Kudus. Apa Trinitas dalam perspektif relasional?

Terakhir berkaitan dengan penggembalaan. Mungkin baik yang dikembangkan bukan hanya soal disiplin (menekankan pamerdi atau siasat gereja) tetapi mengembangkan partisipasi. Dengan begitu, semakin partisipatif, semakin warga memahami tanggung jawabnya, sehingga kita tidak sekadar bicara pelanggaran aturan. Lalu, bisa memahami hukum, sehingga menjadi sadar hukum dan sadar (ber)teologi. Gereja tidak lagi menjadi "penjaga" moral tetapi penyebar kesadaran atau moralitas, sehingga dengan sendirinya moralitas menggerakan warga bertindak secara sadar.
(06062017)(T)

Senin, 29 Juli 2024

GREGETAN PERKARA PERSEPULUHAN, SERIAL SUDUT PANDANG

GREGETAN PERKARA PERSEPULUHAN, SERIAL SUDUT PANDANG
Entah masih gregetan dg pemahaman persepuluhan yg masih digembar-gemborkan bbrp pendeta, Tidak ada perintah memberi persepuluhan dalam bentuk uang, bahkan orang israel sudah 2000 tahun tdk melakukan persepuluhan lagi. - Rabbi Yaakov Baruch -

Tambahan Pengetahuan:
Bahkan perintah utk membawa persepuluhan hanya untuk petani dan peternak yg tinggal dalam tanah israel, di luar israel tidak boleh.

Yesus tukang kayu, petrus seorang nelayan mereka sendiri tdk membawa persepuluhan.

Jadi sudah jelas gereja-gereja yg menerapkan persepuluhan, tidak ada dasar alkitabiahnya, itu hanyalah ajaran gereja yg muncul beberapa abad setelah kekristenan ada.

Bahkan gereja-gereja tsb tdk bisa mengajarkan jenis-jenis persepuluhan, peraturan pp menurut alkitab, hanya bisa berkata 10%, tapi sejatinya tdk memahami.

ini adl pembodohan, karena kekristenan itu harus berdasar kebenaran alkitab dan perintah yg di ajarkan kpd kita sudah jelas yaitu memberi dgn kerelaan hati 2 korintus 9:7, bahkan dalam injil sudah di beri cth, teladan dan ajaran, serta objek pemberian kita.

Yesus, petrus, andreas, yakobus, yohanes bahkan paulus saja tidak memberikan persepuluhan.

Jadi ajaran per10an valid bukan ajaran kekristenan, melainkan ajaran yudaisme yg di adopsi dan di modifikasi oleh org-org kristen berapa ratus tahun kemudian setelah kekristenan ada.

Sekarang mulai bergema seruan back to bible, apa yg tdk di ajarkan bible utk orang kristen, jgn di ajarkan atau di tambahkan, karena dasar dan pusat kekristenan adl pada injil Yesus Kristus.

di bawah ini sedikit pemahaman Dr. David A Croteau yg sy kutip dari web, penggalan pemahaman dari bukunya "Perspectives on Tithing: four views"

Gagasan bahwa orang Kristen diharuskan memberikan setidaknya 10% dari pendapatan mereka sama sekali tidak berdasar berdasarkan ajaran eksplisit Kitab Suci, sejarah gereja, dan teologi sistematika. Hukum Perjanjian Lama tidak pernah mensyaratkan 10% dari pendapatan; Perjanjian Baru juga tidak pernah memerintahkannya.

(30072024)(T)

Minggu, 28 Juli 2024

SATOR AREPO TENET OPERA ROTAS, Sebuah Litani Doa Perlindungan dan Pengusiran Setan, Serial Sudut Pandang

SATOR AREPO TENET OPERA ROTAS, Sebuah Litani Doa Perlindungan dan Pengusiran Setan, Serial Sudut Pandang

Gereja San Pietro ad Oratorium berada di kotamadya Capestrano sekitar 40 km dari L'Aquila . Di sebelah kiri portal utama terdapat sebuah batu, peninggalan bangunan kuno abad ke-9, yang dimasukkan ke dalam dinding secara terbalik. Batu itu berisi apa yang disebut kotak ajaib kuno, yang dibentuk oleh lima kata yang masing-masing terdiri dari lima huruf yang dapat dibaca dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. 

Lima kata “rotas – opera – tenet – arepo – sator”, telah ditafsirkan secara beragam, dan beberapa peneliti mengira bahwa mereka menyembunyikan anagram dari “Pater Noster”.  Salah satu kemungkinan terjemahannya adalah  Petani Arepo mempunyai [roda kerja] [bajak] ; maksudnya, petani menggunakan bajaknya sebagai bentuk pekerjaannya.


Gereja ini diyakini didirikan pada tahun 752 oleh Desiderius, raja terakhir bangsa Lombard. Keberadaan altar pagan sebelumnya yang di atasnya diletakkan sibori presbiterial menunjukkan bahwa sebuah kuil mungkin sudah ada di lokasi tersebut sebelum abad ke-8 Masehi.Doa ini semacam palindrom (sebuah kata, frase, angka maupun susunan lainnya yang dapat dibaca dengan sama baik dari depan maupun belakang). Kata 'palindrom berasal dari bahasa Yunani: palin ('balik') dan dromos ('pacuan kuda').
Menurut buku Mother Tongue: English & How It Got That Way (hal. 227): “Palindrom berumur setidaknya 2.000 tahun." Palindrom Latin Sator Arepo Tenet Opera Rotas sangat unik karena ia akan mengulanginya lagi jika kita membentuk kata kalimat dari huruf pertama setiap kata kemudian disambung dengan huruf kedua setiap kata, dan seterusnya. Karena itu ia juga dapat disusun dalam sebuah kotak yang dapat dibaca secara vertikal maupun horizontal:Palindrom ada dalam banyak bahasa-bahasa Barat, terutama dalam bahasa Inggris. Meskipun begitu, gelar 'bahasa palindrom' jatuh pada bahasa Finlandia.Selain itu, palindrom juga ada dalam bahasa-bahasa non-Barat, contohnya bahasa Jepang, bahasa Tionghoa dan bahasa Korea. Lebih lanjut, doa ini mulai dikenal luas dengan berlatar belakang peristiwa Perang Dunia I, di mana terdapat seorang pemuda atheis yang mengikuti wajib militer sedang diliputi rasa takut yang luar biasa ketika ia akan diberangkatkan menuju medan perang. Di tengah gejolak rasa takutnya, ia bertemu dengan seorang pendeta yang memberikan nasihat kepadanya agar ia tidak risau dan takut, seraya mengajarkan suatu doa singkat yang mudah diingat dan dihafalkan apabila diucapkan secara berulang-ulang. Pastor tersebut berpesan kepada pemuda itu agar selalu melafalkan doa tersebut setiap saat dalam bahasa aslinya (Latin) agar ia dapat selamat dari segala bahaya mara. Pemuda itu meyakini apa yang dinasehatkan oleh pendeta tersebut serta mendoakannya berulang-ulang meskipun tidak mengerti akan arti doa tersebut. Dalam suatu pertempuran yang besar, seluruh anggota pasukan pemuda tersebut gugur dalam pertempuran, namun hanya pemuda atheis itu sendiri yang selamat dari gempuran pasukan musuhnya. Karena doa ini, pemuda tersebut mengkonversikannya, dan menyebarkannya sebagai doa perlindungan. 
Doa ini diajarkan di seminari untuk doa pengusir setan atau tolak bala, tulisan ini juga digunakan di baju zirah para ksatria templar atau ksatria salib atau cross knight saat masa perang salib . Dikenal juga sebagai: kotak rotasi, kotak sator-rotas. Kotak sator , teka-teki kata Latin awal atau kriptogram. Ini adalah contoh kotak ajaib berhuruf yang paling terkenal , dengan 25 huruf yang membentuk kisi lima kali lima palindrom Latin akrostik . Kata-kata yang ditemukan dalam kotak sator adalah SATOR ("penabur" atau "penanam"), AREPO (kata yang tidak dikenal, mungkin nama), TENET ("menahan"), OPERA ("bekerja" atau "merawat"), dan ROTAS ("roda"). Kata-kata ini sering disusun dalam urutan ini, tetapi contoh juga telah ditemukan yang dimulai dengan ROTAS dan diakhiri dengan SATOR; varian ini disebut kotak rotas. Ketika lima kata dari kotak sator dibaca secara horizontal, vertikal, maju, mundur, dari bawah ke atas, atau dari atas ke bawah, mereka membentuk sebuah kalimat: sator arepo tenet opera rotas . Kalimat ini telah diterjemahkan dalam berbagai cara, dengan yang paling sering dikutip adalah "Penabur, Arepo, bekerja (atau memegang) roda dengan hati-hati." Jika dibaca boustrophedon (Yunani: "berputar seperti lembu"; zig-zag) dengan kata tengah yang berulang, dapat dibaca sebagai sator opera tenet, tenet opera sator , yang telah diterjemahkan sebagai "seperti yang Anda tabur, maka Anda akan menuai" dan, dengan makna yang lebih religius, "Sang Pencipta memelihara karya-karyanya." Pembacaan seperti itu memiliki keuntungan menghilangkan AREPO yang tidak jelas, yang tidak muncul di tempat lain dalam bahasa Latin. (Beberapa dari pembacaan ini berlaku untuk kotak rotas.). Contoh lengkap tertua dari kriptogram ini adalah kotak rotas yang ditemukan di reruntuhan  Pompeii  pada tahun 1936. Temuan ini, yang diukir di kolom Palestra Grande Pompeii, dapat diperkirakan berasal dari sebelum tahun 62 MASEHI , ketika gempa bumi menghancurkan bangunan tersebut. (Kotak rotas yang terpisah-pisah ditemukan di Pompeii pada tahun 1925.) Kotak rotas lainnya telah ditemukan di seluruh wilayah Romawi, dari Manchester , Inggris, hingga kota perbatasan Dura-Europos (sekarang di Suriah).Setelah jatuhnya Roma dan penyebaran agama Kristen di seluruh Eropa, kotak rotas digantikan oleh kotak sator, mungkin karena kotak tersebut kemudian dimulai dengan kata sator (“penabur”), yang merujuk pada perumpamaan tentang penabur dalam Matius 13. Konotasi Kristen lainnya adalah bahwa kata tengah kotak tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal, selalu TENET, yang dapat dibaca sebagai dua lengan salib yang tersembunyi.



Arti Doa
Sator : Bapa.
Arepo: Tempat perlindungan.
Prinsip: Memelihara.
Opera: Mempersembahkan sepenuh hati.
Rotas: Nasib / Perputaran Hidup.
Apa makna dari doa tersebut?

 Dari pihak Tuhan, artinya:
"Bapa tempat perlindunganku, yang memelihara seumur hidup dengan segenap hati-Nya"

Dari pihak manusia, artinya:
"Aku mempersembahkan seluruh hidupku dengan sepenuh hati kepada Bapa yang menjadi tempat perlindunganku" 


Bagaimana cara menggunakan doa tersebut?
Doa ini adalah doa yang tak kunjung putus, karena doa ini dapat dibaca dari segala penjuru dengan makna yang sama (baca dari kanan ke kiri; atas ke bawah; kiri ke kanan; bawah ke atas).
Ini adalah doa sederhana yang mempunyai kekuatan besar. Doa ini biasanya diucapkan secara berulang-ulang/terus-terusan hingga dirasakan cukup (dapat diucapkan secara bersuara ataupun hanya bersuara dalam batin), melafalkan doa versi latin ataupun versi Indonesia, yang penting menyentuh kedalaman makna yang dipanjatkan kepada Tuhan. Doa ini juga dapat dilakukan dengan ataupun tanpa memegang medali doa atau salib di dada, maka Allah Bapa akan ikut serta secara penuh dalam hidup kita

(28072024)(T)



















SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...