Kamis, 14 November 2024

SUDUT PANDANG KITAB ESTER: SEKEDAR BUKU DONGENG YANG INDAH?

SUDUT PANDANG KITAB ESTER: SEKEDAR BUKU DONGENG YANG INDAH?

"Kalau aku harus mati karena itu, biarlah aku mati!" (Ester 4:16)

Buku atau kitab ini dalam Alkitab Yahudi menggunakan nama tokoh utamanya: Ester, meskipun beberapa salinan Vulgata Latin menyebutnya ”Ahasyweros”, menurut nama raja Persia yang sangat menonjol dalam catatan kitab ini. Orang Yahudi menyebut buku ini Meghil·lathʹ ʼEs·terʹ atau hanya Meghil·lahʹ, yang artinya ”gulungan”, sebab bagi mereka buku ini sendiri merupakan gulungan yang sangat dihargai.
PENULIS BUKU. Dalam catatan Alkitab tidak disebutkan siapa yang menulis buku Ester. Beberapa pakar beranggapan bahwa buku ini ditulis oleh Ezra, tetapi sebagian besar bukti menunjuk kepada Mordekhai. Mordekhai adalah orang yang paling tahu semua fakta terperinci yang diceritakan dalam narasi mengenai urusan pribadi dirinya dan Ester, apa saja yang dilakukan oleh anggota-anggota keluarga Haman, dan apa khususnya yang terjadi di Benteng Susan. Setelah naik jabatan menjadi perdana menteri dalam pemerintahan Persia, ia memiliki akses ke dokumen-dokumen resmi yang disebutkan dalam catatan ini, dan sebagaimana Daniel, Ezra, serta Nehemia memegang jabatan resmi dalam pemerintahan Persia pada periode-periode lain serta menulis buku-buku Alkitab yang menguraikan hubungan antara orang Yahudi dan kuasa dunia tersebut, maka kemungkinan besar Mordekhai-lah yang menulis buku Ester.
LATAR BELAKANG SEJARAH. Menurut catatan ini, peristiwa-peristiwa yang disebutkan terjadi pada masa pemerintahan Ahasyweros sewaktu Imperium Persia menguasai wilayah dari India sampai Etiopia dan meliputi 127 provinsi atau distrik yurisdiksi. Keterangan tersebut dan fakta bahwa buku ini dimasukkan ke dalam kanon oleh Ezra, menunjukkan bahwa apa yang diliput hanyalah periode pemerintahan salah satu di antara tiga raja berikut yang dikenal dalam sejarah sekuler: Darius I dari Persia, Xerxes I, dan Artahsasta Longimanus. Akan tetapi, Darius I serta Artahsasta Longimanus, dikenal bersikap baik terhadap orang Yahudi sebelum tahun ke-12 masa pemerintahan mereka masing-masing, dan hal ini tidak cocok dengan Ahasweros yang disebutkan dalam buku Ester, mengingat ia tampaknya tidak mengenal baik orang Yahudi serta agama mereka, dan juga cenderung tidak ramah kepada mereka. Karena itu, Ahasyweros dalam buku Ester kemungkinan adalah Xerxes I, putra Darius Agung, raja Persia. Beberapa terjemahan (American Translation dan Moffat) bahkan menggantikan”Ahasweros” dengan ”Xerxes” dalam teksnya.
Dalam buku Ester, tahun-tahun pemerintahan raja ini tampaknya dihitung sejak ia memerintah bersama-sama dengan bapaknya, Darius Agung. Mengingat rangkaian peristiwa yang pertama-tama diceritakan dalam buku Ester terjadi pada tahun ketiga masa pemerintahannya dan selebihnya dari catatan ini meninjau sisa masa pemerintahannya, buku ini tampaknya mencakup periode dari tahun 493 SM sampai kira-kira tahun 475 SM.
Buku Ester ditulis beberapa waktu setelah tahun ke-12 masa pemerintahan Xerxes dan tampaknya pada akhir masa pemerintahannya (± 475 SM). Gaya penulisannya yang sangat hidup memperlihatkan bahwa penulisnya adalah seorang saksi mata. Selain itu, implikasi yang kuat bahwa sang penulis memiliki akses ke dokumen-dokumen pemerintahan menunjukkan bahwa buku ini kemungkinan besar ditulis di Susan di provinsi Elam, yang ketika itu menjadi bagian dari Persia. Kata-kata dalam bahasa Persia dan Khaldea yang bercampur dengan bahasa Ibrani mendukung waktu penulisan yang disebutkan di atas serta tempat penulisannya, yakni negeri Persia. (Ester 10:2 menyebutkan: Segala perbuatannya yang besar dan hebat, dan juga kisah lengkap tentang bagaimana ia mengangkat Mordekhai menjadi pejabat tinggi, tercatat dalam buku sejarah raja-raja Persia dan Media.)
Ezra bisa saja membawa buku ini dari Babilon ke Yerusalem, karena Sinagoga Agung Yerusalem telah memasukkannya ke dalam kanon sebelum badan itu dibubarkan sekitar tahun 300 SM.
KEASLIAN DAN KANONISASI. Ada yang meragukan kekanonisan buku Ester karena di dalam catatan buku-buku Perjanjian Baru, buku ini tidak dikutip ataupun disinggung. Akan tetapi, keberatan ini bukan faktor penentu, karena halnya pun demikian dengan buku-buku lain yang kekanonisannya sudah pasti, seperti Ezra dan Pengkhotbah. Orang-orang yang tidak memasukkan buku Ester dalam daftar buku-buku kanonis mereka antara lain ialah Melito dari Sardis, Gregorius dari Nazianzus, dan Atanasius. Akan tetapi, Yerome, Agustinus, dan Origenes merujuk kepada buku ini dengan menyebutkan namanya. Dalam koleksi Chester Beatty, buku Ester ditemukan bersama buku Yehezkiel dan Daniel dalam satu kodeks, yang mungkin disusun pada paruh pertama abad ketiga M. Tampaknya, orang Yahudi atau orang Kristen masa awal secara keseluruhan tidak pernah meragukan bahwa buku ini termasuk dalam kanon. Dalam Alkitab mereka, orang Yahudi sering sekali menempatkannya di bagian Hagiographa (Tulisan-Tulisan) di antara Buku Pengkhotbah dan Daniel.
Tambahan-tambahan Apokrifa belakangan disisipkan ke dalam buku ini. Beberapa pakar menganggap bahwa tambahan-tambahan ini bermula sekitar tahun 100 SM, kira-kira 300 tahun sesudah kanon Kitab-Kitab Ibrani (Alkitab Perjanjian Lama) ditetapkan, menurut pandangan turun-temurun.
Buku Ester dituduh melebih-lebihkan kisah tentang perjamuan yang berlangsung selama 180 hari pada tahun ketiga masa pemerintahan Ahasyweros. Ester 1:3, 4 menyebutkan: Pada tahun ketiga pemerintahannya, Raja Ahasyweros mengadakan pesta besar untuk semua pembesar dan pegawainya. Para panglima Persia dan Media hadir juga pada pesta itu, begitu juga para gubernur dan para pejabat tinggi provinsi. Enam bulan lamanya raja memamerkan kekayaan istananya dan kemegahan serta keagungan kerajaannya. (BIMK) Akan tetapi, pernah dikemukakan bahwa pesta yang demikian lamanya bisa jadi diadakan supaya dapat dihadiri oleh para pejabat yang begitu banyak jumlahnya dari banyak provinsi; karena tugas, mereka tidak dapat berada di sana sepanjang pesta dan semuanya tidak dapat datang pada waktu yang sama. Sebenarnya, dalam ayat-ayatnya tidak disebutkan bahwa perjamuan itu berlangsung sedemikian lamanya, tetapi bahwa sang raja memperlihatkan kepada mereka kekayaan dan kemuliaan kerajaannya selama 180 hari. Sebuah perjamuan disebutkan masing-masing di 1:3 dan 1:5 (Setelah genap hari-hari itu, raja mengadakan pesta bagi semua orang yang hadir di kastel Susan, baik orang besar maupun orang kecil, selama tujuh hari di taman istana raja.) Bisa jadi, yang dimaksudkan bukanlah dua perjamuan, melainkan yang disebutkan di ayat 3 adalah perjamuan tujuh hari untuk semua orang yang ada di puri pada akhir pertemuan besar itu.—Commentary on the Old Testament, karya C. Keil dan F. Delitzsch.
Ada tuduhan bahwa buku ini tidak religius, karena tidak satu kali pun Allah disebutkan secara langsung di dalamnya. Meskipun demikian, catatan itu menceritakan tentang puasa dan ’ratapan (MILT); sembahyang (TL)'  di pihak orang Yahudi, yang menyiratkan doa. (Est 4:3, 16; 9:31) Selain itu, ada petunjuk bahwa Allah memanuver peristiwa-peristiwa pada saat yang tepat, misalnya ketika sang raja tidak bisa tidur (6:1), dan bahwa maksud-tujuan Allah mungkin terkait sewaktu Ester memperoleh kedudukan sebagai ratu. (4:14) Lagi pula, Mordekhai adalah penyembah Allah yang sejati sebagaimana nyata dari fakta bahwa ia dengan tegas menolak untuk sujud di hadapan musuh Allah, Haman, yang sebagai orang Agag bisa jadi adalah orang Amalek keturunan raja. (Ester 3:1-6; Keluaran 17:14)
Ada orang yang mengatakan bahwa buku Ester tidak terilham dan juga tidak bermanfaat tetapi hanya suatu dongeng yang indah. Mereka berpendapat demikian karena nama Allah tidak terdapat di dalam buku ini. Memang Allah tidak secara langsung disebutkan, dalam naskah Ibrani sebuah akrostik (serangkaian kata yang huruf-huruf awal atau akhir membentuk sebuah kata atau nama diri) dari Tetragramaton (bahasa Yunani: empat huruf yang membentuk nama YHWH, Allah umat Yahudi ) muncul empat kali secara terpisah, huruf-huruf pertama dari empat buah kata yang berurutan, membentuk YHWH (bahasa Ibrani, יהוה): yang terdapat dalam Ester 1:20; 5:4, 13; 7:7. Huruf-huruf pertama ini secara istimewa ditonjolkan sedikitnya dalam tiga manuskrip Ibrani kuno dan dalam teks Masora ini ditandai dengan huruf-huruf merah.
BUKTI SEJARAH DAN ARKEOLOGI.  Penemuan sejarah dan arkeologis turut meneguhkan keautentikan buku Ester. Beberapa contoh saja sudah memadai. Caranya orang Persia menghormati seseorang digambarkan sesuai dengan fakta. Ester 6:8 menyatakan: "Biarlah dibawa kepadanya [Mordekhai] pakaian kebesaran yang pernah dipakai oleh Tuanku Raja, dan kuda yang pernah Tuanku Raja tunggangi— yang dihiasi dengan lambang kerajaan di kepalanya." Putih dan biru (atau ungu tua) adalah warna-warna kerajaan Persia. Ester 8:15 menyebutkan rincian:  "Mordekhai pergi dari hadapan raja dengan berpakaian kerajaan dari kain ungu lembayung dan kain putih, dengan mahkota emas yang agung, dan kain linen halus dan kain ungu. (AYT)"
"Pada hari ketiga puasanya, Ester mengenakan pakaian ratunya, lalu pergi ke halaman dalam istana dan berdiri di depan pintu balairung. Raja sedang duduk di atas tahta yang menghadap ke pintu itu. Ketika ia melihat Ratu Ester berdiri di luar, ia merasa sayang kepadanya dan mengulurkan tongkat emasnya kepadanya. Maka majulah Ester, lalu menyentuh ujung tongkat itu." (Ester 5:1, 2) Penggalian menyingkapkan bahwa perincian mengenai uraian itu tepat. Sebuah lorong menghubungkan Rumah para Wanita dengan halaman-dalam istana, dan di samping halaman itu di seberang lorong terdapat ruangan, atau ruang takhta. Takhta itu terdapat di pertengahan tembok yang lebih jauh letaknya, dan dari tempat yang strategis ini sang raja dapat memandang ke luar melalui penyekat dan dapat melihat sang ratu yang sedang menunggu untuk dipanggil menghadap. Perincian-perincian selanjutnya dalam buku ini memperlihatkan bahwa si penulis mengetahui seluk-beluk istana dengan baik. Jelaslah, keberatan-keberatan yang diajukan bahwa buku ini tidak sesuai dengan sejarah dan tidak saksama sehubungan dengan tata krama dan kebiasaan orang Persia tidak berdasar.
Bukti yang sangat kuat tentang keautentikan buku ini adalah Perayaan Purim, atau Perayaan Undi, yang diperingati orang Yahudi sampai sekarang; pada peringatan ini seluruh buku Ester dibacakan di sinagoga mereka. Sebuah inskripsi berhuruf paku yang tampaknya berasal dari Borsippa, konon menyebutkan seorang pejabat Persia bernama Mardukâ (Mordekai?) yang berada di Susa (Susan) pada akhir masa pemerintahan Darius I atau awal masa pemerintahan Xerxes I.—Zeitschrift für die alttestamentliche Wissenschaft, Jil. 58, hlm. 243, 244; 1942/43, Jil. 59, hlm. 219.
= = =
Kemudian Ester menyuruh Hatah untuk kembali kepada Mordekai dan menyampaikan pesannya, “Semua pejabat negara serta masyarakat di seluruh wilayah kerajaan mengetahui peraturan kerajaan yang menyatakan siapa saja yang ingin bertemu raja tanpa undangan akan dihukum mati— kecuali bila raja mengulurkan tongkat emasnya kepada orang itu. Sedangkan saya sendiri terakhir kali menerima undangan raja lebih dari sebulan yang lalu.” Maka Hatah kembali menyampaikan pesan Ester kepada Mordekai. Mordekai memperingatkan Ester melalui Hatah, “Jangan pikir kamu akan lebih aman dibandingkan seluruh bangsa Yahudi lainnya karena tinggal di istana! Jika kamu saat ini tinggal diam, maka pertolongan dan pembebasan orang Yahudi akan datang dari tempat lain dan kamu serta keluargamu akan dibunuh. Mungkin saja kamu ditempatkan sebagai ratu di kerajaan ini untuk menyelamatkan bangsa kita!” Kemudian Ester menyampaikan pesannya melalui Hatah kepada Mordekai, “Kumpulkanlah semua bangsa kita yang ada di Susan untuk berpuasa, yaitu tidak makan ataupun minum selama tiga hari tiga malam. Saya dan para pelayan perempuan juga akan berpuasa. Setelah itu saya akan menghadap raja meski pun melanggar undang-undang. Kalau memang saya harus mati karena itu, biarlah saya mati!” (Ester 4:10-16 TSI)
= = =
Buku Ester selaras sepenuhnya dengan bagian-bagian lain dari Alkitab dan melengkapi catatan Ezra serta Nehemia karena memberi tahu apa yang terjadi atas umat Allah yang berada di pembuangan di Persia. Buku ini ditulis untuk membesarkan hati, menghibur, serta mengajar umat Allah.
"Karena seberapa banyak hal yang tersurat terdahulu itu, sudah disuratkan akan menjadi pengajaran bagi kita, supaya kita menaruh harap dari sebab sabar dan dari sebab penghiburan, yang daripada Alkitab." (Roma 15:4 TL)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...