Selasa, 29 Juni 2021

NYATAKAN KASIH DENGAN BERTINDAK, SERIAL SUDUT PANDANG


NYATAKAN KASIH DENGAN BERTINDAK,  SERIAL SUDUT PANDANG 

1 Tesalonika 4:9 (TB)  Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.  Beberapa, nggak banyak, bertanya via japri dengan bunyi senada seperti yang di tulisan singkat saya : agamakah yang perlu dirumuskan atau cukup fungsinya saja? harus menjawab tegas: agama perlu dirumuskan ulang, apalagi fungsinya. Ada bbrp cacat nalar yang sudah lama kita derita dalam beragama. Setahun lewat  bersuara agar gereja membuka pintunya guna menampung penderita Covid yang membutuhkan kamar perawatan. Sebagian gereja waktu itu masih bertahan dengan ibadah offline.  Kalau mau ekstrem , bubarkan Ibadah-perayaan kita. Bongkar kursi- kursi dan meja, angkut ranjang dan tirai, koordinasikan pengumpulan dana untuk membeli obat-obatan sederhana. Ajak warga jemaat menyediakan makanan selama masa pengasingan. ingat betul, beberapa teman di Jakarta  langsung menyambut seruan tersebut. Bersama rekan-rekan se-gereja, dan juga mengajak warga gereja lain, mereka bertekad membuka gereja guna menampung limpahan penderita Covid. Langkah pertama, mereka kumpulkan bantuan dalam bentuk makan siang bagi keluarga-keluarga yang terdampak secara ekonomi oleh melemahnya bisnis di segala lini. Terlalu banyak orang Kristen palsu mengira bahwa ibadah sejati sesungguhnya berlangsung di gereja. Corona telah menelanjangi kita semua. Setahun lebih kita tidak bergereja, bahkan pada perayaan Natal dan Paska. Tuhan murka melihat rumahnya sepi karena tak ada yang datang? Turunkah hujan belerang karena kita lebih takut kepada Corona ketimbang kepada murka Tuhan? Siniskah Tuhan seperti Yesus menegur murid-muridnya yang tak punya iman untuk menghentikan angin sakal di tasik Tiberias? Omong kosong. Hidup kita baik-baik saja meski Corona masih terus memburu. Tidak turun gempa bumi secara serentak di seluruh pelosok negeri. Tuhan kelihatannya cool and calm. Yang membutuhkan kedatangan kalian di gereja ternyata para administratur, bukan Tuhan. Yang ngebet kepingin didengar umat adalah para pemimpin gereja. Tuhan tidak butuh apa-apa. Kita milikNya dalam arti secara keseluruhan sehingga kita tak ada tanpaNya. Ngapain Dia butuh sesuatu--apa pun--itu dari kita? 2 Korintus 5:15 (TB)  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.Roma 14:8 (TB)  Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Keadaan hari-hari belakangan ini memburuk luar biasa. Bukan cuma strain-nya, sederet cerita pilu di India mulai mampir ke sini. Pasien terhampar di pelataran RS. Tapi tak usah politisasi keadaan. Jerman, Italia, Amerika Serikat juga pernah mengalaminya, bahkan lebih memilukan. Sebagian berharap pada vaksinasi. Tapi ketahuilah vaksin yang disuntikkan ke tubuh kita tidak seperti Johnson&Johnson di Amerika Serikat. Vaksin tersebut hanya disuntikkan satu kali. Semua lalu dipersilakan buka masker dan berkehidupan bebas di mana pun. Tidak dengan kita. Sinovac sejak pertama sudah punya persoalan dalam hal efikasi. Astrazeneca perlu menunggu 2-3 bulan sebelum masuk ke dosis kedua. Jadi, sebetulnya baru 3-6 bulan lagi keadaan berangsur membaik. Sebelum itu? Bertolong-tolonganlah. Tutup semua gereja bagi ibadah perayaan. Ibadah bikinan manusia, bukan Allah. Tak satu pun dari kita, entah Paus apalagi Ephorus, yang bisa memastikan Allah berkenan--kalau tujuan ibadah kit's  adalah Allah. Kita bahkan tidak pernah tahu apakah selama ini kita melakukan sesuatu yang sia-sia atau bukan. Satu yang pasti, membuka gedung gerejamu untuk menampung mereka, yang terlunta di areal parkir RS dan tempat-tempat lain dengan napas hampir putus, tidak sia-sia. Lho, sesuatu yang  menjadikanmu berbahagia adalah persepsimu. Kaya menurutmu kebahagiaan sesuai teologi protestan.. Jika kamu tidak kaya maka tak ada dasarmu berbahagia. Karena itulah mereka yang tidak menganggap agama sebagai sesuatu yang penting ternyata hidup berbahagia. Kenapa? Karena perasaan mereka tidak diatur oleh hal-hal mistikal, apalagi agama.. Agama buatan manusia. Manusia perlu merumuskan itu ulang. Covid sudah menelanjangi kita. Mbok malu dikit napa?Matius 25:39-40 (TB) 39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 🙏🙏🙏Selamat Memahami Kasih, 🙌🙌🙌Tuhan Yesus Memberkati (STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, 2021, TITUS ROIDANTO) 

Sabtu, 26 Juni 2021

💫SABDA NYUNAR 💫BERTINDAK

💫SABDA NYUNAR💫Menarik melihat Foto di atas,  foto tsb adalah: Ruang perawatan untuk pasien COVID di Gereja Katedral Santo Yohanes, New York. Gereja dirubah menjadi tempat penampungan pasien covid oleh karena rumah sakit di kota tsb sudah penuh oleh pasien covid. Suatu tindakan nyata dan buah kasih. Gereja adalah tempat beribadah,  Ibadah secara serba cakup meliputi selebrasi dan aksi. Ibadah selebrasi secara sederhana adalah kebaktian atau misa yang umat berhimpun di tempat tertentu atau rumah ibadah atau gereja. Meskipun bagian terbesar gereja arus-utama sudah lebih daripada setahun melakukan ibadah virtual tetaplah masuk kategori ibadah selebrasi. Dalam cerapan banyak orang Kristen setiap orang yang membantu dan terlibat langsung dalam penyelenggaraan ibadah selebrasi menyebutnya pelayanan atau melayani. Bermain gitar, organis, menjadi usher dan kolektan, lektor, majelis tugas, PNJ, juru berkhotbah disebut pelayanan. Kata pelayanan atau melayani mengalami penyempitan makna, bahkan sering pula dg bangga sudah mendaku sudah melayani. Bacaan Injil Markus 5:21-43,  Bacaan Injil Minggu lalu mengisahkan Yesus meredakan angin topan setelah para murid membangunkan Yesus. Di sana Yesus mengajarkan bagaimana seorang pemimpin sekaligus kawan seperjalanan yang mengutamakan keselamatan orang-orang yang dipimpin-Nya. Yesus mengutamakan aksi  atau tindakan agar seimbang dengan selebrasi. Dalam pada itu Yesus juga mengajarkan para murid untuk berani bertindak mengamalkan pengetahuan yang sudah didapatkan dari Guru mereka. Bacaan Injil Markus pada Minggu ini melompati perikop kisah Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa sesudah kisah Yesus meredakan angin topan. Dikisahkan Yesus menyeberang lagi. Tidak dijelaskan apakah lokasinya sama dengan lokasi adegan “Khotbah di Tepi Danau”. Bacaan menarasikan dua topik dalam tiga adegan. Topik pertama tentang Yesus membangkitkan anak Yairus. Topik kedua Yesus menyembuhkan perempuan berpenyakit pendarahan. Kedua topik itu dirangkai dalam tiga adegan. Adegan pertama mengisahkan Yesus baru tiba di tepi danau dari seberang. Banyak orang mengerumuni-Nya. Datanglah seorang kepala rumah ibadah bernama Yairus kepada Yesus dan bersujud memohon kepada-Nya. “Anakku sakit, hampir mati. Selamatkanlah.” kata Yairus. Dalam narasi itu tidak disebutkan jawaban verbal Yesus. Yang ternarasikan adalah “Lalu pergilah Yesus dengan orang itu (Yairus) … “ (ay. 24). Adegan kedua ialah situasi perjalanan Yesus ke rumah Yairus yang diikuti oleh banyak orang sehingga berdesak-desakan di dekat Yesus. Dalam kerumunan orang yang mengikuti perjalanan Yesus itu ada seorang perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Ia sudah menghabiskan apa yang ia punya untuk berobat ke berbagai tabib, namun tak sembuh jua. Ia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus. Ia berkeyakinan dengan menjamah jubah Yesus dari belakang saja ia akan sembuh. Dijamahlah jubah Yesus dan seketika ia sembuh. “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” tanya Yesus berpaling ke belakang. Perempuan itu langsung bersujud di hadapan Yesus. “Hai anakku,” kata Yesus kepada perempuan itu, “imanmu telah menyelamatkanmu. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah penyakitmu!” Dalam pada itu datanglah kerabat Yairus menyampaikan kepada Yairus, “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” Mendengar kabar itu Yesus tidak menghiraukan, “Jangan takut, percaya saja!” Setiba di rumah Yairus, Yesus berkata, “Anak itu tidak mati, tetapi sedang tidur.” Mendengar itu orang-orang di sana menertawai Yesus. Yesus kemudian mengajak orangtua anak itu ke kamarnya dan berkata, “Hai anak, bangunlah!” Seketika anak berusia 12 tahun itu bangkit dan berjalan. Hadirin di sana sangat takjub. Itulah adegan ketiga. Dari bacaan Injil Minggu ini kembali Yesus mengajarkan mengutamakan kemanusiaan. Ia tidak bertanya apa pun ketika Yairus meminta Yesus menyembuhkan anaknya. Ia langsung menuju rumah Yairus. Padahal Yesus baru saja tiba dari seberang danau. Setelah menyembuhkan atau malah membangkitkan (resuscitate) anak itu, Yesus menyuruh memberi makan anak itu, bukan menceramahi orang-orang yang sebelumnya menertawai-Nya. Kepada perempuan yang berpenyakit pendarahan menahun, Yesus malah memberkatinya tanpa bertanya apa pun. Tidak berkhotbah.  banyak orang Kristen mencerap membantu penyelenggaraan ibadah selebrasi adalah melayani atau pelayanan. Padahal dalam kitab-kitab Injil pelayanan Yesus bagian terbesar terjadi di luar rumah ibadah. Pelayanan gereja mestilah juga secara serbacakup menyentuh kemanusiaan, bukan disempitkan berkhotbah berapi-api di mimbar itu adalah pelayanan, membantu lancar ibadah selebrasi adalah pelayanan,  tidak salah tapi jangan berhenti di situ. Dalam bacaan Injil secara terang Yesus mau menekankan bahwa Ia mendahulukan mereka yang benar-benar memerlukan, mereka yang berada dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, dan mereka yang tidak mendapat pertolongan. Yesus datang untuk membuat manusia peka dan mengarahkan perhatiannya kepada mereka yang tak berdaya dan terpinggirkan. Yang menggelitik adalah adegan kedua ketika seorang perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan menjamah jubah Yesus. Inisiatif dari perempuan itu dan Yesus bereaksi. Mengapa saya sebut menggelitik? Kadang orang yang menderita menahun aktif meminta bantuan gereja. Apakah gereja bereaksi membantu? Macam-macam. Ada yang kudu dibicarakan dalam persidangan Majelis Jemaat. Lambat laun isu itu hilang senyap. Berbeda halnya ketika pegawai KPK yang gagal TWK datang mengadu, gereja langsung bereaksi. Mengapa? Tentu saja karena reaksi gereja akan diliput media massa. Dengan terkenal siapa tahu mendapat tawaran komisaris BUMN? Sejak setahun lalu bagian terbesar gedung-gedung  gereja arus-utama kosong, karena ibadah dilakukan secara virtual. Beberapa hari terakhir rumah sakit sudah tumpat dengan pasien Covid. Seperti bacaan kita “Lalu pergilah Yesus dengan orang itu … “ gereja datang menjemput bola. Gereja menawarkan kesanggrahan untuk merawat pasien-pasien Covid. Kalau belum sanggup, sediakan kesanggrahan untuk orang-orang yang melakukan isolasi. Sudah tidak ada gunanya lagi berdebat atau bahkan mengecam pemerintah dalam menangani pandemi. Keselamatan masyarakat di atas segalanya. 🙏🙏🙏Selamat bertindak 🙌🙌🙌Tuhan memberkati STT BAPTIS INJILI, CEPOGO,  BOYOLALI, TITUS ROIDANTO 

Jumat, 25 Juni 2021

VAKSIN, SERIAL SUDUT PANDANG

VAKSIN, SERIAL SUDUT PANDANG

Secara rasional, emosional dan spiritual bagi kita tidak ada alasan untuk menolak vaksinasi. Sejak vaksin Covid-19 resmi diproduksi dan diujicoba dari orang, kita seharusnya menyatakan siap siap disuntik vaksin bila vaksin sudah. Saat ada surat edaran di lingkungan RT Perumahan kita tentang siapa yang akan mendaftar program vaksinasi Covid-19, . Sebagai warga negara yang memiliki mandat negara, vaksinasi yang juga merupakan peristiwa iman spiritual. Vaksinasi layak dijalankan dengan iman percaya yang kuat. Kita harus yakin bahwa program ini adalah salah satu jalan Tuhan untuk menyelamatkan kehidupan umat-Nya. Vaksinasi adalah ekspresi kasih Tuhan kepada seluruh umat manusia yang dikasihiNya. Mendukung program vaksinasi Covid-19 yang sudah disiapkan oleh pemerintah dengan sangat hati-hati, sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang masih ragu untuk divaksin. Semakin banyak jumlah orang yang divaksin maka akan terbentuk komunitas kebal terhadap Covid-19. Dan bila ini terjadi berarti pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan. Kekebalan populasi terbentuk. Dengan demikian penolakan masyarakat terhadap vaksinasi bukanlah tindakan yang rasional dan merupakan sikap kurang bertanggung jawab. Apabila penolakan itu dilakukan warga gereja maka kita gagal menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Selain itu penolakan terhadap vaksinasi akan terbuka lebar jalan terjadinya penyebaran penyakit sehingga kita bukan menjadi berkat melainkan beban atau laknat bagi sesama. Artinya, penerimaan vaksinasi yang direkomendasi oleh otoritas kesehatan dan kemudian ditunjuk pemerintah merupakan tanggung-jawab sosial gereja yang sangat membanggakan. Yang menarik, selain untuk melindungi diri, vaksin juga dapat berfungsi untuk melindungi orang-orang sekitar. Sebab kemampuan patogen untuk menyebar dalam suatu komunitas yang anggotanya telah mendapatkan vaksin menjadi terbatas. Hal inilah yang disebut sebagai kekebalan kelompok. Melalui kekebalan kelompok, orang-orang yang tidak bisa divaksinasi juga akan terlindungi, seperti orang dengan imunitas rendah atau yang memiliki penyakit kronis. Menghadapi isu akhir jaman, 666 dan laennya, Alkitab mengajarkan, berjaga-jagalah: “Karena itu berjagajagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang (Matius 24:42). Tanda-tanda sudah ada, tapi apakah itu akhir dari segala sesuatu. Kita tidak tahu dan tidak perlu tahu “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga  tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36). Yang penting, hiduplah sebagaimana kehidupan orang yang percaya pada Yesus Kristus, jagalah iman dan kesalehanmu: “jika Aku datang, apakah kutemui iman di bumi?” Jangan jadikan keduniawian sebagai sasaran dan tujuan hidupmu, disadari atau tidak disadari. Menyembah keduniawian berarti memakai tanda 666, menyembah setan. orang Kristen harus taat pada kebijakan pemerintah terkait penanganan Covid-19 dan mendengar nasihat para ahli kesehatan. Penyakit ini menelan  Korban yang hingga hari ini berjumlah 5,5 juta orang terinfeksi menurut Worldometer, adalah kondisi sebenarnya. Sudah banyak penelitian yang melihat hubungan langsung antara kepercayaan pada Teori Konspirasi dengan kurang patuhnya masyarakat terhadap peraturan pemerintah terkait penanganan Covid-19. Jika masyarakat kritis, tidak mudah termakan hoax, mereka seharusnya menaati anjuran pemerintah untuk vaksin dan prokes., disimpulkan bahwa 666 adalah Kaisar Domitianus dan di sepanjang sejarah gereja orang Kristen memaknainya sebagai tokoh yang berseteru dengan gereja. Wahyu 13:18 tidak menubuatkan kedatangan virus Covid-19 atau tokoh yang menciptakannya, Bill Gates atau Rockfeller atau WHO atau China. Sampai saat ini, tokoh-tokoh yang dicurigai tidak terbukti melakukan tekanan pada orang Kristen. Oleh sebab itu, adalah tidak benar menghubungkan konsep 666 dengan tokoh-tokoh di atas. Selanjutnya, 666 bukan tanda berupa chip yang wajib ditanamkan di dahi setiap orang. Oleh sebab itu, sepatutnya orang Kristen menerapkan tiga sikap berikut ini. Pertama, sikap kritis. Para rohaniwan, khususnya dan orang Kristen pada umumnya, tidak mudah terpapar berita media sosial yang tidak jelas sumbernya dan tidak menyebarkannya tanpa menyaringnya. Ini berbahaya. Orang Kristen harus menyebarkan berita damai sejahtera, dan bukan berita yang tidak jelas “juntrungnya”. Kedua, sikap kritis pasti akan melahirkan ketaatan pada protokoler kesehatan yang ditetapkan WHO dan dikawal pelaksanaannya oleh pemerintah Indonesia. Ini adalah salah satu saat dimana orang Kristen menunjukkan ketaatannya pada pemerintah dan mejadi garam dunia. Sikap ketiga adalah berjaga-jaga. Menghadapi isu akhir jaman seperti di masa pandemi ini, berjaga-jaga adalah sikap yang sangat tepat. Kapan saja Tuhan Yesus dan dimana saja itu adalah ranah Allah, wewenang Allah, untuk Tuhan Yesus datang kedua kalinya.VAKSIN, Cuman sebuah pemikiran saja, cuman sekedar sharing tidak ada kepentingan apapun,  Vaksin adalah tindakan luwih becik tinimbang aluwung, Vaksin adalah tindakan lebih baik daripada, Tapi vaksin adalah tindakan terbaik saat ini, vaksin tindakan paling bernalar saat ini karena belom ada obat nya untuk kasus covid. Karena sampai saat ini gak ada alat ukur yg bisa membuktikan serum vaksin yg sudah disuntikan benar - benar telah membentuk antibodi seseorang sempurna 100%. Semua jenis vaksin,  vaksin apapun tak bisa dibuktikan efektifitas nya 100 %, kalo kemudian setaon itu seseorang itu stlh divaksin tidak terpapar covid19 ataupun terpapar tidak bergejala,  juga tidak bisa dibuktikan ataupun tidak ada alat ukurnya, apakah benar karena vaksinnya telah membentuk antibodi 100%, atau karena sebab - sebab yg laen. Semua jenis vaksin,  itu sebetulnya disuntikan saat orangnya bugar,  padahal kebugaran seseorang gak ada alat ukurnya, per individual beda, yg bener proses nya saat divaksin itu gula darah, kolesterole, asam urat, tekanan darah,  kadar oksigen dlm tubuh,  dll dlm kondisi normal, shg pembentukan antibodi 100%, saat pembentukan juga gak boleh terserang sakit, itu juga mengganggu proses pembentukan antibodi,  shg hasil pembentukan antibodi dari vaksin itu gak bisa dijamin atau gak bisa diukur pd seseorang, apakah berhasil 100% atau tidak,  itulah kenapa tetap harus prokes, tekanan darah tinggi Gak boleh, gula darah tinggi gak boleh divaksin,  krn percuma,  antibodinya gak terbentuk.  Kalau mau vaksin pemerintah harus menyiapkan test kolesterol, asam urat, kadar gula darah untuk setiap anggota masyarakat yang akan vaksin, tentunya biayanya menjadi sangat tinggi, riskan dilakukan, tapi sebetulnya seharusnya begitu proseduralnya. Oleh karenanya sangat dipahami kalo mo jujur memang efektifitas vaksin itu dibawah 50%, tapi itu jalan terbaik yg bisa ditempuh oleh pemerintah saat ini. Vaksin bukan obat. Pemerintah lagi ngejar kekebalan populasi, kekebalan populasi bisa ditempuh 2 cara, 1. Vaksin,  2. Membiarkan virus menyebar alami serta seleksi alam yg terjadi siapa yg kuat bertahan,  yg tidak kuat ya sudah alam yg menyeleksi. Karena kalo prokes diperketat terus efek samping e yoch perekonomian iso berhenti itu juga sama aja mati terbunuh, masyarakat gak bisa makan, pemerintah bantu terus yo sepiro kuate, kalo dilonggarkan prokes,  golongan rentan COVID19 ya kasian, angka kematian juga bisa tinggi nanti pemerintah lagi yg disudutkan,  membiarkan seleksi alam juga pemerintah juga bisa disalahkan seperti tidak bertindak apapun, yang dijaga pemerintah itu kan jgn sampai chaos,  terus terjadi perebutan kekuasaan oleh karena memanfaatkan situasi kondisi, shg mendorong vaksin itu menjadi pilihan, 🙏🏻🙏🏻🙏🏻Selamat Vaksin 🙌🏻🙌🏻🙌🏻Tuhan memberkati (STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI,  JATENG,  2021, TITUS ROIDANTO) 

Rabu, 16 Juni 2021

MEMANDANG PGI DARI DUA SUDUT PANDANG BERBEDA, PERIHAL TWK - KPK, SERIAL SUDUT PANDANG

MEMANDANG PGI DARI DUA SUDUT PANDANG BERBEDA, PERIHAL TWK - KPK, SERIAL SUDUT PANDANG

Apakah gereja boleh berpolitik? politik moral.  Boleh dan bahkan harus. Yesus berpolitik. "Kristus Yesus adalah Tuhan" dalam Filipi 2:11 juga pernyataan politik. Yang tidak boleh adalah gereja berpolitik praktis. Jagad maya digonjang ganjingkan dg pernyataan seruan kenabian PGI,  perihal TWK (test Wawasan Kebangsaan)-KPK. banyak argumentasi pro maupun kontra, kalangan kristiani ibaratkan binatang yg bisa membelah diri,  yang awalnya satu tubuh,  kini membelah diri dg posisi dan kedudukan masing - masing,  baik mendukung bahkan membela PGI atau malah menghujat bahkan mencibir PGI tentunya dengan berbagai argumentasinya. Gereja sudah sering mengandalkan Roma 13 untuk membuat posisi berpolitik. Sayangnya mereka sering juga lupa membenturkan Roma 13 dengan Wahyu 13. Pemerintah merupakan hamba Allah (Roma 13), tetapi juga dapat berubah menjadi monster yang menakutkan (Wahyu 13). Gereja juga sepatutnya mengikuti teladan Yesus yang saya imajinasikan dari Markus 12:13-17. Dalam perikop ini ada beberapa unsur yang ditampilkan, yaitu (1) orang Farisi dan pendukung Herodes yang Yesus sebut orang munafik, (2) Yesus sebagai orang jujur, mengajar dengan jujur, dan dengan segala kejujuran, dan (3) koin Dinar yang ada gambar dan tulisan kaisar (Roma). Sebenarnya Yesus tidak bersetuju, jika membayar pajak diartikan untuk menunjukkan pengakuan terhadap kekuasaan kaisar. Dengan bahasa masa kini barangkali Yesus akan bertanya,”Gambar siapa tuh?”. Jawab,”Gambar presiden!” Kalau begitu, berikan saja kepada presiden, kata Yesus. Sebenarnya Yesus mau mengatakan bahwa kekuasaan presiden cuma di uang itu thok! Yesus mau menyindir para pejabat yang mencari makan dari kekuasaan presiden dengan menindas bangsa sendiri, tetapi tidak berani melawan monster-monster penguasa yang menyeramkan itu. Baiklah kita coba menggumuli dua ringkasan sudut pandang agar kita bisa lebih bersikap berimbang perihal PGI dalam hal TWK -KPK.
SUDUT PANDANG PERTAMA
Sebetulnya urusan TWK - KPK itu urusan antar pekerja dan pemberi kerja, jadi yg turut campur seperti PGI atau yg laennya sudah salah kaprah. Kecelakaan kerja terjadi akibat dari akumulasi tindakan dan perilaku tak aman, yang dalam basa Jawanya unsafe acts and behaviours. Menghindari kecelakaan adalah dengan menurunkan unsafe acts and behaviours sampai nihil. Melihat kemarakan slogan keselamatan kerja dewasa ini saya jadi teringatkan betapa pentingnya TWK itu bagi pemegang kekuasaan. Salah kaprah karena Komnas HAM dan PGI, membela Novel Baswedan dan Yudi Purnomo berjumlah 75 orang yang tidak lulus Tes Wawasan Kebangsaan. persoalan Novel dengan KPK bukanlah persoalan politik, apalagi persoalan agama. “PGI perlu mengingat hal ini,”. Persoalan Novel cs adalah merupakan konflik pekerja, yakni antara pemberi gaji Pemerintah melalui KPK dengan penerima gaji. Dengan dibentuknya Wadah Pegawai (WP) di KPK oleh Novel Cs semakin mengukuhkan bahwa keberadaan Novel cs di KPK adalah pegawai alias pekerja. Di mana segala masalahnya sebagai pekerja harus berkordinasi dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Serikat Pekerja Indonesia (SPI). Begitu juga mengenai perselisihannya sebagai pekerja yang memiliki serikat pekerja atau serikat buruh atau wadah pegawai dalam satu perusahaan harus mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan. Agar penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan lainnya, seperti pembayaran pesangon bisa segera tercapai. Hal tersebut lantaran Indonesia hanya mengenal Pegawai Negeri Sipil (ASN) yang tergabung dalam Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dan pegawai swasta atau buruh yang tergabung dalam SPI. Jadi sangat salah kaprah jika Ombudsman dan Komnas HAM, mau diperalat dan diseret-seret Novel cs dalam masalahnya. Lebih salah kaprah lagi jika PGI sebagai lembaga gereja mau diseret-seret Novel cs,”. Dengan adanya WP di KPK, diarankan lembaga yang mereka buat inilah yang harusnya membangun komunikasi ke SPI dan Depnaker. Ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Seharusnya mengingatkan PGI dan organisasi yang mau diseret seret Novel Cs bahwa kewajiban tes TWK bagi calon ASN adalah syarat mutlak. Bagaimana pun seluruh ASN harus patuh dan berorientasi pada Wawasan Kebangsaan Pancasila agar ASN tidak dilumuri kelompok kelompok radikal, apalagi kelompok Taliban. Sehingga Keputusan pimpinan KPK yang mewajibkan pegawainya mengikuti TWK sudah sangat tepat dan sesuai statment Presiden. Bagi yang tidak lulus harus berjiwa besar segera keluar dari KPK. Lembaga antisuap  ini bukanlah milik pribadi Novel yang bisa dijadikannya sebagai kerajaan. Kemudian, jangan sampai terjadi penilaian bahwa KPK adalah Novel dan Novel adalah KPK, masih banyak orang yang lebih hebat dari Novel di dalam internal KPK. “Namun gegara framming terhadap Novel begitu dihebohebokan sehingga semua prestasi yang dicapai KPK selama ini, seolah olah adalah hasil kerja pribadi Novel Baswedan seorang mantan Komisaris Polisi. Kesan ini yang harus dibersihkan. “Seluruh anak bangsa harus menyadari KPK adalah milik bangsa Indonesia dan bukan milik pribadi Novel Baswedan,” Hal Kerajaan Allah itu seumpama TWK. Orang-orang sombong meremehkannya. Mereka menghina hikmat. Mereka tidak berjaga-jaga. Ketika tiba waktunya mereka kalah dari orang-orang bertekun. Orang-orang sombong itu dihempaskan ke ruang paling gelap yang penuh ratapan dan kertakan gigi. Pada kenyataannya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bawah kepemimpinan Komjen Pol. Firli Bahruli patut diapresiasi seluruh lapisan masyarakat. Tercatat sejumlah torehan capaian kinerja lembaga antirasuah pada tahun 2020 memiliki peringkat tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sumber data tersebut merupakan hasil dari lembaga KPK. Kinerja KPK pada periode tahun 2020 telah berhasil memulihkan serta melakukan optimalisasi aset Pemda dan milik negara dengan total sekitar Rp 592 triliun. Ketika Firli Bahuri masuk dalam daftar pendek calon komisioner KPK (2019), ia mendapat pertentangan dan kecaman keras dari masyarakat lewat media. Singkat cerita Firli mendapat stigma orang jahat yang tidak pantas dan tidak boleh menjadi pemimpin KPK (kata yang benar adalah pemimpin bukan pimpinan, karena pimpinan adalah hasil memimpin). Dengan prapaham Firli adalah orang jahat, maka apa pun langkah yang dibuat Firli dinilai oleh masyarakat yang berseberangan dengan dirinya adalah buruk dan melemahkan KPK. Sepekan terakhir riuh dengan isu PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) yang membela 75 pegawai KPK yang gagal tes wawasan kebangsaan (TWK). PGI menolak stigma “Taliban” untuk mengeluarkan pegawai yang gagal TWK. Dalam laman PGI Sekum PGI mengatakan “Tujuh dari sembilan orang pegawai KPK yang berkunjung ke Grha Oikoumene PGI pada hari Jumat kemarin (28 Mei  – mds.) jelas-jelas tak bisa dikategorikan ‘kadrun’, ‘Taliban’, dan diksi-diksi serupa yang sangat bias identitas (agama), karena mereka merupakan warga gereja”. Sekum PGI dalam hal ini tepat sekali. Warga gereja tidak tepat disebut atau distigma “Taliban”. Sayangnya Sekum PGI tidak mengurai lebih lanjut ke khalayak. Entah lupa entah tutup mata. Istilah fundamentalis dan fundamentalisme justru dilekatkan pertama kali kepada gereja dan warga gereja pada awal abad XX. Ideologi fundamentalisme terbukti masuk ke dalam kehidupan bergereja di Indonesia. Bahaya fundamentalisme Kristen bagi kehidupan bergereja dan bernegara juga sudah dibahas panjang-lebar tinggi-rendah oleh teolog-teolog ekumenis di Indonesia. Apakah saya hendak mengatakan bahwa ketujuh orang yang disebut Sekum PGI itu fundamentalis Kristen? Bukan itu maksud saya. Yang saya kecam adalah pernyataan terburu-buru PGI bahwa pemecatan sejumlah pegawai KPK yang gagal TWK sebagai pelemahan KPK dan kecaman terhadap PGI oleh warganet dianggap oleh PGI sebagai korban konspirasi kelompok yang hendak melemahkan KPK dengan stigma “Taliban”. Saya mendukung dan mendorong Gereja untuk terus menyampaikan suara kenabian ketika Pemerintah menindas kaum marginal seperti yang Yesus lakukan. Gereja juga harus menentang kelompok-kelompok yang menggunakan segala cara untuk berkuasa. Pertanyaannya, apakah memang sudah diyakini 75 orang pegawai KPK yang gagal TWK itu adalah orang-orang tertindas? Bagaimana jika sebaliknya mereka justru orang-orang yang menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Bagaimana jika mereka adalah orang-orang yang disebut di atas memberantas korupsi dengan semangat balas dendam? Jangan-jangan pengurus PGI membuat pernyataan dengan prapaham Firli Bahuri adalah orang jahat sehingga apa pun yang diputuskannya melemahkan KPK? Bacaan Injil Markus 4:26-34, Kerajaan Allah itu, kata Yesus, seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Pada malam hari ia tidur dan saat ia bangun pada siang hari benih itu mengeluarkan tunas dan makin meninggi setiap hari. Benih itu menjadi tanaman. Bagaimana pertumbuhannya tidak diketahui orang itu. Ketika tanaman itu berbuah, orang itu menuainya. Kemudian Yesus memberikan lagi perumpamaan kepada para pendengar-Nya. Hal kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Biji sesawi merupakan biji terkecil di antara benih yang ada, kata Yesus, tetapi ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.Pesan perumpamaan Yesus itu kepada gereja agar tidak arogan. Kerajaan Allah bukan ditunjukkan dengan gedung-gedung gereja megah dengan warga jemaat ribuan bahkan jutaan. Kalau kemudian gereja menjadi besar itu bukan hasil pekerjaan para pejabat gerejawi, bukan dari kolekte yang besar, melainkan Allah yang bekerja. Seperti halnya pohon sesawi yang melindungi dan menaungi demikian juga halnya dengan gereja. Di sini gereja adalah hamba misi Kerajaan Allah, yang menghadirkan ciri-ciri Kerajaan Allah, bukan Kerajaan Allah itu sendiri. Apakah langkah gereja lewat PGI yang membela 75 pegawai KPK yang gagal TWK berarti sudah menjalankan fungsi gereja menaungi orang-orang terpinggirkan? Belum tentu. Seperti yang saya sampaikan pekan lalu, bagaimana jika sebaliknya, 75 orang itu justru selama ini sombong menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Jadi, menaungi orang-orang terpinggirkan seperti apa? Banyak. Satu contohnya adalah para transpuan. Kehidupan mereka menyedihkan lantaran mereka tak terterimakan dalam masyarakat. Akibat selanjutnya mereka tidak memiliki akses pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi kehidupan. Bahkan banyak dari mereka yang tidak mengantongi kartu identititas negara. diambil dari Markus 3:20-35, Musuh-musuh politik Yesus selalu mengincar kalau-kalau Yesus melakukan kesalahan. Mengapa saya sebut musuh-musuh politik? Dalam Yudaisme tidak ada batas tegas antara politik dan agama. Para pemimpin agama Yahudi dapat dikatakan pemimpin politik, karena saat itu Roma berkuasa di Tanah Yudea. Begitu banyaknya pengikut Yesus membuat  para pemimpin agama Yahudi was-was dan merasa terancam kewibawaan mereka serta kehilangan pengikut. Kali ini ahli-ahli Taurat melempar fitnah kepada Yesus. Ia difitnah bersekutu dengan Beelzebub. Pada masa Perjanjian Lama Beelzebub dikenal sebagai BaalZebub, Dewa Ekron. Dalam perkembangannya Dewa Ekron itu bergeser maknanya menjadi penghulu setan. Niat tulus Yesus yang mau memberdayakan kaum marginal dipolitikkan oleh ahli-ahli Taurat. Yesus dengan cerdas membalas fitnah mereka dengan menyindir cara berpolitik mereka yang memecahbelah bangsa. Ahli-ahli Taurat itu bahkan menggunakan isu yang paling sensitif yaitu tauhid Yahudi. Yesus menanggapi mereka dengan nada tinggi “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun.” (ay. 29). Yesus hendak mengatakan bahwa jangan main-main dengan tauhid. Yesus sedang mengabarkan Injil  Allah dengan memberdayakan kaum marginal. Sementara ahli-ahli Taurat menuduh Yesus bersekutu dengan Beelzebub. Allah itu Roh. Menyekutukan Roh Allah dengan Dewa Ekron alias Beelzebub adalah pelanggaran berat. Kerajaan Israel Bersatu bubar, karena raja berselingkuh dengan ilah lain. Itu yang hendak disampaikan Yesus kepada ahli-ahli taurat yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa.
SUDUT PANDANG KEDUA
Pada sudut pandang diisi yang laen,  medsos bbrp waktu yg lalu dipenuhi dengan pertanyaan atau komentar mengenai apa yang PGI nyatakan mengenai penentangan akan pelemahan KPK. Komentar Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum PGI langsung ramai-ramai dikomentari, bahkan cenderung mengarah ke personal. Di sini juga bukannya saya menginginkan gereja menghentikan kemitraan dengan penguasa. Masalahnya, kemitraan mustahil berarak, jika tidak ada keseimbangan antara kedua lembaga/pihak tersebut. Kemitraan yang seimbang tidak boleh sekadar slogan. Gereja mesti percaya diri akan jatidirinya. Yang saya maksudkan jatidiri bukanlah identity, melainkan innerself. Pengurus PGI dapat memulanya dengan membuang kebiasaan mengundang pejabat negara atau mantan pejabat/penguasa untuk membuka dan memberikan pengarahan pada acara atau rapat gerejawi. Gereja jangan lagi mengobral pernyataan kritis, namun harmless. Misal, berkampanye anti-rokok, mengecam perselingkuhan dalam pernikahan, mengecam film-film porno, dan lain sejenisnya. Semua itu kritis dan baik, namun harmless. Ia tidak berdaya sengat dan tidak berisiko politis. Gereja harus berani mengeluarkan penyataan kritis yang berisiko politis ketika hak-hak rakyat dikebiri. Gereja harus panggah berbelarasa pada orang-orang yang tertindas dari apa pun golongan dan agama mereka. Saya melihat banyak sekali pertanyaan, atau cenderung hujatan, yang saya lihat berasal dari saudara orang Kristen juga dengan kata-kata yang cenderung kok ya kurang santun. Saya punya sudut pandang kedua seperti berikut.  Pertama, sebagai persekutuan gereja-gereja, PGI memiliki dasar, baik teologis maupun organisasi yaitu Dokumen Keesaan Gereja yang berisi berbagai dokumen mengenai kesepakatan bersama gereja-gereja di Indonesia mengenai apa tugas yang harus PGI laksanakan. Berdasarkan mandat Sidang Raya PGI PGI ke XVII di Waingapu Sumba 2019, 2 dari 8 pokok-pokok tugas PGI adalah: "D. Memperjuangkan Keadilan dan Kemandirian Ekonomi  E. Membangun Kesadaran dan Jejaring Politik Warga Gereja " Kedua, salah satu panggilan persekutuan gereja-gereja adalah pelayanan sosial-ekologis, yang dinyatakan dalam Dokumen Keesaan Gereja PGI 2019, Bagian II Pemahaman Panggilan Bersama, A. Pemahaman Panggilan Gereja, Pasal 12.c.:  "Menjalankan pelayanan dalam kasih dan usaha menegakkan keadilan dan Hak Asasi Manusia, perdamaian dan keutuhan ciptaan (bnd. Mrk. 10:45; Luk. 4:18; 10:25– 37; Yoh. 15:16); panggilan gereja pun mengharuskan gereja memerangi segala penyakit, kelemahan, ketidakadilan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam masyarakat. Demikian juga gereja berkewajiban mengusahakan dan memelihara secara bertanggung jawab sumber-sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sebab waktu Yesus berkeliling di seluruh Galilea, Ia melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa ini (bnd. Mat. 4:23). Inilah tugas pelayanan dalam kasih serta keadilan."  Jadi, tugas gereja bicara soal keadilan tidak hanya melulu soal penutupan gereja, tapi juga ketidakadilan, pembelaan terhadap hak asasi manusia, bicara soal perusakan alam, termasuk korupsi sebagai penyakit dan kelemahan bangsa kita. Sayangnya, sampai sekarang gereja masih jarang bicara mengenai topik ini. Jika gereja masih berkhotbah soal keadilan, jangan mencuri, jangan berbohong, jangan mengingini harta sesamamu, maka jangan korupsi juga menjadi topik pengajaran penting. Bahkan, salah satu poin Konteks Panggilan Bersama PGI  dalam Dokumen Keesaan Gereja PGI 2019, Bagian II Pemahaman Panggilan Bersama, Poin B Konteks Panggilan Bersama, Pasal 16 adalah, "16. Konteks sosial-ekologis panggilan gereja-gereja di Indonesia adalah masyarakat yang berada dalam proses reformasi menuju masyarakat yang berkeadaban di mana masalah-masalah sosial-ekologis, ketidakadilan, kemiskinan, pelanggaran Hak Asasi Manusia, korupsi, politik transaksional, politik identitas dan fundamentalisme agama, serta kerusakan ekologis menjadi tantangan bersama seluruh masyarakat, bangsa dan negara, termasuk di dalamnya gereja-gereja. Karena itu, pemberitaan Injil lebih mengambil bentuk pelayanan sosial-ekologis, di samping pemberitaan verbal, dengan memberi perhatian khusus kepada korban-korban ketidakadilan dan pelecehan terhadap hak-hak asasi manusia, terhadap orang-orang miskin dan tertindas serta terhadap rusaknya ekologi. Ini merupakan masalah-masalah sosial-ekologis yang peka dan mendesak untuk diatasi." Perlu dicatat, masalah korupsi, ketidakadilan, pelanggaran Hak Asasi Manusia juga harus disuarakan. Tugas PGI adalah menjadi suara moral, suara nurani, bersuara kepada semua elemen bangsa ini. Mimbar berkhotbah bukan hanya di altar, kita bisa menyuarakan keadilan di mana saja. Nabi Yehezkiel aja bicara keadilan kepada tulang belulang, karena manusianya tidak mau mendengar lagi. Jadi, jika kita setuju PGI menentang perusakan lingkungan di berbagai daerah, kita juga menyetujui isu PGI melawan korupsi. PGI sudah lama bicara mengenai masalah korupsi, juga mengenai pelemahan KPK. Di 2015, PGI sudah bicara soal Revisi UU KPK misalnya, PGI meminta agar revisi adalah untuk menguatkan KPK, bukan melemahkannya. Di 2017 menjalin kerjasama dengan KPK tentang kampanye antikorupsi, bahkan PGI menerbitkan buku saku Gereja Melawan Korupsi di 2018. Di 2019, sudah ada pernyataan PGI menolak revisi UU KPK, yang kemudian tetap terjadi. Jadi kalau sekarang PGI bicara soal isu TWK sebagai bagian dari pelemahan KPK, dia bukan isu baru bagi PGI. Yang terjadi, ada beberapa orang yang gagal lulus di Tes Wawasan Kebangsaan mengadukan kegagalan mereka sebagai upaya pelemahan KPK ke PGI, lalu wartawan mengutip ucapan Ketua Umum PGI. Setelah itu, berbagai pihak langsung melakukan penyerangan tanpa betul-betul membaca isi, atau peristiwa yang terjadi. Kenapa PGI meminta ke Presiden? Karena Presiden punya perangkat untuk menyelamatkan KPK supaya tetap diperkuat. PGI meminta pertimbangan dari pemimpin bangsa kita. Apakah PGI sedang berpolitik? Iya, berpolitik moral,  PGI sedang menyuarakan suara nurani, dengan menyampaikan permintaan kepada Presiden Joko Widodo. Apakah PGI menyerang presiden atau pemerintah? Jika tiap anak yang meminta kepada orangtuanya dianggap menyerang, kepada siapa lagi dia meminta? PGI hampir selalu mendukung program pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk kesejahteraan rakyat, dan sesekali bersuara jika merasa ada yang perlu diangkat seperti permintaan penundaan implementasi Omnibus Law di 2020. Kenapa PGI berkomentar soal TWK? Prinsip PGI adalah melawan pelemahan KPK dan keadilan, yang menjadi tugas moral PGI. Ini bukan sekadar pecat memecat karyawan biasa. Beberapa yang tidak lulus TWK sedang memegang kasus besar. Kalau mau menegakkan TWK, yang kita juga setuju, kenapa tidak memulainya di BUMN? Lalu, bagaimana respons kita ketika Menhan di 2019 menyebut 3 persen TNI terpapar radikalisme? Kenapa tidak dimulai di sana? Teman-teman saya dari NU dan Muhammadiyah juga bicara dan mengeluhkan TWK. Kalau mau, boleh juga kita coba menjawab TWK, lalu lihat apakah bisa lulus? Kedua, mari kita minta saja supaya hasil ujiannya dibuka ke publik, demi prinsip keterbukaan dan biar tidak ada masalah lain. Jika hasil menunjukkan tidak lulus, asal nilai terbuka, pasti semua pihak adem. Mari dibuka. Lalu, apakah Ketua Umum PGI jadi kadrun atau jadi pembela kadrun karena menyatakan hal itu? Jika mengenal PGI dan perangkatnya, juga siapa Pdt. Gomar Gultom, yang sudah lama melayani di gereja dan dunia oikumene, dua kali Sekum PGI dan sekarang menjadi Ketum, pasti kita tidak akan bicara sembarangan mengenai beliau. Pemimpin-pemimpin gereja anggota PGI tiga kali memilih beliau di MPH PGI karena mengenal siapa beliau. Mari berdiskusi dan berdebat dengan sehat, tapi harus tahu bahwa tidak semua pihak akan terpuaskan. Bagaimana dengan gereja yang ditutup? Sudah. PGI berulangkali hadir di tempat gereja ditutup, menulis permintaan, beribadah bersama teman-teman di GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, tapi yang memiliki kemampuan membuka gereja yang ditutup itu kan pemerintah. Apakah kalau kita meminta bantuan ke Presiden untuk meminta membuka gereja-gereja yang ditutup juga dianggap menyerang beliau? Tentu tidak, karena kita meminta tolong pemimpin bangsa kita. Apakah PGI tidak hadir di kasus Poso, Papua, Jambi? PGI sudah hadir ke sana, menjalankan advokasi, dan mengeluarkan statemen mengenai berbagai isu. Hanya saja, tidak semua diliput oleh media.
PENUTUP 
Setelah melihat dua sudut pandang  ini,  kiranya kita bisa lebih netral berimbang melihat permasalahan nya,  Jadi bagaimana sekarang? Mari doakan supaya KPK tetap memiliki taji dalam pemberantasan korupsi. Mari doakan supaya kepolisian dan kejaksaan agung juga terus bersinergi untuk pemberantasan korupsi. Mari doakan gereja-gereja untuk tetap bersuara melawan korupsi. Mari doakan PGI untuk terus bersuara mengenai situasi bangsa kita. Mari doakan pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang kita kasihi untuk memimpin bangsa kita dengan hikmat dari Tuhan. Mari jaga lidah dan jari untuk saring sebelum sharing. Akhir kata, biar tidak terlalu tegang, mari kita baca dan cari info yang benar, baru komentar. Kalau ada salah kata dari saya, saya juga minta maaf, kan orang Kristen bisa saling memaafkan 😊. Semoga kita sehat selalu, God bless us, God bless Indonesia!🙏🙏🙏 Selamat berpolitik, 🙌🙌🙌 Tuhan memberkati (STT BAPTIS INJILI, CEPOGO, BOYOLALI, 2021,TITUS ROIDANTO)

ROH KUDUS BEKERJA, SERIAL SUDUT PANDANG

ROH KUDUS BEKERJA, SERIAL SUDUT PANDANG

Kita percaya  Tuhan adalah  Pribadi  yang omnipresent, Maha Hadir, Dia hadir dimana2, Namun saya juga melihat bahwa kalau Tuhan itu diberi tempat yang seharusnya maka dari setiap doa, ibadah anak2Nya mesti ada kunjungan Allah yang sangat spesial. Kalau kita mengenal Pribadi Allah dengan benar dan menempatkan Dia dengan benar, maka Roh Allah akan hadir dan melawat kita. Ini yang penting, banyak kali orang kristen tidak mengerti bahwa Roh Kudus adalah Pribadi dan Ia adalah Tuhan, tidak kalah bobot dan derajatNya dengan Yesus dan Bapa, hanya karena Ia pribadi yang ketiga, tidak berarti, Ia menjadi yang nomor tiga. Ia tetap Tuhan yang sama dengan Bapa dan Putra. Setiap gereja, pelayanan dan masing2 kita itu memiliki mantel atau jubah masing2, kalau kita bisa mengerti akan jubah kita akan pelayanan kita maka kita bisa menangkap kemana Roh Allah menggerakkan kita. Ini bukan soal jubah siapa yang lebih baik, tapi saya mau berkata setiap kita punya jubah yang berbeda, punya mantel yang berbeda. Begitu kita mengenali, menyadari akan mantel kita, maka akan mudah untuk menangkap kemana Roh Allah membawa kehidupan kita. Mari menggumuli beberapa ayat alkitab, sebagai 8 dasar pergumulan pemahaman kita:
1. Efesus 2:10, Efesus 2:10 (TB)  Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Dalam bahasa inggris bukan hanya 1 pekerjaan baik, tapi pekerjaan  - pekerjaan, lebih dari satu, yang di tetapkan, ditahbiskan oleh Allah. Kemudian dikatakan “walk in them” berjalan di dalam pekerjaan2 yang sebagaimana Allah menciptakan kita. Kita perhatikan kalimat buatan Allah, kata buatan itu berasal dari kata yunani “Poemia”dari kata poemia inilah kemudian lahir kata “poem” atau puisi, sanjak,  sehingga kata poemia ini artinya buatan dalam pengertian “His work of art” hasil dari karya seni Allah bukan hasil karya matematik, bukan hasil karya iptek tapi HIS WORK OF ART, hasil karya seni Allah. Sebagaimana dari kata poemia lahir kata poem, puisi, sanjak, maka seperti sedang bersanjak dengan segala kekayaan batinNya, Allah itu menciptakan kita. Ini yang harus kita mengerti, Allah bekerja sebagai seorang ahli seni yang menciptakan kehidupan kita di dalam Kristus Yesus. Ketika kita mengalami lahir baru, kita dibuat lagi oleh Allah, kita dilahirkan kembali, proses penciptaan hidup kita kembali itu adalah poemia, Dia menciptakan kita sebagai karya seni oleh tangan Tuhan sendiri. Nah karna Allah bekerja sebagai ahli seni, sebagai seorang artis, sebagai seniman, dan kita adalah hasil karya seni  yang paling Agung dari Allah sendiri. Maka kita mulai mengerti sekarang, kalau Ia menciptakan kita, orang2 yg sudah dilahirkan kembali ini sebagai karya seni, tidak mungkin kita ini memahami pekerjaan Allah hanya dengan logika secara matematika, tidak mungkin kita bisa memahami Dia dan pekerjaanNya dengan beberapa rumusan singkat, artinya tidak bisa kita memahami Dia dengan berkata “Oh ada 4 hal, A, B, C, D” tidak bisa, seni itu tidak bisa dipahami hanya dengan logika. Itu mengharuskan kita kalau ingin memahami suatu seni, kita harus bisa membaca bagaimana suasana batin atau kondisi batin, yang ada pada sang seniman. Contoh Dalam puisi ada kalimat “Engkau laksana putri kahyangan” kita tidak bisa menilai “Oh dari kahyangan turunnya pake apa, tingginya berapa, mendaratnya dimana?” tapi itu adalah sebuah ungkapan hati sang seniman kepada orang yang Ia cintai atau kagumi. Itu seni. Naah ini yang harus kita ngerti, Allah menciptakan kita, kita ini buatan, poemia dari pada Allah, Allah menciptakan kita didalam Kristus Yesus sebagai suatu karya seni yang paling agung. Karena Ia pekerjaannya sebagai ahli seni, Dia menciptakan kita dengan seni, menciptakan gerejaNya juga dengan seni, maka berurusan dengan Allah itu gampang2 susah. Gampangnya adalah karena Ia mau dikenal dan berkenan memperkenalkan diri, susahnya kita tidak bisa merumuskan A,B,C,D nya, kita harus memahami nilai yang ada dibatinNya, dengan kata lain kita harus memahami akan hati Tuhan, kita harus mengenal siapa Dia,  kita mesti mengenal karakter Allah, kita mesti mengenal kandungan batinNya, baru kita bisa menyelami akan pekerjaan Allah atas kehidupan kita. Ini dasar yang perlu kita mengerti dulu, pertama tama, kita harus tau kita ini poemia. Yang kedua karena kita ini poemia, buatan Allah, maka kita harus mengerti bahwa karya seni yang betul2 tulen itu hanya satu menghasilkan satu aja, tidak ada duplikatnya, “oh bisa dipotokopi?” itu hasil teknologi, klau betul hasil seni reproduksinya tidak mungkin, karena mood pada waktu itu berbeda2, (mas anyes (kawan saya) mungkin lebih paham sebagai tukang kayu yang menaruh nilai seni ke karyanya, masing2 meja itu kan ukiran, pola, warna tidak persis sama bahkan berbeda, karna perasaan, ide, moodnya mas anyes bisa berubah2) demikian juga dengan kita, krn kita diciptakan sebagai suatu karya seni, mka masing2 kita punya kekhususan, keunikan yang luar biasa, setiap kita punya mantelnya. Dalam Efesus dikatakan ada pekerjaan2 baik yang Tuhan sudah sediakan sesuai dengan mantel kita, dan Allah mau kita berjalan didalamnya, sebagaimana Allah menciptakan kita, sebagaimana Allah memanggil kita, kita berjalan didalamnya. Oleh karena itu saya mau agar kita mengerti dasar yang pertama kita.
2. 2 Korintus 3:17, 2 Korintus 3:17 (TB)  Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. 
dasar kedua yg kita pahami,  Kalau kita belajar matematika tidak ada kemerdekaan, yang ada patokan, ada rumusnya. Tapi kalau kita sudah bicara soal seni, ada kemerdekaan, bukan yang asal2an, tapi ada kebebasan, liberti. Dimana Roh Allah bekerja, dimana Roh Allah diberi kebebasan bekerja disitu ada kemerdekaan, dengan bebas Dia akan melanda kita, bagaimana caranya? Itu terserah Dia, ini yang harus kita mengerti, dimana ada Roh Allah disitu ada kemerdekaan, ada kebebasan, Dia mau bekerja bebas seperti yang Dia kehendaki.
Ada 2 hal yang  saya mau jelaskan, kalau kita membebaskan Roh Kudus bekerja, 
1. Roh Kudus akan menentukan atau merencanakan level dalam setiap kebaktian/ibadah/doa atau dengan kata lain Roh Kudus akan menentukan ketinggian atmosfer drpd pekerjaan Allah dalam setiap kehidupan doa kita. Kalau temen2 masuk dalam pelayanan doa syafaat, biasanya akan ngerti, akan seperti apa ibadah kita hari ini, kalau akan berat, akan tau ini akan berat, kalau sudah breakthrough akan tau ini sudah tembus, atau kita akan tau kira2 apa yang akan terjadi, memang tidak persis tapi paling tidak Roh Kudus biasanya akn memberikan ide tertentu akan seperti apa, kita tidak bisa tentukan level atmosfer Roh ditengah2 kita, Roh Kudus sendiri yang akan menentukan mau sejauh mana Dia akan membawa kita hari ini, kemudian besok akan sejauh mana Dia membwa kita dan seterusnya, dan itu bergantung sepenuhnya kepada Dia, kita hnya bisa menyerah dan Dia akan merencanakan yang terbaik. Makanya sebagai pelayan Tuhan, sebagai pendoa, kita ini tidak bisa tenang, karena kita tidak mengerti dengan cara bagaimana dan di level mana, Dia akan bekerja, mungkin hanya terlintas ide sesaat, karena kita harus ikuti apa yang Tuhan mau, kalau kita liat cara Roh Kudus itu selalu berbeda, acaranya beda, semua bergantung pada Dia sepenuhnyaa, kita tidak bisa atur, sekali lagi ini seni, sulit mendeteksinya, tidak ada rumusnya, kita hnya perlu memahami batinNya.
2. Bagaimana caranya Roh Kudus bisa membawa kita ke level yang Dia mau? Banyak orang menggunakan istilah seperti ini “Roh Kudus membawa kita naik dengan sayap pujian dan penyembahan” , Dia membawa kita naik melalui pujian dan penyembahan, oleh karena itu orang2 yang melayani dalam bidang musik di gereja itu menentukan sejauh mana Roh Kudus bisa membawa kita ketempat yang Dia mau, misalnya dunia roh itu tidak bisa dipisahkan dengan dunia jasmani contoh setan itu bisa tertarik dengan hal2 jasmani, misalnya lukisan, lukisan naga atau simbol2 yang berbau mistis itu bisa atract dia hadir, terus bau2an, kemenyan misalnya, ada bau2an yang bisa attract dia (walaupun Tuhan juga suka bau kemenyan Cuma krn setan ini ingin jadi Tuhan jadi ikut2an, walaupun kemenyannya beda) bau itu bisa attract setan untuk hadir, kemudian musik, vodoo misalnya (dari musik voodo ini kemudian lahir musik blues) ada musik khusus untuk ngundang setan, Roh kudus tidak bisa tertarik dengan gambar, kita bisa pasang lukisan Yesus bahkan sampe seluruh dinding, kita pasang lukisan Yesus, itu gak akan menarik Yesus untuk hadir, kita pake parfume yang paling wangi pun itu gak akan buat Roh Kudus tertarik, tapi yang bisa membuat Dia tinggal dan menguasai kita kalau keluar penyembahan kepada Allah. Dia melihat akan batin kita.
3. 2 Raj 3:14-19, 2 Raja-raja 3:14-15 (TB) 14 Berkatalah Elisa: "Demi TUHAN semesta alam yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan: jika tidak karena Yosafat, raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang dan melihat kepadamu. 15 Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi." Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia. 
Dasar ketiga yg kita gumulkan dr ayat alkitab,  Zaman dulu kalau orang punya predikat nabi, itu perkara yang serius sekali, beda dengan sekarang, kalau ia bernubuat, itu taruhannya nyawanya sendiri, klau sampe meleset hukumannya di rajam sampe mati, dan ini 2 raja Israel dan Yehuda minta pentunjuk Allah, untuk itu Elisa perlu dilingkupi kuasa Tuhan, tapi sebelum itu Alkitab berkata “Panggil dulu pemain kecapi” ketika pemetik kecapi bermain maka kekuasaan Tuhan meliputinya, sehingga keluar nubuatan, setelah Roh Allah melingkupinya, Roh Allah melingkupinya setelah pemetik kecapi memainkan kecapinya, betapa luar biasanya pengaruh musik itu bisa membawa kita masuk dalam hadirat Tuhan, untuk Roh Kudus bisa bebas bekerja ditengah kita, pertama yang perlu kita lakukan adalah kenali dulu akan hatiNya, kita harus mengerti apa yang Dia mau, sebab Dia punya kehendak, perasaan dan selera. bob winer berkata “jangan biarkan pengalaman, latihan kita itu menjadi agama,itu religious spirit” mungkin tidak ada pengarahan khusus sebelumnya dari Roh Kudus, kita buat ini dan itu, tapi sewaktu2, Dia bisa interupsi, kita harus dengan terbuka dan rendah hati berkata “YA, Tuhan” Seringkali kita ini kan sudah terkonsep  “Ya pokoknya aku maunya caranya begini, caraku nyembah ya begini, aku mau nyanyinya lagu ini, suka gk suka ya begini” sejujurnya itu mendukakan hatiNya, sebab Ia punya perasaan dan Ia adalah Pemimpin kita, hadiratNya akan kuat ditengah2 kita, kalau kita mau menyenangkan hatiNya, kalau kita bisa mengerti dan membaca perasaanNya saat itu.
4. 1 Taw 25:1-3, 1 Tawarikh 25:1-3 (TB), 1 Selanjutnya untuk ibadah Daud dan para panglima menunjuk anak-anak Asaf, anak-anak Heman dan anak-anak Yedutun. Mereka bernubuat dengan diiringi kecapi, gambus dan ceracap. Daftar orang-orang yang bekerja dalam ibadah ini ialah yang berikut: 2 dari anak-anak Asaf ialah Zakur, Yusuf, Netanya dan Asarela, anak-anak Asaf di bawah pimpinan Asaf, yang bernubuat dengan petunjuk raja. 3 Dari Yedutun ialah anak-anak Yedutun: Gedalya, Zeri, Yesaya, Simei, Hasabya dan Matica, enam orang, di bawah pimpinan ayah mereka, Yedutun, yang bernubuat dengan diiringi kecapi pada waktu menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi TUHAN. 
Dasar keempat pergumulan kita,  Kita harus ngerti Allah itu adalah Pribadi yang strict atau ketat sekali didalam hal administrasi dan pola kepemimpinan, kalau terjadi kekacauan dalam struktur kepemimpinan, gereja bisa chaos. Mereka menyembah Tuhan, urapan Allah turun, Roh Allah bekerja, keluar nubuat sambil diiringi musik. PL merupakan bayang2, kalau kita pelajari memudahkan kita mengenal siapa Tuhan kita, untuk hadiratNya turun itu tidak bisa semau kita. (Lihat perjalanan Tabut Tuhan, suatu ketika terjadi pristiwa di Eben Haezer, dimana saat itu tentara Israel berperang dengan pasukan filistin, karena mereka terdesak, maka mereka menyuruh hofni dan pinehas membawa tabut ke tempat perkemahan dan mereka pikir, kita pasti menang, nyatanya mereka dibantai orang filistin, tabut Allah dirampas dimasukkan ke kuil dagon, besok paginya dagon jatuh dengan kepala terpenggal di depan tabut, kemudian orang filistin dihajar dengan borok, tabut Allah dipulangkan dan masuk ke bet semes, beberapa orang penasaran, diintip tabutnya, disambar Tuhan, ditaruh di rumah ahimelekh, kemudian oleh Daud dipindahkan ke Yerusalem, tanpa meminta petunjuk Tuhan, ditaruh di kereta yang bagus, di tengah jalan lembunya tergelincir, uza bermaksud memegang tabut agar tidak jatuh, disambar Tuhan), gampang2 susah, tidak bisa semau kita sendiri, seringkali karena kita tidak mengerti pekerjaan Allah itu merupakan seni, lalu kita berpikir sudah cukup berpengalaman, maka kita membuat rumusnya, patokannya, A B C Dnya dan merasa cukup. Tidak bisa, kita harus mengerti hatiNya, kita harus mengenal PribadiNya, baru kita akan belajar mengerti bagaimana Ia bekerja. Ibadah kita bukan liturgi,harus ini, harus itu, itu agamawi, beri Dia kebebasan bekerja, pujian penyembahan akan membawa kita ke puncak, yang perlu kita perhatikan ada titik tertentu dimana Allah betul2 mengunjungi kita dan mencurahkan berkatNya, Dia bawa kita naik, naik, di level tertentu itu titik puncaknya, disitulah tempatnya Roh Kudus melawat kita dan mengunjungi kita. Tuhan itu bekerja ada momentumnya, Dia punya momentum, Dia bukan kerja sembarangan.
5. Yoh 2:1-4, Yohanes 2:1-4 (TB), 1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.  3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."  4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Dasar kelima, Ia berdaulat atas waktu, Dia bekerja dengan waktu yang Dia mau untuk melawat kita
6. Luk 19:41, Lukas 19:41 (TB)  Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 
Dasar keenam,  Ada momentumnya, ada saatnya, dimana Allah melawat kita dalam kehidupan kita, Dia memang omnipresent, tpi ada kunjungan Allah yang begitu spesial, Roh Kudus itu kalau Dia hadir, Dia mau semua orang tau, tapi kalau Dia menarik diri, gak ada satupun yang tau, ketika dititik Dia melawat secara spesial itulah, kita harus cepat tangkap, reaktif, karena disitulah anugerahNya, berkatNya, Ia sediakan, tapi kalau kita miss, kita kehilangan kesempatan itu mungkin tidak akan terulang lagi dan kita mesti nunggu lagi, entah kapan hal yang sama bisa terulang dan yang pasti kita kehilangan semuanya hari itu. Kita perlu mencontoh sikap dari filipus
7. Kis 8:30, Kisah Para Rasul 8:30 (TB)  Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?"
Dasar ke 7, Dia mendengar Roh Allah berkata, dia tau itu momentumnya dia bukan Cuma jalan, tapi alkitab berkata “He ran to him”, filipus lari, detik2 dimana Ia melawat kita jangan nunggu, itu saatnya kita cepat bertindak, nyantol ke Dia, disitulh apa yang kau rindukan sampaikan ke Dia, itu saatnya kita memperoleh sesuatu dari Roh Kudus, Alkitab berkata “Draw me (tarik aku) and we will run after you (dan kami akan menghampiri kamu) respon seperti itu yang Dia mau sebagai gaya hidup dan Roh Kudus kalau melawat kita itu tiba2, suddenly. (Kis 2:1-2). Momentum Tuhan itu jangan sampe hilang, kita mau belajar mengenal Dia lebih lagi, makin kuat Ia bekerja, makin luar biasa, setiap kali Allah melawat kita, tangkap 
 8. 2 kor 4:13, 2 Korintus 4:13 (TB)  Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.
Dasar Yang terakhir, Bagaimana cara kita meraihnya, simpel dengan iman. Spirit of faith, roh iman yang sama, iman itu hasil pekerjaan Roh Kudus, dan iman timbul dari rhema, logos yang dihidupkan oleh Roh Kudus, perlu kita ketahui Bapa itu yang memutuskan, Yesus yang mengerjakan, Roh Kudus memanifestasikan, kalau diumpakan Bapa itu saklarnya on, offnya, Yesus itu kabel dan lampunya, Roh Kudus itu energinya, cahayanya, dari alam roh jadi alam natural itu pekerjaan Roh Kudus, makanya kita perlu akan Roh Kudus, Hari ini kita masih mau belajar, beri Roh Kudus kebebasan bekerja, raih itu dan hidup kita akan berubah. Saya berdoa kita menjadi orang2 yang reaktif dengan apa yang Tuhan mau. 🙏🙏🙏selamat memahami Roh Kudus bekerja🙌🙌🙌Tuhan memberkati,  STT BAPTIS INJILI, CEPOGO,  BOYOLALI, 2021,TITUS ROIDANTO 

Sabtu, 12 Juni 2021

💫SABDA NYUNAR 💫BERPOLITIK

💫SABDA NYUNAR💫 Bacaan Injili  dari Markus 3:20-35. Dikisahkan dalam bacaan Injil Yesus masuk ke sebuah rumah. Seperti biasa kehadiran Yesus menarik perhatian sehingga banyak orang berkerumun di rumah itu sampai makan pun mereka tidak bisa. Mengapa Yesus menarik perhatian banyak orang? Kalau kita baca kisah sebelum perikop bacaan Minggu ini diceritakan bahwa Yesus banyak mengajar dan berkarya dengan menyembuhkan banyak orang sakit dan orang kerasukan roh jahat. Juga diceritakan bahwa Yesus beradu argumen dengan orang-orang Farisi yang membenci Yesus. Yang menarik ialah keluarga Yesus datang ke sana untuk mengambil Yesus, karena menurut orang-orang itu Yesus tidak waras. Bahkan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, “Ia kerasukan Beelzebub. Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Bukan Yesus kalau tidak berani beradu argumen. Kata Yesus, “Bagaimana iblis dapat mengusir iblis? Kalau iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan.” Yesus kemudian memberi ilustrasi untuk merampok sebuah rumah haruslah orang paling kuat di rumah itu diikat. Dalam narasi perikop ini tampak Yesus bernada tinggi kepada ahli-ahli Taurat itu dengan mengatakan, “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun.” (ay. 29). Yesus mengatakan itu, karena ahli-ahli Taurat mengatakan bahwa Yesus kerasukan roh jahat. Musuh-musuh politik Yesus selalu mengincar kalau-kalau Yesus melakukan kesalahan. Mengapa saya sebut musuh-musuh politik? Dalam Yudaisme tidak ada batas tegas antara politik dan agama. Para pemimpin agama Yahudi dapat dikatakan pemimpin politik, karena saat itu Roma berkuasa di Tanah Yudea. Begitu banyaknya pengikut Yesus membuat  para pemimpin agama Yahudi was-was dan merasa terancam kewibawaan mereka serta kehilangan pengikut. Kali ini ahli-ahli Taurat melempar fitnah kepada Yesus. Ia difitnah bersekutu dengan Beelzebub. Pada masa Perjanjian Lama Beelzebub dikenal sebagai BaalZebub, Dewa Ekron. Dalam perkembangannya Dewa Ekron itu bergeser maknanya menjadi penghulu setan. Niat tulus Yesus yang mau memberdayakan kaum marginal dipolitikkan oleh ahli-ahli Taurat. Yesus dengan cerdas membalas fitnah mereka dengan menyindir cara berpolitik mereka yang memecahbelah bangsa. Ahli-ahli Taurat itu bahkan menggunakan isu yang paling sensitif yaitu tauhid Yahudi. Yesus menanggapi mereka dengan nada tinggi “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun.” (ay. 29). Yesus hendak mengatakan bahwa jangan main-main dengan tauhid. Yesus sedang mengabarkan Injil  Allah dengan memberdayakan kaum marginal. Sementara ahli-ahli Taurat menuduh Yesus bersekutu dengan Beelzebub. Allah itu Roh. Menyekutukan Roh Allah dengan Dewa Ekron alias Beelzebub adalah pelanggaran berat. Kerajaan Israel Bersatu bubar, karena raja berselingkuh dengan ilah lain. Itu yang hendak disampaikan Yesus kepada ahli-ahli taurat yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa. Sepekan terakhir riuh dengan isu PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) yang membela 75 pegawai KPK yang gagal tes wawasan kebangsaan (TWK). PGI menolak stigma “Taliban” untuk mengeluarkan pegawai yang gagal TWK. Dalam laman PGI Sekum PGI mengatakan “Tujuh dari sembilan orang pegawai KPK yang berkunjung ke Grha Oikoumene PGI pada hari Jumat kemarin (28 Mei  – mds.) jelas-jelas tak bisa dikategorikan ‘kadrun’, ‘Taliban’, dan diksi-diksi serupa yang sangat bias identitas (agama), karena mereka merupakan warga gereja. Sekum PGI dalam hal ini tepat sekali. Warga gereja tidak tepat disebut atau distigma “Taliban”. Sayangnya Sekum PGI tidak mengurai lebih lanjut ke khalayak. Entah lupa entah tutup mata. Istilah fundamentalis dan fundamentalisme justru dilekatkan pertama kali kepada gereja dan warga gereja pada awal abad XX. Ideologi fundamentalisme terbukti masuk ke dalam kehidupan bergereja di Indonesia. Bahaya fundamentalisme Kristen bagi kehidupan bergereja dan bernegara juga sudah dibahas panjang-lebar tinggi-rendah oleh teolog-teolog ekumenis di Indonesia.Ketika Alexander Marwata masuk dalam daftar pendek Pansel Calon Komisioner KPK (2015), ia mendapat kecaman dari masyarakat lewat media sebagai hakim tipikor pembela koruptor. Dalam kasus sengketa hasil Pilkada Lebak, Banten, Ratu Atut didakwa oleh jaksa penuntut KPK menyuap Ketua MK (waktu itu) Akil Mochtar. Marwata satu-satunya hakim anggota yang menyatakan berbeda pendapat atau dissenting opinion. Menurutnya fakta persidangan tidak meyakinkannya bahwa Ratu Atut menyuap Akil Mochtar dalam sengketa hasil Pilkada Lebak. Dalam ujian kelayakan dan kepatutatan di hadapan Komisi III DPR (2015) Marwata menjelaskan bahwa memberantas korupsi tidak boleh dengan semangat balas dendam. Semangat itu hanya membuat gelap mata sehingga tidak melihat secara objektif. Ketika Firli Bahuri masuk dalam daftar pendek calon komisioner KPK (2019), ia mendapat pertentangan dan kecaman keras dari masyarakat lewat media. Singkat cerita Firli mendapat stigma orang jahat yang tidak pantas dan tidak boleh menjadi pemimpin KPK (kata yang benar adalah pemimpin bukan pimpinan, karena pimpinan adalah hasil memimpin). Dengan prapaham Firli adalah orang jahat, maka apa pun langkah yang dibuat Firli dinilai oleh masyarakat yang berseberangan dengan dirinya adalah buruk dan melemahkan KPK. Apakah kita hendak mengatakan bahwa ketujuh orang yang disebut Sekum PGI itu fundamentalis Kristen? Bukan itu maksud saya. Yang saya kecam adalah pernyataan terburu-buru PGI bahwa pemecatan sejumlah pegawai KPK yang gagal TWK sebagai pelemahan KPK dan kecaman terhadap PGI oleh warganet dianggap oleh PGI sebagai korban konspirasi kelompok yang hendak melemahkan KPK dengan stigma “Taliban”. Saya mendukung dan mendorong Gereja untuk terus menyampaikan suara kenabian ketika Pemerintah menindas kaum marginal seperti yang Yesus lakukan dalam bacaan Injil hari ini. Gereja juga harus menentang kelompok-kelompok yang menggunakan segala cara untuk berkuasa. Pertanyaannya, apakah memang sudah diyakini 75 orang pegawai KPK yang gagal TWK itu adalah orang-orang tertindas? Bagaimana jika sebaliknya mereka justru orang-orang yang menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Bagaimana jika mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Marwata di atas memberantas korupsi dengan semangat balas dendam? Jangan-jangan pengurus PGI membuat pernyataan dengan prapaham Firli Bahuri adalah orang jahat sehingga apa pun yang diputuskannya melemahkan KPK? Pertanyaan-pertanyaan di atas tentu saja sukar untuk dijawab, karena masing-masing pihak berangkat dari prapaham sendiri. Hanya saja kita  berpesan kepada pengurus PGI yang mulia jangan sampai membuat pernyataan menghujat PGI berarti menghujat Roh Kudus.🙏🙏🙏Selamat berpolitik moral🙌🙌🙌Tuhan memberkati 

💫SABDA NYUNAR 💫MEMAHAMI KERAJAAN ALLAH

💫SABDA NYUNAR💫Hari ini adalah Minggu III sesudah Pentakosta atau disebut juga Minggu-Minggu biasa, Markus 4:26-34 menjadi bacaan injilnya. Dari dulu ketika beribadah ke gereja sampai sekarang, sesudah sesi kolekte, saya pribadi waktu masih menjadi majelis atau berkhotbah dan juga petugas atau penatua yg laen,  acap kali berdoa berdoa begini “…agar persembahan (kolekte) dapat digunakan untuk memerluas kerajaan-Mu di bumi …”. Entah pengajaran dari mana doa penuh arogansi ini, enyahlah saya sendiri meniru ucapan doa itu,  kemudian saya mulai belajar dan menggali lagi, Saya menduga ini warisan misionaris yang mengemban misi “Amanat Agung” pengabaran Injil ke seluruh dunia. Bukan itu saja, ada juga saat ini bbrp gereja sebelum sesi kolekte petugas atau penatua membacakan ayat-ayat Alkitab yang seolah-olah menakut-nakuti kalau umat tidak berpartisipasi dalam kolekte akan masuk neraka. Berkenaan dg hal itu, baiklah kita merenungi Injil Markus yg merupakan Injil tertua dari empat Kitab Injil dalam Alkitab. Secara pembagian pasal Injil Markus juga yang paling ringkas tentang kisah perjalanan dan kehidupan Yesus seperti halnya kisah drama. Satu ciri Injil Markus adalah murid-murid Yesus tidak pernah tahu siapa Yesus sampai sekitar sepertiga bagian pertama Injil. Mereka hanya mengenal Yesus sebagai orang yang dapat membuat mujizat, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Konteks bacaan tsb dapat kita lihat dalam pasal 4 ayat 1. Kalau di Injil Matius terkenal dengan “Khotbah di Bukit”, dalam Injil Markus bolehlah kita menyebut “Khotbah di Tepi Danau”. Dikisahkan Yesus mengajar orang-orang di tepi Danau Galilea. Berhubung Ia dikerubungi oleh banyak orang, Yesus naik ke perahu, sedang orang-orang berada di tepian danau. Dalam kesempatan itu Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah. Dapat kita duga para pendengar Yesus dari beraneka latar belakang, yang sangat bolehjadi banyak yang buta huruf. Yesus pengajar ulung. Untuk itulah Yesus tidak pernah membuat takrif (definition) tentang Kerajaan Allah. Yesus mengajar lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah itu, kata Yesus, seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Pada malam hari ia tidur dan saat ia bangun pada siang hari benih itu mengeluarkan tunas dan makin meninggi setiap hari. Benih itu menjadi tanaman. Bagaimana pertumbuhannya tidak diketahui orang itu. Ketika tanaman itu berbuah, orang itu menuainya. Kemudian Yesus memberikan lagi perumpamaan kepada para pendengar-Nya. Hal kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Biji sesawi merupakan biji terkecil di antara benih yang ada, kata Yesus, tetapi ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang besar sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya. Istilah Kerajaan Allah lebih merujuk The Reign of God daripada The Kingdom of God, karena Kerajaan Allah tidak menjadi suatu wilayah atau daerah. Apa yang dimaksudkan Yesus dengan Kerajaan Allah di sini ialah Kedaulatan Allah yang menghadirkan damai sejahtera Allah. Yesus bukan hendak menjalankan teokrasi, namun menyampaikan bahwa Allah hadir di tengah-tengah masyarakat pinggiran yang tidak dipedulikan oleh penguasa. Dalam pautannya dengan perumpamaan pertama Yesus mau mengatakan bahwa Allah turut bekerja dengan orang-orang yang bekerja. Mereka menabur, Allah menumbuhkan, mereka menuai. Tidak perlu ditafsirkan berlebihan, karena para pendengar  Yesus adalah masyarakat biasa. Yesus hendak mengatakan bahwa Allah tidak meninggalkan mereka, tetapi turut bekerja bersama dengan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam perumpamaan kedua Yesus mengambil contoh biji sesawi yang sangat kecil. Yesus hendak menyampaikan bahwa Allah bekerja lewat hal-hal kecil yang luput dari perhatian banyak orang. Namun hasil pekerjaan itu berdampak besar. Benih atau biji kecil itu bertumbuh menjadi tanaman yang besar dan menaungi dan melindungi burung-burung. Kita tidak perlu mencari tahu seperti apa biji sesawi itu. Bayangkan saja seperti biji merica. Pesan perumpamaan Yesus itu kepada gereja agar tidak arogan. Kerajaan Allah bukan ditunjukkan dengan gedung-gedung gereja megah dengan warga jemaat ribuan bahkan jutaan. Kalau kemudian gereja menjadi besar itu bukan hasil pekerjaan para pejabat gerejawi, bukan dari kolekte yang besar, melainkan Allah yang bekerja. Seperti halnya pohon sesawi yang melindungi dan menaungi demikian juga halnya dengan gereja. Di sini gereja adalah hamba misi Kerajaan Allah, yang menghadirkan ciri-ciri Kerajaan Allah, bukan Kerajaan Allah itu sendiri. Apakah langkah gereja lewat PGI yang membela 75 pegawai KPK yang gagal TWK berarti sudah menjalankan fungsi gereja menaungi orang-orang terpinggirkan? Belum tentu. Seperti yang saya sampaikan pekan lalu, bagaimana jika sebaliknya, 75 orang itu justru selama ini sombong menggunakan kekuasaan mereka yang nyaris tanpa batas untuk menindas orang lain? Jadi, menaungi orang-orang terpinggirkan seperti apa? Banyak. Satu contohnya adalah para transpuan/transgender, dll. Kehidupan mereka menyedihkan lantaran mereka tak terterimakan dalam masyarakat. Akibat selanjutnya mereka tidak memiliki akses pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi kehidupan. Bahkan banyak dari mereka yang tidak mengantongi kartu identititas negara. Dalam ayat 33-34 dikatakan bahwa “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian  mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.”. Kita dan para pembaca Injil Markus boleh saja mendua-duga. Akan tetapi yang perlu kita ingat bahwa penulis kisah teologis Injil Markus bercerita tentang Yesus dan para murid, bukan apa yang dibicarakan oleh Yesus dan para murid. Penulis Injil menyampaikan pesan penting kepada para rohaniman untuk tidak merasa paling tahu, untuk tidak membuat “kisah-kisah Injil baru”, sehingga merasa menjadi pemegang kebenaran tunggal. Kita lebih baik memosisikan diri sebagai pendengar umum, bukan mencari-cari pembenaran untuk meneguhkan kekuasaan. Kristen hadir di bumi Indonesia bukan untuk menerapkan teokrasi. Doa kolekte “…agar persembahan (kolekte) dapat digunakan untuk memerluas kerajaan-Mu di bumi …” jangan diucapkan lagi. Dengan demikian kehadiran gereja seperti pohon sesawi yang menghadirkan perlindungan dan keteduhan, bukan kegaduhan dan keangkuhan. Hal Kerajaan Allah itu seumpama TWK (Test Wawancara Kebangsaan). Orang-orang sombong meremehkannya. Mereka menghina hikmat. Mereka tidak berjaga-jaga. Ketika tiba waktunya mereka kalah dari orang-orang bertekun. Orang-orang sombong itu dihempaskan ke ruang paling gelap yang penuh ratapan dan kertakan gigi.🙏🙏🙏 Selamat Memahami Kerajaan Allah🙌🙌🙌 Tuhan memberkati 

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...