Jumat, 28 Oktober 2022

Sudut Pandang LUKAS 18:9-14, ๐—•๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ ๐—ฝ๐—ฟ๐—ฒ๐˜€๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜„๐—ถ, kisah doa Farisi dan Pemungut Cukai

Sudut Pandang LUKAS 18:9-14, ๐—•๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ ๐—ฝ๐—ฟ๐—ฒ๐˜€๐˜๐—ฎ๐˜€๐—ถ ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜„๐—ถ, kisah doa Farisi dan Pemungut Cukai

PENGANTAR
Farisi adalah satu faksi di dalam Yudaisme. Farisi merupakan partai politik, sebuah gerakan sosial, dan belakangan aliran pemikiran di antara orang-orang Yahudi yang berkembang pada masa Bait Suci Kedua atau pasca-pembuangan (536 SZB – 70 ZB). Reformasi yang dilakukan Yesus secara radikal menyulut perseteruan antara Yesus dan orang-orang Farisi. Di dalam kitab-kitab Injil disebutkan orang-orang Farisi selalu mencari celah untuk menjatuhkan Yesus. Namun Injil Lukas membedakan orang Farisi dari Injil lain. Diceritakan bahwa orang Farisi adalah lawan sekaligus kawan Yesus. Beberapa kali Yesus diundang makan oleh orang Farisi. Perbedaan paling mencolok dalam Injil Lukas adalah orang Farisi tidak melakukan persekongkolan membunuh Yesus. Bacaan secara diambil dari Injil Lukas 18:9-14. Bacaan Injil Minggu ini perikopnya diberi judul oleh LAI ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช. Kutipan teks saya letakkan di bawah sesudah bagian Lampiran.
Sama seperti banyak perumpamaan Yesus yang beredar lepas tanpa konteks, perumpamaan di atas tampaknya juga seperti itu. Cerita utama perumpamaan itu berada di ayat 10-14a. Pengarang Injil Lukas memberi konteks pembuka di ayat 9 dengan mengarahkan pembacanya pada topik mengenai orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah orang lain. Ia menutup atau menyimpulnya di ayat 14b: “๐˜š๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ช๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ." Penutup perumpamaan sebenarnya kurang ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ. Perumpamaan itu tidak berbicara mengenai orang yang direndahkan oleh Allah dan orang yang ditinggikan oleh Allah, melainkan tentang orang yang dibenarkan Allah dan orang yang tidak dibenarkan Allah (ay. 14a). Penginjil Lukas pernah menerapkan ucapan lepas Yesus tersebut (Lukas 18:14b) di Lukas 14:11. Ia menggunakannya dua kali, sedang penulis Injil Matius hanya sekali (Mat. 23:12). Ucapan lepas Yesus dari sumber “Q” itu ditempatkan dalam konteks narasi yang berbeda oleh kedua penulis Injil. Kita sudah menerima kitab Injil dalam bentuk akhir yang ada kalimat seperti ayat 14b. Di sini tampaknya Lukas hendak melengkapi bahwa doa orang yang rendah hati dibenarkan dan sekaligus ditinggikan oleh Allah. Dalam hal melakukan kewajiban agamawi tokoh pertama itu (orang Farisi) sebenarnya jauh lebih unggul daripada tokoh kedua (pemungut cukai). Apabila orang Farisi menganggap dirinya “tidak sama seperti semua orang lain”, ia tidak salah karena ia memang berbeda dari semua orang lain. Ia adalah orang benar (sering disebut juga anak Terang). Apa yang dikatakannya itu adalah apa yang dilakukannya. ๐˜“๐˜ฉ๐˜ข kalau ia tidak salah, mengapa tokoh kedua yang dibenarkan oleh Allah?

PEMAHAMAN 
Kalau kita melihat konteks yang dibuat oleh Lukas dalam pembuka perumpamaan ia menulis tentang orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain (Luk. 18:9). Lukas sudah mengarahkan penafsirannya di ayat 9. Dengan begitu pembaca berprapaham bahwa ucapan tokoh cerita di ayat 11-12 adalah cuplikan ucapan orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Tampaknya Lukas juga berbicara mengenai orang yang meninggikan diri akan direndahkan Allah dan orang yang merendahkan diri akan ditinggikan Allah (Luk. 18:14b).
Dasar hubungan dengan Allah bukanlah kebenaran yang dibangun oleh manusia, tapi kebenaran versi Allah. Hal itu diperikan melalui hubungan tokoh pertama dan Allah. “Kesalahan” tokoh pertama bukan terletak pada kesalehannya atau pada penilaian bahwa dirinya berbeda dari semua orang lain, melainkan pada cerapannya bahwa kesalehannya itu dapat menjadi dasar hubungannya dengan Allah. “Kesalahan” kedua, tidak ada sikap belas kasih kepada orang berdosa yang dianggap gagal memenuhi tuntutan Allah, tidak ada belas kasih artinya tidak ada keadilan, itu bukan kebenaran versi Allah. Tokoh pertama mengandaikan Allah berada di pihaknya dan Allah pasti menolak “semua orang lain” yang berdosa. 
Kedua “kesalahan” itu dikoreksi dengan komentar narator (Yesus) bahwa bukan tokoh pertama yang dibenarkan Allah, melainkan tokoh kedua (Luk. 18:14a). Tokoh kedua mengakui keberadaannya “๐˜›๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ซ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฉ-๐˜ซ๐˜ข๐˜ถ๐˜ฉ, ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ต, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข: ๐˜ ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช.” (ay. 13). Tampaknya Lukas juga mengusung teologi ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ข ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ค๐˜ช๐˜ข, keselamatan adalah pemberian atau anugerah Allah, bukan prestasi agamawi. Apalagi untuk sebuah jabatan di pemerintahan, seharusnya bukan dilihat dari prestasi agamanya (mosok bisa masuk perguruan tinggi atau akademi hanya karena telah katam atau selesai bahkan hafal kitab suci .... Wk ..... Wk).  Saudara, mana yang perlu kita pelihara terlebih dahulu? Mendisiplin diri untuk rajin dalam karya bergereja dan menunjukkan tindakan-tindakan iman kita, atau memelihara hati, membereskan batin kita? Dari 
pemungut cukai kita belajar membenahi hati.  Pemazmur mengatakan, “Selidiki aku Tuhan, kenali hati dan batinku.” Tuhan ingin kita bersikap jujur, adakah yang perlu kita bereskan 
dan bersihkan? dalam hati kita, yang repot lebih banyak orang luka batin, blom selesai dengan dirinya, mencari jawab nya dengan karya bergereja, maka kekacauan yang terjadi, memang semua manusia rapuh, tapi terlebih dari manusia rapuh adalah manusia yang tahu diri. untuk hidup beriman dengan setia dan rendah hati, kita diajak untuk tidak meniru orang Farisi. Dalam kisah perumpamaan di kitab Lukas (Luk. 18:9-14), tampak orang Farisi terlihat begitu religius, namun nyatanya tidak memelihara imannya. Dari mana kita tahu bahwa dia tidak memelihara iman? Dari penilaian Yesus terhadap orang Farisi. Seorang 
pemungut cukai yang dicap sebagai orang berdosa, justru dengan rendah hati menyesali kesalahannya di hadapan Tuhan. Dari 
kedua contoh ini, kita belajar bahwa Tuhan melihat hati manusia, sebab dari dalam hati muncullah tindakan, tanpa topeng. 
Penulis Lukas dalam perikop ini mengulas pandangan Yesus tentang siapa orang yang benar di hadapan Allah. Cara yang Yesus lakukan adalah dengan membandingkan antara 
orang Farisi dengan pemungut cukai. Ilustrasi ini sangat cocok buat pembaca Lukas karena di masyarakat mereka saat itu, orang Farisi dianggap sebagai simbol rohani yang baik, sedangkan pemungut cukai dianggap sebagai simbol orang berdosa yang mengkhianati bangsanya, karena dia bekerja pada bangsa penjajah dengan menagih cukai/pajak dari bangsanya. Namun demikian, Yesus justru memberi penilaian terbalik. Buat Yesus, orang Farisi justru menunjukkan iman yang palsu dengan mempertontonkan ritual agamanya di depan banyak orang. Sementara pemungut cukai yang direndahkan dunia, dibenarkan karena merendahkan hatinya di hadapan Allah. Bagaimana cara memelihara iman kita dan keluarga? Kita perlu belajar dari pemungut cukai. Mereka memiliki keterbukaan diri dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. 
Mereka merasa sebagai orang yang membutuhkan belas kasihan Tuhan. Sebaliknya, orang Farisi tidak rendah hati, tapi “menganggap diri benar dan memandang rendah orang lain”.Teolog N. T. Wright (1948M-sekarang), melihat bahwa perumpamaan ini mengajarkan kita tentang pentingnya 
senantiasa rendah hati di hadapan Tuhan siapa pun kita dan dalam hal apa pun yang kita lakukan, baik yang benar maupun yang salah. Di hadapan Tuhan, kita tidak perlu memberi opini 
atau menyatakan apa yang kita anggap benar. Tapi tiap-tiap, hari kita mengakui betapa lemah dan rendahnya kita di hadapan Tuhan, serta memohon belas kasihan Tuhan. Film Turning
Red, Film ini menceritakan seorang gadis berusia 13 tahun, Mei namanya yang memiliki 
orangtua atau ibu yang keras. Di akhir film ini Mei protes kepada ibunya tapi dia akhirnya berbaikan dengan ibu dan neneknya. Mei menerima kelemahan ibu dan neneknya sehingga mereka berpulih. Demikianlah cara memelihara iman kita dengan Tuhan. Kita perlu berpulih juga dalam relasi kita dengan 
keluarga dan Tuhan. Tidak berhenti berjuang dan tidak menyerah dalam titik kelelahan atas kerapuhan, kelemahan, dan ketidak sempurnaan keluarga. Ironisnya, banyak keluarga Kristen juga kurang memperhatikan iman anggota keluarganya. Mereka kurang mendukung perkembangan mental, emosi dan rohani di dalam keluarga. Buktinya, survei kesehatan mental di Indonesia menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) di tahun 2022, menunjukkan bahwa di antara 
remaja Indonesia berusia 10 – 17 tahun, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Lebih jauh dari itu, satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan 
mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta. Kesehatan mental, emosi dan rohani sangatlah penting buat perkembangan iman orang percaya. Peter Scazzero, dalam 
bukunya tentang “Kesehatan Emosi dan Spiritualitas”menegaskan bahwa kita tidak mungkin dewasa secara rohani jika kita tidak dewasa secara emosi. Karena emosi (perasaan), pikiran dan perilaku adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mental, maka penting sekali kita memelihara dan mengembangkan kesehatan emosi (mental) kita bersamaan dengan kita memelihara iman kita. Jadi, bagaimana caranya agar kita dapat memelihara iman kita dan keluarga kita? dari bacaan Lukas 18 : 9-14, kita kali ini akan memberikan jawaban dari berbagai sudut pandang yang bisa memelihara iman kita bersama. Keluarga adalah Gereja terkecil dalam komunitas hidup orang percaya. Di dalam keluarga, anggota-anggota keluarga saling 
mendukung dalam kasih dan dalam perbuatan baik (Ibrani 10:24-25). Jika keluarga-keluarga Kristen saling memperhatikan perkembangan iman anggota keluarganya, maka setiap keluarga bisa menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk memancarkan sinar kasih-Nya buat dunia ini. Sebaliknya, jika tidak saling memperhatikan, maka iman kita tidak didukung untuk berkembang dan tidak peka atas kebutuhan orang lain. Contohnya seperti orang-orang Farisi yang berdoa di tengah kota, kita akan menjadi seorang Kristen yang rajin menjalani kebiasaan atau ritual sehingga justru menjadi batu sandungan 
buat sesama kita.


Cepogo, 22.10.2022 (TUS)
Lampiran

Kutipan ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿต-๐Ÿญ๐Ÿฐ (TB II, 1997)
๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿต Kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ๐Ÿฌ "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ๐Ÿญ Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ๐Ÿฎ aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ๐Ÿฏ Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ๐Ÿฐ Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab siapa saja meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Sudut pandang Injil Lukas tentang kekayaan, kisah ๐—ญ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ฒ๐˜‚๐˜€ dan pemimpin kaya (Lukas 18:18-27 dan 19:1-10)

Sudut pandang Injil Lukas tentang kekayaan, kisah ๐—ญ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ฒ๐˜‚๐˜€ dan pemimpin kaya (Lukas 18:18-27 dan 19:1-10)

PENGANTAR
"๐˜ž๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ต ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ต ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ช๐˜ง๐˜ฆ; ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ธ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฅ ๐˜ ๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ธ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ช๐˜ต ๐˜ช๐˜ด." Oscar Wilde

Fundamentalis Kristen selalu berkampanye dan mendaku diri paling alkitabiah. Segala ajaran mereka daku dari Alkitab yang mereka imani setiap kata di Alkitab berasal dari Allah yang tidak keliru.
Sebenarnya propaganda mereka itu omong kosong. Fundamentalisme pada dasarnya seleksi ayat, kata Prof. Gerrit Singgih (UKDW) demikian halnya Prof Yoas (STFT) bahkan alm Pendeta Eka Dharmaputera, dalam buku-buku bahkan jurnal yg mereka tulis. Mereka memilih ayat-ayat yang mendukung ideologi mereka dan sekaligus menutup mata pada ayat-ayat yang melawan ideologi mereka.
Kita lihat dengan mengajukan Injil Lukas 18:18-27 (atau paralelnya di Mat. 19:16-26) kepada kalangan fundamentalis. Dalam perikop Injil Lukas itu disebutkan ada seorang pemimpin sangat kaya bertanya kepada Yesus apa yang harus ia perbuat untuk mendapat hidup kekal. Ia mendaku sudah melakukan 10 Perintah Allah sejak muda. Jawab Yesus, “๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ. ๐˜‘๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐™จ๐™š๐™œ๐™–๐™ก๐™– ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ ๐™–๐™ช๐™ข๐™ž๐™ก๐™ž๐™ ๐™ž ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช-๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ.” Ketika mendengar jawaban Yesus, orang itu menjadi amat sedih sebab ia sangat kaya.
Pembaca Injil Lukas dapat mengganti tokoh pemimpin sangat kaya itu dengan pemimpin gereja kaya atau orang kaya Kristen. Mereka mendaku, lewat tulisan dan khotbah mereka, segala ajaran mereka alkitabiah, didasari Alkitab. Jawab Yesus, “๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ. ๐˜‘๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐™จ๐™š๐™œ๐™–๐™ก๐™– ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ ๐™–๐™ช๐™ข๐™ž๐™ก๐™ž๐™ ๐™ž ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช-๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ.” Apakah Tong dan Gilbert atau pemimpin gereja  yang kaya, pemimpin gereja dg mobil mewah berharga ratusan juta, pemimpin gereja yang di tangannya melingkar jam mewah berharga milyard, pemimpin gereja yang punya rumah mewah di kota lain, sudah menuruti perintah Yesus ini?
Seperti ditulis di atas fundamentalisme pada dasarnya seleksi ayat. Kalangan fundamentalis Kristen sangat boleh jadi (kalau bukan pasti) berkelit dengan menafsir perintah Yesus itu adalah kiasan atau metafor tentang hal mengikut Yesus, bukan perintah literal. 
Padahal ahli biblika yang paling “liberal” pun mengatakan itu perintah asli Yesus-Historis. Itu perintah literal Yesus, bukan metafor atau kiasan. Injil Lukas memuat banyak perintah asli Yesus-Historis dengan ciri radikal. Injil Lukas membuat standar sangat tinggi untuk mengikut Yesus. Injil Lukas memang “bukan kabar baik” bagi orang-orang yang status sosial mereka ditentukan oleh kekayaan.  Bacaan yang lain tentang sikap atas kekayaan diambil dari Lukas 19:1-10.
Orang Kristen pasti mengenal tokoh cerita khas Injil Lukas ini, Zakheus, yang menjadi bacaan Minggu ini. Cerita yang didapat sejak Sekolah Minggu ini sangat mudah dikisahkan ulang oleh orang Kristen. Zakheus orangnya pendek. Ia memanjat pohon untuk melihat Yesus. Bahkan mereka sangat hafal ucapan Yesus kepada Zakheus, “๐˜๐˜ข๐˜ช ๐˜ก๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ถ๐˜ด, ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ! ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฎ๐˜ถ!”
Zakheus (Indonesia) atau ฮ–ฮฑฮบฯ‡ฮฑแฟ–ฮฟฯ‚ (Grika) atau ื–ื›ื™‎, zaki (Ibrani) berarti ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ. Dapat juga Zakheus kita sebut ๐˜š๐˜ช ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ. Ironisnya Zakheus ini kepala pemungut cukai. Para pemungut cukai adalah najis dan musuh orang-orang Yahudi karena mereka dianggap antek Pemerintah Roma. Pemungut cukai adalah orang berdosa (Luk. 5:30; 7:34) dan sederajat dengan “perampok, orang lalim, dan pezina” (Luk. 18:11). Zakheus malah bos pemungut cukai sehingga ia orang najis kuadrat.

PEMAHAMAN
Kalangan jemaat Lukas mencerap orang kaya sukar masuk ke surga karena mereka sulit melepas kekayaannya (Luk. 6:24; 8:14; 12:16-21; 16:19-31; 18:18-25). Sudah saya berikan satu contoh dalam pembukaan di atas tentang pemimpin sangat kaya yang sangat berat melucut kekayaannya (Luk. 18:18-27). 
Dengan predikat kepala pemungut cukai dan status sosial orang kaya sudah tidak ada harapan bagi Zakheus untuk diselamatkan dari keberdosaannya. Zakheus sangat menyadari hal itu. Ia bersusah payah memanjat pohon tujuannya ๐˜€๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ “untuk melihat Yesus itu kayak apa sih?” (Luk. 19:3). Tujuan Zakheus ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป untuk mencari hidup kekal seperti pemimpin sangat kaya di atas. Tujuan Zakheus juga ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป untuk mendapat pengampunan seperti perumpamaan tentang pemungut cukai yang datang ke Bait Allah dan memohon, “๐˜ ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช” (Luk. 18:13). 
Tidak diduga oleh Zakheus ternyata Yesus melihat dirinya di atas pohon, meskipun banyak orang di sekeliling Yesus. Yesus bahkan mengenal namanya, walaupun mereka belum pernah bersua. Tak hanya itu Yesus bahkan “harus” menumpang di rumahnya (Luk. 19:5). Zakheus langsung menyambutnya dengan sukacita (Luk. 19:6), tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "๐˜๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ข." (Luk. 19:7).
Zakheus kemudian berkata kepada Yesus, "๐˜›๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต."(Luk. 19:8). Apakah Zakheus mau membagi setengah dari hartanya kepada orang miskin karena ingin mendapat hidup kekal? Sama sekali tidak. Bukan itu saja, Zakheus berjanji ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ถ๐—ธ๐—ฎ๐˜๐—ฎ ia pernah memeras orang, ia akan mengembalikannya empat kali lipat. Tidak ada teks tanya-jawab mengenai hidup kekal yang mendahuluinya. Tampaknya Zakheus memberikan setengah harta miliknya karena ia begitu senang dan sukacita melihat Yesus menumpang di rumahnya. Tidak ada maksud lain.
Bayangkanlah tiba-tiba mobil rombongan Presiden  berhenti di depan rumah kita. Presiden turun dari mobil, berjalan menuju rumah anda, menyapa nama kita. Lalu Presiden bilang bahwa ia mau duduk sebentar di rumah kita. Apa respon anda? Tidak berpikir lama kita pastilah mengeluarkan suguhan terbaik dan terenak bagi Presiden tanpa pernah kita berpikir Presiden akan membalas kita.
Demikian juga halnya Zakheus. Tanpa dinyana oleh Zakheus, Yesus menanggapi Zakheus dan mengganjarnya, "๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ช๐˜ด๐˜ช ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ˆ๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜”๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ." (Luk. 19:9-10). Bukan hanya Zakheus yang mendapat ganjaran, melainkan juga seisi rumahnya yang sudah barang tentu termasuk semua pekerja rumahnya. Padahal yang dibagi-bagikan kepada orang miskin “hanya” setengah milik Zakheus, bukan semuanya, dan sekali lagi Zakheus sama sekali tidak berpikir akan mendapat ganjaran. Betapa berbahayanya seseorang jika tidak tahu bahkan tidak mau tahu, konsekuensi dari segala perbuatannya. Oleh karena itu sangat diperlukan kesediaan untuk memberi diri diubah dan dimurnikan oleh Cinta menjadi pribadi 
yang lebih baik. Sehingga pada akhirnya Tuhan sendiri yang akan menyempurnakan segala ucapan dan perbuatan kita agar berdampak
baik dan menjadi saluran berkat bagi sesama dan segala ciptaan. Cinta Tuhan merestorasi kehidupan, itulah yang terjadi pada 
Zakheus yang menerima cinta Tuhan. sebagaimana arti nama Zakheus yang berasal dari bahasa Ibrani ื™ַื›ַื– - ZAKAI, artinya, murni/ tahir. Perjumpaannya dengan Cinta Yesus merestorasi Zakheus yang sebelumnya dikotori oleh orientasinya yang hanya mementingkan diri sendiri dengan ketamakan dan keserakahan. 
Kemudian direstorasi atau dikembalikan, diperbaiki, diubah dan dipulihkan kepada kondisi yang “murni” baik. Sehingga menjadi 
berorientasi pada kepedulian akan sesama.
Bacaan Injil Lukas ini tampaknya hendak mengatakan bahwa orang kaya ideal menurut petulis Injil Lukas adalah yang berinisiatif menolong orang miskin, korban pemerasan, korban bencana, tanpa pernah berpikir atau mengharapkan pamrih atau imbal balik apapun bahkan sekedar kata WOOOOWWW KEREN dari sesama, bahkan tersirat bahwa petulis Injil LUKAS bahwa orang menjalani jalan teladan Kristus, berteriak WWWWWOOOOOOWWW KEREN atau terkesima atau  melongo atas kekayaan orang lain bahkan sumbangan atau persembahan orang kaya Kristen karena konsep ajaran keteladanan Kristus tidak seperti itu, itupun jadi beda dengan menyumbang karya bergereja. Repot nya lagi, sering orang kaya kristen menjadi madu yang dikerumuni sesama kristennya hanya karena ingin madunya. Bukan seperti pemimpin sangat kaya yang merasa sudah menjalankan 10 Perintah Allah, bukan seperti pemimpin gereja kaya yang mendaku paling alkitabiah karena kata Yesus, “๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ. ๐˜‘๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐™จ๐™š๐™œ๐™–๐™ก๐™– ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ ๐™–๐™ช๐™ข๐™ž๐™ก๐™ž๐™ ๐™ž ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช-๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ.” Injil LUKAS bukan kabar baik untuk orang Kristen Kaya yang tidak mau berbagi dengan orang miskin ... Wk .... Wk๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™. Dari kisah ini kita belajar bahwa sesungguhnya kita diciptakan “sungguh amat baik” artinya setiap manusia memiliki potensi kebaikan itu, hanya saja kehidupan dan kebiasaan terkadang mengotori diri kita sehingga kemurnian dari kebaikan itu tertutupi. Sama seperti Zakheus yang berorientasi pada diri sendiri, kita pun juga sering demikian. Kita hanya mementingkan diri sendiri, berambisi memuaskan keserakahan kita dengan berbagai cara, menumpuk kekayaan sebanyak mungkin tanpa peduli ada yang kita rugikan dan eksploitasi. Kini kita diajak untuk menerima Cinta Tuhan agar kita pun juga bisa dimurnikan, diubah, direstorasi menjadi lebih baik.Yang perlu menjadi permulaan dari segala perubahan itu adalah bagaimana kita menerima dan menyambut cinta Yesus dengan sepenuh hati. Seperti Zakheus yang menerima dan menjamu Kristus, memperlakukannya dengan begitu istimewa. Terkadang kita justru menjadi pribadi yang menyepelekan Kristus dan Cintanya, menganggap biasa dan lumrah. Sehingga kita tidak merasakan setiap perjumpaan kita dengan Kristus itu istimewa dan serius, akhirnya penerimaan kita kepada Cinta-Nya pun menjadi terkesan hanya sekedar rutinitas dan biasa saja. Sebagai contoh dalam ibadah apakah kita sungguh menyambut-Nya sejak awal prosesi Alkitab masuk ke ruang ibadah, sebagai tanda kehadiran-Nya? Apakah kita memiliki antusias Zakheus dalam menyambut Kristus? Jika dalam hal ibadah saja kita tidak memiliki antusias, penyambutan dan penerimaan seperti Zakheus; maka tentu sulit bagi kita untuk merasakan Cinta-Nya dalam keseharian kita, yang kemudian tentu kita juga menjadi sulit berupaya membaharui hidup kita untuk semakin baik dan semakin dimurnikan. “We are dangerous when we are not conscious of our responsibility for how we behave, think, and feel”. Betapa berbahayanya seseorang jika tidak tahu bahkan tidak mau tahu, konsekuensi dari segala perbuatannya. Oleh karena itu sangat diperlukan kesediaan untuk memberi diri diubah dan dimurnikan oleh Cinta menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga pada akhirnya Tuhan sendiri yang akan menyempurnakan segala ucapan dan perbuatan kita agar berdampak baik dan menjadi saluran berkat bagi sesama dan segala ciptaan.

Cepogo, 29.10.2022 (TUS)

Jumat, 14 Oktober 2022

Sudut Pandang Lukas 17:11-19 ๐—ข๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟiman ๐˜๐—ฎ๐—ธ tau ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—บ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ต

Sudut Pandang Lukas 17:11-19 ๐—ข๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟiman ๐˜๐—ฎ๐—ธ tau ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—บ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ถ๐—ต

Dalam dunia Alkitab dikisahkan orang-orang Yahudi memusuhi orang-orang Samaria. Padahal sebelumnya mereka adalah satu negara. Mengapa?
Pada masa Raja Daud dan Salomo cakupan Kerajaan Israel Bersatu (KIB) adalah gabungan Kerajaan Yehuda dan Kerajaan Israel Utara. Kota atau wilayah utama Israel Utara adalah Samaria. Pusat KIB adalah Yerusalem di wilayah Yehuda. Pada 721 ZB Kerajaan Israel Utara takluk pada Asiria (atau Asyur) dan tinggal Kerajaan Yehuda yang masih bertahan. Rakyat Israel Utara bercampur baur dengan orang-orang Asiria sehingga sejalan dengan waktu sudah sulit menampakkan jatidiri mereka. Inilah satu penyebab belakangan orang-orang Yahudi membenci orang-orang Samaria. Namun pada masa itu belum ada istilah Yahudi.
Istilah Yahudi baru menyembul pada masa pembuangan, ketika warga Kerajaan Yehuda kalah perang lalu dibuang ke Babilonia pada 587 SZB. Yahudi merujuk orang-orang Yehuda di Babilonia. Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar. Bait Allah, pusat kultus agama Kerajaan Israel Bersatu yang dibangun oleh Raja Salomo, dihancurkan. 
Masa pembuangan (586 – 538 SZB ) adalah yang terburuk sepanjang sejarah Israel. Bait Allah, yang merupakan kediaman Yahweh di bumi, dihancurkan. Yahweh yang adalah kultus dewa paling super ditundukkan oleh Nebukadnezar. Para imam yang ikut diangkut ke Babilonia menenangkan orang-orang Yehuda. Yahweh mereka tidaklah kalah, melainkan Yahweh sedang menghukum Yehuda karena Yehuda sudah berselingkuh. Perselingkuhan Yehuda tampak pada tindakan Manasye, Raja Yehuda, membiarkan Bait Allah diisi dengan simbol-simbol dewa-dewa Asiria. Juga ketidakadilan para penguasa kepada rakyat Yehuda (lih. Kitab Yeremia).
Babilonia pada akhirnya juga takluk dari Persia dengan rajanya Koresh. Berbeda dari penguasa sebelumnya, Koresh memberikan otonomi terbatas kepada Kerajaan Yehuda. Satu alasannya adalah wilayah Persia yang sangat luas antara Grika di barat dan Sungai Indus di India Timur sehingga untuk mengendalikan wilayah yang sangat luas itu Koresh memberikan otonomi terbatas bagi wilayah taklukannya termasuk Yehuda. Ini dimaksudkan agar para imam dapat menciptakan ketertiban kehidupan di Yerusalem. Sesbazar adalah orang pertama yang memimpin delegasi orang-orang Yehuda kembali ke Yerusalem (lih. Syenasar dalam 1Taw. 3:17-18).
Oleh karena mendapatkan otonomi terbatas bangsa Yehuda menjadi leluasa menjalankan kehidupan beragama. Puncaknya ialah pembangunan ulang Bait Allah (atau Bait Allah II). Sebagai pusat kehidupan Yehuda secara sosio-politik, ekonomi, dan tentu saja agama membuat peran Bait Allah II makin penting. Pada masa inilah ke-Yahudi-an (Yudaisme) menjadi suatu gaya hidup baru yang berbeda dari keagamaan sebelumnya. Ke-Yahudi-an masa pasca-pembuangan merupakan campuran antara kehidupan beragama dan sosio-politik serta ekonomi dengan imam yang terpusat menggantikan peran raja. Orang-orang dari bekas Kerajaan Israel Utara termasuk Samaria tidak masuk atau tidak dianggap dalam ke-Yahudi-an karena keturunan mereka sudah bercampur baur dengan orang-orang kafir.
Minggu ini bacaan dari Lukas 17:11-19. Dalam bacaan Injil Lukas Minggu ini sorotan ceritanya sebenarnya sederhana: ada 10 orang kusta disembuhkan Yesus, tetapi hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih. Namun karena pengarang Injil Lukas adalah pencerita ulung, maka rincian cerita dibuat rumit.
Dikisahkan dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem Ia menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah 10 orang kusta menemui-Nya. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Yesus kemudian memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." 
Untuk diketahui bahwa orang-orang kusta, baik orang Yahudi maupun Samaria, dianggap najis sehingga tidak boleh bersentuhan dengan masyarakat. Mereka umumnya tinggal di pinggir kota atau di luar tembok kota. Itu sebabnya dalam narasi di atas disebut bahwa mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak kepada Yesus. Atas permintaan mereka Yesus menjawab, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Mengapa? Jika mereka disembuhkan, kesembuhan mereka harus dibuktikan di hadapan imam dan mereka harus mengikuti ritual penahiran (lih. Imamat 13-14).
Sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?" 
Yesus kemudian berkata kepada orang Samaria itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—บ๐˜‚." (Luk. 17:19)
Hal sangat penting dalam cerita sederhana itu bukan karena hanya satu orang yang kembali dan mengucap syukur, tetapi satu orang yang kembali itu justru orang Samaria yang oleh orang Yahudi dianggap orang asing, bukan sesama Yahudi, bukan sesama manusia. Sebelumnya penginjil Lukas sudah memberikan perumpamaan Yesus tentang “Orang Samaria yang baik hati” (Lukas 10:25-37).
Kontras antara sembilan orang Yahudi dan satu orang Samaria itu diungkapkan Lukas melalui tiga pertanyaan retorik Yesus (ay. 17-18):
• Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? 
• Di manakah yang sembilan orang itu?
• Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?
Kesepuluh orang beriman itu sama-sama sembuh. Namun hanya satu yang mengalami keselamatan holistik atau seutuhnya seperti dinyatakan dalam ucapan penutup cerita: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป๐—บ๐˜‚ engkau” (Luk. 17:19). Orang Samaria itu tidak sekadar sembuh, tetapi juga selamat.
Dalam Lukas 17 lalu kita membahas “iman kecil yang cukup untuk mengerjakan tugas dan kewajiban gereja” (Luk. 17:1-6). Bacaan Lukas hendak menambahkan bahwa iman jemaatnya juga seharusnya cukup untuk memampukan mereka mengucap syukur kepada Allah yang sudah berkarya melalui Yesus (ay. 16). Mengucap syukur kepada Yesus berarti memuliakan Allah (ay. 18). Lukas di sini hendak mengatakan bahwa orang kafir saja tahu berterima kasih, ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฌ orang beragama atau beriman tidak bisa? Kontras. Iman memang diperagakan, bukan di ukur. Demikian halnya, dalam hidup berkeluarga. Keluarga adalah gereja rumah tangga, seperti juga hidup adalah sebuah perjalanan keselamatan menurut pokok ajaran GKJ, maka keluarga pun akan menghadapi suka duka, bahagia sedih, dalam sebuah perziarahan hidup, dua sisi dalam satu mata koin yang tidak bisa dihindari, tetapi tetap bisa disyukuri apapun keadaannya, karena rasa syukur itu tumbuh dalam keyakinan keluarga bahwa Allah setia, Kristus beserta keluarga apapun keadaannya. Penyertaan Tuhan, yang merupakan janji setia Tuhan yang tak akan pernah diingkarinya itu yang keluarga syukuri, bukan kedukaan atau kesukaannya, bukan kebahagiaan atau kesedihannya (lihat 9 orang yang berbahagia karena sembuh ternyata tidak bisa bersyukur, jadi bersyukur bukan karna bahagia sedih atau suka duka nya), tapi kehadiran Allah dalam tiap kondisi keluarga (suka duka, bahagia sedih) kita itu yang seharusnya kita syukuri, itulah gereja rumah tangga. Kemampuan bersyukur itulah ciri atau karakteristik gereja rumah tangga, keluarga.Roma 8:28 (TB)  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.




Cepogo, 07/10/22 (TUS)

Sudut Pandang LUKAS 18:1-8, ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—บ, doa tak jemu atau pantang menyerah dan tak henti juang

Sudut Pandang LUKAS  18:1-8, ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—บ, doa tak jemu atau pantang menyerah tak henti juang

PENGANTAR
๐˜‹๐˜ฐ๐˜ฏ’๐˜ต ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜จ๐˜ฆ ๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ ๐˜ช๐˜จ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ!” ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฏ.
Dalam dunia peradilan dikenal adagium: Lebih baik membebaskan orang bersalah daripada memenjarakan orang tak bersalah. Ada lagi adagium yang jarang dikenal umum: Lebih baik hakim cerdas yang menerima hadiah daripada hakim jujur yang bodoh. Bacaan diambil dari Lukas 18:1-8. Bacaan Lukas 18:1-8 Minggu ini kembali membahas perumpamaan Yesus. Alkitab LAI TB (1974) memberi judul perikop “๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ”, sedang TB II (1997) berjudul “๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ญ”. Kutipan teks saya letakkan lampiran.
Menurut para ahli perumpamaan Yesus dalam bacaan ini merupakan perumpamaan lepas yang tidak diketahui konteksnya. Perumpamaan yang beredar lepas itu dalam ayat 2-5. Para ahli menduga kuat perumpamaan itu adalah asli dari Yesus historis karena sangat lekat dengan ciri-cirinya.
Ciri pertama, Yesus suka mengangkat tokoh negatif di lingkungan masyarakat Yahudi. Misal, perumpamaan orang Samaria yang baik hati. ๐˜”๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฌ orang Samaria yang dinajiskan menjadi teladan?
Dalam perumpamaan Minggu ini juga janggal karena tokoh utamanya bukan tokoh yang layak diteladani secara moral. Tokoh utamanya adalah hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Karakter buruknya sangat ditekankan dengan menyebutkannya dua kali di ayat 2 dan 4.
Ciri kedua adalah tradisinya yang kuat. Perumpamaan ini masih beredar di dalam Jemaat Lukas sesudah Bait Allah II dihancurkan oleh Jenderal Titus (bukan aku loh .... Wk ..... Wk ..) dari Roma pada 70 ZB. Penulis Injil Lukas kemudian memasukkan perumpamaan itu ke dalam buku Injilnya untuk diberi konteks dan dibatasi penafsirannya. Konteks Lukas seperti ditulisnya di pembukaan (ay. 1) dan penutup (ay. 6-7).
Lukas membuka perumpamaan dengan pengantar untuk berdoa tanpa jemu-jemu (ay. 1). Di penutup Lukas (ay. 6-7) membandingkan hakim tak adil itu dengan Allah yang tentunya adil. Janda yang berposisi sangat lemah secara sosial dan ekonomi dianalogikan sebagai “orang-orang pilihan” Allah yang siang malam berseru memohon pertolongan Allah.
Lukas tidak menjelaskan apa isi atau pokok doa. Yang menjadi pumpun Lukas adalah berdoa tanpa jemu-jemu. Pantang pulang sebelum padam, kata pasukan pemadam kebakaran.
Kalau kita telisik lebih dalam, isi perumpamaan (ay. 2-5) tidak membicarakan doa, melainkan ๐—ธ๐—ฒ๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ป. Janda itu tidak banyak menuntut. Ia hanya ingin keadilan. “Belalah hakku terhadap lawanku.” kata janda itu (ay. 3). Bahasa aslinya adalah แผ˜ฮบฮดฮฏฮบฮทฯƒฯŒฮฝ ฮผฮต แผ€ฯ€แฝธ ฯ„ฮฟแฟฆ แผ€ฮฝฯ„ฮนฮดฮฏฮบฮฟฯ… ฮผฮฟฯ… yang oleh NRSV diterjemahkan “๐˜Ž๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ๐™ž๐™˜๐™š ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜ด๐˜ต ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต”. Hakim pun mengabulkannya “baiklah aku membenarkan dia” (ay. 5). Bahasa aslinya adalah แผฮบฮดฮนฮบฮฎฯƒฯ‰ ฮฑแฝฯ„ฮฎฮฝ. NRSV menerjemahkannya “๐˜ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ณ ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ๐™ž๐™˜๐™š”.
Dalam bagian penutup (ay. 7-8) Lukas tetap memasukkan gatra keadilan. “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” (ay. 7) yang bahasa aslinya แฝ ฮดแฝฒ ฮ˜ฮตแฝธฯ‚ ฮฟแฝ ฮผแฝด ฯ€ฮฟฮนฮฎฯƒแฟƒ  ฯ„แฝดฮฝ แผฮบฮดฮฏฮบฮทฯƒฮนฮฝ ฯ„แฟถฮฝ แผฮบฮปฮตฮบฯ„แฟถฮฝ ฮฑแฝฯ„ฮฟแฟฆ ฯ„แฟถฮฝ ฮฒฮฟฯŽฮฝฯ„ฯ‰ฮฝ ฮฑแฝฯ„แฟท แผกฮผฮญฯฮฑฯ‚ ฮบฮฑแฝถ ฮฝฯ…ฮบฯ„ฯŒฯ‚, yang diterjemahkan oleh NRSV menjadi “๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜Ž๐˜ฐ๐˜ฅ ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ๐™ž๐™˜๐™š ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ด ๐˜ค๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ด ๐˜ธ๐˜ฉ๐˜ฐ ๐˜ค๐˜ณ๐˜บ ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ฏ๐˜ช๐˜จ๐˜ฉ๐˜ต?”. Ayat 8: “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka.” Bahasa aslinya ฮปฮญฮณฯ‰ แฝ‘ฮผแฟ–ฮฝ แฝ…ฯ„ฮน ฯ€ฮฟฮนฮฎฯƒฮตฮน ฯ„แฝดฮฝ แผฮบฮดฮฏฮบฮทฯƒฮนฮฝ ฮฑแฝฯ„แฟถฮฝ แผฮฝ ฯ„ฮฌฯ‡ฮตฮน yang diterjemahkan oleh NRSV menjadi “๐˜ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ญ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ, ๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ ๐˜ฒ๐˜ถ๐˜ช๐˜ค๐˜ฌ๐˜ญ๐˜บ ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต ๐™Ÿ๐™ช๐™จ๐™ฉ๐™ž๐™˜๐™š ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฎ”.

PEMAHAMAN
Penulis Lukas sebenarnya sadar bahwa isi dan topik perumpamaan Yesus di atas menyoal keadilan. Akan tetapi Lukas menggunakan perumpamaan tersebut untuk menggembalakan jemaatnya yang sedang dalam krisis iman. Mengapa saya menduga jemaat Lukas krisis iman?
Kitab tertua dalam Perjanjian Baru (PB) adalah Surat Pertama Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes.) yang ditulis sekitar tahun 50-an ZB. Dalam surat itu Paulus mengatakan bahwa kedatangan Yesus kembali (๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข) segera terjadi pada saat mereka (Paulus dan Jemaat Tesalonika) masih hidup. Ajaran Paulus ini cukup kuat menyebar termasuk ke Jemaat Lukas. Celakanya sampai Paulus mati dan Bait Allah dihancurkan, ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข tidak terjadi. Ini membuat Jemaat Lukas mengalami krisis iman.
Itulah sebabnya penulis Injil Lukas membuka perumpamaan dengan berdoa tanpa jemu-jemu (ay. 1) dan menutupnya dengan “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?" (ay. 8b). ๐˜—๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข pasti terjadi, kata Lukas, tetapi masih lama. Kita tidak pernah tahu kapan itu terjadi dan bisa saja datang tiba-tiba (๐˜ฃ๐˜ฅ๐˜ฌ. Luk. 12:40). Berdoa tanpa jemu-jemu bukanlah tindakan sia-sia. Hakim yang tak adil saja memberi keadilan bagi kita setelah terus didesak, ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฌ Allah yang adil tak mendengar doa kita? Begitulah kira-kira maksud Lukas. Dalam konteks menjawab kedatangan kembali Yesus yang dinantikan umat Lukas, pengharapan tetap ditumpukan pada doa dg pemahaman waktunya tetap di tangan Allah, pasti kembali Yesus, tapi waktunya di tangan Allah, doa menjadi kekuatan untuk berjaga-jaga bagi umat Lukas. Sebetulnya hal yang sama disampaikan oleh Injil Matius dan Markus dalam bahasa yang lebih lugas, Matius 24:36 (TB)"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, bahkan malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." Markus 13:32 (TB)
"Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, tidak juga malaikat yang di sorga dan tidak juga Anak, tetapi hanya Bapa."  Memang petulis Injil, membuat tulisan untuk menjawab permasalahan dalam surat-surat (termasuk di dalamnya surat-surat Paulus). Nah, tafsir di atas cukup kuat, tapi ada kelemahan, mengambil point soal doa tak jemu bisa disalah mengerti oleh umat, doa yang memaksa Tuhan, membuat umat merasa jadi lebih Tuhan daripada Tuhan, karena bisa mendesak Tuhan,kalau hakim jahat saja mengabulkan permohonan bila didesak, apalagi Tuhan, walaupun konteksnya adalah dalam rangka kedatangan Yesus kembali, yg tak beda dg konsep berjaga-jaga, waspada, dlsb. Ada sudut pandang lain dalam tafsir ini, Lukas bab 17-18, adalah sudut pandang petulis Injil  Lukas tentang konsep Allah yg merangkul yg tersingkirkan, dan kritisi atas penindasan yg kuat pada yang lemah. Yang tersingkirkan serta dianggap berdosa adalah pemungut cukai dan orang Samaria, yang menindas adalah kaum farisi, saduki, dan agamawan. Ini, juga dikarenakan petulis Injil Lukas menujukan pada pendengar non Yahudi, pendengar diluar lingkaran keyahudian. Pemungut cukai di gambarkan sebagai janda yang tidak kenal menyerah dan tidak berhenti berjuang, kenapa begitu? Karena pemungut cukai adalah orang yang terjepit posisinya, pemungut cukai didesak target pajak oleh penjajah Romawi, karena bagi penjajah Romawi hina untuk menarik pajak dari jajahan karena merasa sebagai bangsa yg lebih besar dan berkuasa, maka harus bangsa yg dijajah itu sendiri yg menarik pajak dari bangsanya untuk Romawi, sedangkan di sisi yang satu mereka dikutuk habis-habisan oleh bangsanya utamanya kaum agamawan sebagai orang berdosa karena menarik pajak bangsanya untuk penjajah Romawi. Pemungut cukai adalah orang-orang yang terjepit, orang yang tersingkirkan oleh dua pihak dimana mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Pemungut cukai TIDAK MENYERAH dan TIDAK BERHENTI BERJUANG atas keadaan mereka, mereka mendekat ke Yesus, dan Kristus menerima mereka, mereka mendapatkan kelegaan dengan pertobatan mereka, mereka diterima Kristus. Pemungut cukai bukan orang terjepit lagi, bukan orang tersingkirkan, bukan pendosa bagi Kristus, karena TIDAK MENYERAH dan TIDAK BERHENTI BERJUANG dalam keadaan mereka, pemungut cukai mendapat kelegaan dari Kristus atas pertobatan mereka. Dalam kehidupan berkeluarga tidak berhenti berjuang atas kerapuhan dan kelemahan serta ketidak sempurna an keluarga kita, bermakna kesungguhan dan kesediaan menerima kehadiran Allah untuk berdaulat atas kehidupan keluarga. Pimpinan dan perlindungan Allah yang menuntun keluarga Kristen terus berjuang,    jaminan keamanan dan ketenangan dalam perjuangan. Allah atau Kristus tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurna an manusia. Dalam kehidupan keluarga, pantang menyerah bermakna spiritualitas juang dan mentalitas tahan uji dalam kehidupan keluarga Kristen yang bersandar dan mengandalkan Tuhan. Kelemahan atau kelelahan, bukan alasan untuk rendah diri, dan kegagalan bukan dalih untuk putus harapan. Setiap pergumulan justru menjadi kesempatan untuk bertumbuh lebih kuat dan mempersaksikan iman yang menjadi berkat bagi banyak orang, lelah dan lemah itu manusiawi, wajar sebagai manusia, tapi di titik kelemahan dan kelelahan kita, kita tidak pernah menyerah atau berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, di titik kelemahan dan kelelahan kita, kita tidak pernah berhenti berjuang dan tidak menyerah untuk meragakan kemurahan hati Allah.Tak Lelah Meragakan Kemurahan Hati Allah. Cukup menggelitik, kata TAK LELAH yg menunjukan kita tidak memanusiakan manusia, kita tidak manusiawi thp sesama kita, masak manusia tidak boleh lelah? Masak manusia tidak boleh beristirahat, Tuhan saja beristirahat saat penciptaan, selama dia manusia maka pada satu saat dia akan kelelahan, lelah adalah salah satu kondisi yang melekat pada manusia, kondisi wajar sebagai manusia, menempatkan sesama manusia pada kondisi TAK LELAH, bearti menempatkan sesama kita pada kondisi tidak manusiawi, mana ada satu saja manusia di dunia ini yang tidak pernah merasa lelah? suatu kewajaran kalau sesama kita itu merasa lelah, selama masih manusia maka lelah adalah suatu keniscayaan, sudah dari sono nya, Ayat Alkitab yang nyeritain Allah istirahat setelah penciptaan ada di Kejadian 2:2-3:  
_"Pada hari ketujuh Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya yang telah dibuat-Nya itu; lalu Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya yang telah dibuat-Nya itu."_  
Kata "berhenti" di Kejadian 2:2-3 dari bahasa Ibrani shavat (ืฉָׁื‘ַืช) bermakna "berhenti" atau "menghentikan pekerjaan." Karena kata ini juga dipakai untuk Sabat, yang memang hari istirahat, maka "berhenti" di sini bisa diartikan sebagai beristirahat dengan makna istirahat yang disengaja untuk pemulihan dan penghormatan. Kelelahan itu suatu kewajaran yangbharus diakui sebagai manusia, tetapi respon bermartabat apa? Apa yang akan kita lakukan saat ada di titik kelelahan atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita? Respon bermartabat apa yang harus kita lakukan di saat kita ada dalam titik lelah atau titik jenuh atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita? Respon bermartabatnya adalah tidak menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, kemampuan untuk tidak menyerah atau tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, tidak bisa datang tiba-tiba, tetapi harus dilatih sejak dini dan sedikit demi sedikitDalam 1 Korintus 9 : 24-27, Paulus mendorong untuk melatih diri kita, demikian halnya melatih keluarga kita, seperti yang mudah saja, melatih diri untuk pillow talk (membiasakan sebelum tidur saling bicara, selain berdoa bersama), selalu berusaha melatih diri untuk punya waktu dan hadir bagi keluarga, melatih diri untuk mendengar yg lain, melatih diri untuk tidak nyolot saat bicara dalam keluarga, melatih diri untuk selalu berusaha melihat sisi - sisi positif lain dalam diskusi keluarga, melatih diri untuk tidak membentak, melatih diri untuk terbiasa mengucapkan terima kasih dan maaf, dlsb, bisa menjadi diskusi menarik seperti di bulan keluarga ini. Tapi, dalam kehidupan berkeluarga ketika kita menghadapi terus menerus kenyataan yg berbeda, wajar kah kita lelah? Wajarkah ada saatnya kita lelah atas kerapuhan dan  kelemahan serta ketidak sempurna an keluarga kita? Apa yang harus kita latih dalam kehidupan keluarga kita, ketika kita sampai pada titik kelelahan atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurna an keluarga kita? Melatih diri kita untuk tidak gampang menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, di sini kita tidak bicara uang atau materi bagi keluarga kita, tetapi bicara kehadiran dan komunikasi dalam keluarga kita. Sangat wajar, lelah itu bagian dari kemanusiaan, bukan manusia kalau tidak pernah lelah. Manusia pasti ada kalanya pada satu titik akan pernah saja mengalami kelelahan, mendorong sesama kita untuk tidak lelah, tidak memiliki rasa lelah, sama saja tidak memanusiakan sesama kita. Tapi, Kristus meneladankan bahwa Kristus tidak pernah menyerah dan tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan manusia, bahkan Kristus turut merapuh bersama manusia, maka respon bermartabat kita, saat kita berada dalam titik kelelahan kita atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita adalah melatih diri kita untuk tidak menyerah serta tidak berhenti berjuang atas kerapuhan, kelemahan dan ketidak sempurnaan keluarga kita, itulah meragakan kemurahan hati Allah.


Lapangan Pancasila, 15.10.22 (TUS)

Lampiran :

Kutipan ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ-๐Ÿด (TB II, 1997)
๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ญ 
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿญ Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tanpa jemu-jemu.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿฎ Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿฏ Di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿฐ Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿฑ namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿฒ Kata Tuhan: "Perhatikanlah apa yang dikatakan hakim yang tidak adil itu!
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿณ Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
๐Ÿญ๐Ÿด:๐Ÿด Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, apakah Ia akan mendapati iman di bumi?"

Rabu, 12 Oktober 2022

Kolekte sama dengan Persembahan?, Serial Sudut Pandang

Kolekte sama dengan Persembahan?, Serial Sudut Pandang

Kolekte (Inggris: collection, Latin: collecta) berangkat dari mengumpulkan atau mengoleksi uang kecil dari setiap warga jemaat. Semangat kolekte adalah sedikit dikali banyak, maka hasilnya banyak. Apa maksudnya? Seorang warga yang memberi seribu rupiah untuk kolekte akan menjadi banyak apabila diikuti oleh warga lainnya. Katakanlah ada seratus warga, maka seribu dikali seratus. Kolekte komunal menjadi banyak tanpa membebani warga jemaat. Berhubung kolekte semangatnya mengumpulkan uang kecil, maka “diam-diam” gereja (Protestan) lebih memarakkan istilah “persembahan” sehingga membuat tekanan psikologis bagi warga untuk memersembahkan yang terbaik, terbesar, terkuat, dlsb. Apalagi di gereja tertentu sebelum kantong kolekte eh persembahan diedarkan, seorang penatua membaca ayat-ayat pengantar persembahan. Meski saya menulis dengan bergurau tentang pergeseran kata kolekte ke persembahan, dalam kenyataan di gereja-gereja Prostestan kata kolekte kalah populer dari persembahan. Pertanyaannya, apakah kolekte dan persembahan secara liturgis adalah sama? Collecta berarti sumbangan untuk makan bersama, pengumpulan, rapat atau sidang. Collecta dalam arti sumbangan untuk makan bersama mirip-mirip dengan potluck pada masa kini. Sejak awal collecta memang tidak mengejar besaran uang yang diberikan oleh seorang warga jemaat, melainkan mendorong setiap warga berpartisipasi secara sukarela.

2 Korintus 8:12
"Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu".

Dalam arti rapat atau sidang collecta kemudian dijumput untuk merujuk doa bersama di suatu tempat. Dalam tradisi Katolik tentu kita mengenal istilah rekoleksi, yaitu khalawat yang berarti pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin. Dengan demikian collecta dalam arti pengumpulan uang (kolekte) sebagai bagian dari persiapan persembahan memiliki nasabah amat erat dengan persekutuan dan doa. Kolekte tidak sekadar memberikan sesuatu dari diri sendiri kepada orang lain. Kolekte itu merekatkan persekutuan antara warga gereja dan siapa saja yang menerima sesuatu dari warga gereja. Kolekte adalah bagian dari doa yang memersatukan warga gereja sebagai saudara dalam Tuhan. Kita bisa berdoa dengan kata-kata, dengan nyanyian, dengan gerakan, tetapi juga dengan pemberian (kolekte). Makna liturgis kolekte ialah bersama-sama mengumpulkan sesuatu untuk kepentingan banyak orang. Kapan dalam ibadah kita memberikan kolekte? Saat persembahan. Lho, berarti benar dong kalau gereja Protestan menyebutnya persembahan? Yang dimaksud dengan persembahan dalam liturgi ialah persiapan perayaan ekaristi atau perjamuan kudus. Dalam persiapan itu ada arak-arakan untuk menyerahkan persembahan dengan urutan pertama dan utama adalah roti dan anggur, kemudian bahan-bahan lain seperti minyak dan lilin, serta baru kemudian kolekte. Jadi, persembahan merujuk ekaristi atau perjamuan kudus. Kalau ibadah tidak ada ekaristi atau perjamuan kudus, maka tidak ada persembahan, tetapi kolekte tetap ada dan dijalankan pada ritus penutupan ibadah sebelum pengutusan dan berkat.Sejak abad mula-mula gereja membuat kolekte bertujuan untuk menopang kebutuhan rumah ibadah dan untuk mengatasi kemiskinan. Kolekte merupakan bentuk belarasa terhadap orang-orang miskin di lingkungan jemaat atau gereja dan siapa saja yang berkekurangan tanpa batas wilayah dan agama. Jadi, selama ini  menyebut persembahan dan doa persembahan itu salah? Tidak salah, melainkan keliru alias tidak akurat.

Lukas 21:4 (TB)  "Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."


Cepogo, 12.10.22, (T)

Senin, 10 Oktober 2022

Teologi Perang, Serial Sudut Pandang

Teologi Perang, Serial Sudut Pandang

Kalangan Kristen memiliki pendapat yang beragam tentang perang. Paling sedikit ada tiga.
1. Kaum Pasifis yang secara total menolak perang. Berperang artinya membunuh sesama. Bagi mereka ini dosa! Tidak dikehendaki Tuhan. Oleh karena itu mereka menolak  profesi militer dan untuk alasan apa pun menolak dikirim ke medan perang.
Sikap ini sangat tidak realistis seolah semua persoalan pasti selesai dengan kompromi. Padahal dalam dunia yang berdosa penyelesaian konflik antar bangsa tidak sesederhana penyelesaian konflik antar personal. Kadang ada bangsa atau kelompok masyarakat yang bersikap seperti serigala yang mau mendominasi bangsa atau kelompok lain demi kepentingan ekonomi domestiknya.
Dalam kondisi ini tidak ada jalan lain kecuali berperang untuk mempertahankan kedaulatan bangsa.
Nah, sikap pasifis ini dituding sebagai sikap yg tidak memiliki patriotisme. Ia muncul dari rasa takut serta tidak memiliki tanggungjawab sosial kebangsaan. Sikap ini dituding bukan sikap yg lahir dari cinta, tetapi hadir dari kemunafikan. Motif utamanya ingin menyelamatkan diri sendiri.
2. Ada sikap yang sebaliknya dari yg pertama. Sikap ini justru menggunakan agama untuk menjustifikasi peperangan. Contoh nyata yang dilakukan pemimpin gereja Rusia Patriark Kirill. Sikapnya ini sama dengan Paus Urbanus II ketika yang terakhir ini dengan dukungan ayat2 suci dan simbol2 keagamaan mendorong semua orang Kristen Eropa masuk dalam Perang Salib demi memerangi kaum Muslim. Umat dengan dungu mudah digiring dalam peperangan dengan janji2 sorgawi. Padahal, sesungguhnya Paus Urbanus II sedang mewujudkan ambisinya memperluas pengaruh politiknya sampai di Timur Tengah.
Jadi, sesungguhnya Perang Salib bukanlah perang agama. Kita lihat bahwa ambisi dan kepentingan politik Patriark Kirill dan Paus Urbanus II dibalut oleh bahasa agama.
Encyclopedia Perang memberi ulasan menarik. Hanya 7% konflik di seluruh dunia yg bisa disebut sebagai sungguh2 konflik agama. 93% konflik lainnya lebih banyak soal ekonomi dan terutama kepentingan politik yg kemudian memanfaatkan agama sebagai alat justifikasi. Intinya, lebih banyak politisasi agama.
Pada jaman modern politisasi agama bermetamorfosa menjadi Politik Identitas yang mengangkat isu etnik, budaya dan terutama agama. Politik identitas ini dipraktekkan oleh Trump (US), Bolsonaro (Brazil), Erdogan (Turki), Orban (Hungaria), Zia Ul Haq (Pakistan), Duterte (Filipina) dan politik identitas ini digunakan saat Pilkada DKI 2017 dengan strategi ayat dan mayat.
3. Sikap ketiga adalah Just War. Sikap ini lebih realistis. Dalam dunia yang berdosa kadang perang tidak terhindarkan. Tetapi,  sikap ini menekankan untuk sejauh mungkin menghindari perang. Perang selalu jadi the last resort bila segala jalan kompromi sudah buntu.
Perang pun lebih untuk membela diri demi terciptanya keadilan. Ia bukan sarana untuk mendominasi.  Misalnya ketika pasukan Sekutu memerangi Nazi Jerman di bawah Hitler. Itu adalah Just War yang muncul karena demi menyelamatkan nyawa jutaan orang Eropa termasuk warga Yahudi yang dibantai Hitler. Saat Just War dilakukan pun harus diupayakan agar sesedikit mungkin jatuh korban sipil, terutama perempuan, orang yg sudah sepuh dan anak2.
Kesimpulan
Patriark Kirill yang memang merupakan pendukung kebijakan politik Putin dalam intervensi Rusia di Ukraina sedang menggunakan politisasi agama. Apalagi pemisahan Rusia dan Ukraina telah menimbulkan gesekan keras dalam relasi internal Gereja Orthodoks. Ada persaingan dan perebutan otoritas antara pimpinan gereja Orthodox di Rusia dan di Ukraina.
"Politik itu Suci," kata Sabam Sirait. "Politik untuk melayani," kata Leimena. Agama juga suci dan untuk melayani.
Tetapi ketika keduanya digabung menjadi politik agama maka hasilnya adalah kejahatan, manipulasi, kedunguan, dan ujungnya dehumanisasi!

Cepogo, 27 Sept 2022 (T)

๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ต ๐—ฆ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ, Serial Sudut Pandang

๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ต ๐—ฆ๐˜‚๐—ฐ๐—ถ, Serial Sudut Pandang

Saya tuh gumun pada kegiatan orang Kristen pergi ke Tanah Suci. Memangnya kekristenan memiliki Tanah Suci? Sejak Kapan? Aturannya di mana?
Ada orang bersaksi tentang perbedaan suasana ibadah di “Tanah Suci” orang Kristen. Orang itu merasa damai beribadah di tempat Yesus lahir. Benarkah Yesus lahir di tempat/lokasi itu?
Sesungguhnya satu orang pun tidak ada yang tahu tempat/lokasi Yesus lahir. Bahkan penulis Injil pun tidak tahu. Berarti saya tidak percaya pada kesaksian Alkitab dong? Justru saya setia pada narasi kitab Injil, maka saya menyimpulkan bahwa penulis Injil tidak sedang menulis kisah kelahiran Yesus secara historis. Itu kisah teologis sehingga sesukanya penulis Injil mengarang kisah Natal untuk mengusung teologi mereka masing-masing.
Hanya pengarang Injil Lukas dan Matius yang menulis kisah Natal. Lukas dan Matius mengambil bahan dari Markus, tetapi Markus tidak menulis kisah Natal. Untuk itulah Lukas dan Matius harus menulis kisah Natal mereka sendiri sesuai teologi yang hendak diusung. Kesamaan Injil Lukas dan Matius adalah Yesus harus dikenal sebagai Orang Nazaret.
Untuk membuat Yesus orang Nazaret Lukas membuat orangtua Yesus tinggal di Nazaret. Untuk memenuhi nubuat nabi dibuatlah alasan orangtua Yesus pergi ke Betlehem dengan program sensus yang ditetapkan oleh Kaisar Augustus. Yesus lahir di sebuah tempat, yang ditafsir pembaca sebagai kandang karena bayi Yesus diletakkan di palungan. Kelahiran Yesus penuh damai dan sukacita versi Injil Lukas. Tidak ada kisah teror Raja Herodes membunuhi bayi U-2. Tidak ada kisah pelarian Yusuf dan Maria. Keluarga Yusuf tetap di Betlehem sampai hari penahiran di Bait Allah. Sesudah ritual di Bait Allah mereka kembali ke kota kediaman mereka, yaitu Kota Nazaret di Galilea (Luk. 2:39).
Dalam Injil versi Matius orangtua Yesus punya rumah dan tinggal di Betlehem. Yesus lahir di rumah Yusuf. Akan tetapi kelahiran Yesus dalam suasana teror dan horor. Raja Herodes yang merasa tersaingi memberi perintah pembunuhan bayi U-2. Yusuf kemudian melarikan bayi Yesus ke Mesir untuk bersembunyi. Sesudah Herodes mati, malaikat menyuruh Yusuf lewat mimpi untuk membawa kembali ke Tanah Israel. Rupanya malaikat kudet. Pengganti Herodes adalah Arkhelaus sebagai penguasa Tanah Yudea. Yusuf pun kรจder dan berbelok mengungsi ke Nazaret di Galilea agar kemudian Yesus dikenal sebagai Orang Nazaret (Mat. 2:19-23).
Jadi, sebenarnya Yesus lahir di mana? Di rumah sendiri atau di kandang? Lalu, apakah tempat-tempat yang pernah ditempati dan dilalui Yesus menjadi Tanah Suci?
Orang Kristen yang setia kepada Kristus lewat kesaksian dalam narasi Alkitab justru tidak mengenal Tanah Suci.  Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ถ ๐—ด๐˜‚๐—ป๐˜‚๐—ป๐—ด ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ท๐˜‚๐—ด๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ ๐—ฌ๐—ฒ๐—ฟ๐˜‚๐˜€๐—ฎ๐—น๐—ฒ๐—บ. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab ๐—•๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ต๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ๐—ถ ๐—ฝ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—ต-๐—ฝ๐—ฒ๐—ป๐˜†๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ฒ๐—บ๐—ถ๐—ธ๐—ถ๐—ฎ๐—ป.  Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh. 4:21-24).
Bisnis agama tidak pernah usang dimakan zaman. “Tanah Suci” sudah menjadi bisnis para politikus dan gereja sejak Perang Salib. Orang-orang Yahudi modern juga tak mau ketinggalan. Mereka memberi tempat wisata agama Kristen di Israel demi meraup devisa.
Di sebuah sekolah TK seorang guru memberi kuis untuk murid-muridnya dengan hadiah 10 dolar, “Siapakah tokoh paling berpengaruh sepanjang zaman?”.
Sean, murid Irlandia, menjawab, “Santo Patrick”. “Salah,” kata Bu Guru. Fletcher, murid Skotlandia, menjawab, “Santo Andreas”. “Masih salah,” kata Bu Guru. Akhirnya Adam, murid beragama Yahudi, menjawab dengan lantang: “Yesus Kristus!”
Sang guru terharu mendengar jawaban tepat dari Adam. “Adam …,” kata guru, “… kamu seorang Yahudi, tetapi kamu menjawab tepat. Apakah itu tidak bertentangan dengan kata hatimu?”
“Bu Guru …,” jawab Adam, “ … jauh di dalam lubuk hati saya tokoh paling berpengaruh adalah Musa, tetapi bisnis tetaplah bisnis.”

Cepogo, 10.10.22 (T)

Sabtu, 08 Oktober 2022

Sudut Pandang Lukas 17:11-19, Rasa bersyukur menunjukan keimanan dan bagaimana kita beragama, kasus 10 orang sakit kusta, Serial sudut pandang

Sudut Pandang Lukas 17:11-19, Rasa bersyukur menunjukan keimanan dan bagaimana kita beragama, kasus 10 orang sakit kusta, Serial sudut pandang

Bacaan Lukas 17:11-19; nas ayat 13 "Dan berteriak: 'Yesus, Guru, kasihanilah kami!'" Seperti orang kusta yang memohon belas kasihan Sang Guru; demikian juga kita yang memiliki kelemahan manusiawi, cidera pikiran, dosa perkataan, maupun kesombongan diri layak untuk memohon bersama orang kusta itu: "Tuhan, kasihanilah kami. Tuhan, kasihanilah kami. Tuhan, kasihanilah kami." Seringkali, kita yg menyebut diri orang beragama tidak bisa bersyukur dan berterima kasih atas anugerah Tuhan, seperti 9 penderita kusta yg orang Yahudi, orang Yahudi sering menyebut dirinya orang beragama, anak Terang, pd kenyataannya hanya 1 orang kusta yg orang Samaria yg bisa mengucap syukur dan terima kasih atas anugerah Tuhan, orang Samaria yg selalu dicap orang berdosa, orang tak beragama, anak dunia, anak kegelapan. Hal ini mengajari kita bahwa bersyukur melewati tembok agama. Ini kritisi untuk kita, kalo kita orang beragama, orang beriman seharusnyalah, bisa bersyukur dan berterima kasih atas anugerah Tuhan. Kehidupan keluarga akan menghadapi suka dan duka disitulah kita berjumpa Tuhan, dan kita harus memaknai perjumpaan dg Tuhan dalam suka duka hidup berkeluarga dengan rasa syukur yg mendalam๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

Gkj Sidomukti, 09 Oktober 2022 (T)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...