Selasa, 09 Desember 2025

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

PENGANTAR
Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denominasi gereja seazaz. Oleh karenanya liturgi berkembang. Contoh, gereja khatolik dan orthodoks bersepakat puncak dan mahkota liturgi Leksionari adalah Ekaristi atau Perjamuan Kudus, sedangkan gereja-gereja reformir atau protestan yang Ekaristi atau Perjamuan Kudus tidak setiap kali ibadah Minggu bersepakat mahkota dari liturgi Leksionari adalah bacaan sabda dimana dalam bacaan sabda berpuncak pada bacaan Injil, beda dengan liturgi bercorak calvinis yang mahkotanya pada homili atau khotbah. Sehingga gerakan ibadah baik itu perarakan kitab suci, gerak tubuh Lektor, meja atau altar kitab suci, dlsb itu menunjukan pengagungan atas Injil, dimana ada pengenangan akan teladan Kristus tertulis.  Demikian halnya dalam memaknai lilin-lilin Advent pada liturgi menjadi berbeda antar denominasi gereja. Begitulah, kenapa umat dan pimpinan umat seharusnya lah mengerti liturgi. Secara teologis, lilin-lilin ini bukan sekadar simbol dekoratif, melainkan pengajaran doktrinal tentang penebusan: lingkaran hijau abadi melambangkan kasih Allah yang kekal, cara Allah menyelamatkan manusia yang berjalan terus dari dulu sampai sekarang dan ke depan, demikianlah pokok ajaran GKJ melihat hidup sebagai perjalanan keselamatan, dimana kita telah menerima anugerah keselamatan, melakukan ziarah kehidupan atau perjalanan hidup dengan pertanggungan jawab atas anugerah keselamatan itulah hidup beretika, menuju ke kembalinya Kristus untuk hidup bersama Kristus dalam lingkup keselamatan, sementara cahaya lilin bertambah menunjukkan perjalanan dari kegelapan dosa ke terang Kristus, mengkritisi budaya modern yang memulai perayaan Natal prematur tanpa pertobatan. Kritiknya terletak pada asal-usulnya yang relatif baru (abad ke-16 dari Lutheranisme Jerman, diadopsi Katolik abad ke-19), bukan mandat Alkitab langsung, sehingga berisiko menjadi ritual kosong jika tidak dikaitkan dengan iman pribadi. Namun, secara positif, ia menenun moralitas (pertobatan, ibadah) dengan sakramen, mengajak refleksi nubuat Mesias.

PEMAHAMAN 
Tradisi ini berasal dari Eropa Utara abad pertengahan, menggabungkan paganisme (lingkaran musim dingin) dengan Kristenisme sebagai inkulturisasi untuk melawan kegelapan literal dan terang rohani, menyebar dari keluarga Protestan lalu Katolik di Eropa Utara, berubah menjadi bagian dari peribadatan. Dalam sastra budaya, muncul di cerita Dickens' A Christmas Carol sebagai simbol penebusan bertahap, dan puisi seperti John Donne yang kontras cahaya ilahi dengan kegelapan dosa. Di Indonesia, diadaptasi gereja lokal, memperkuat identitas Kristen di tengah pluralisme budaya. Kerangka kritis untuk menganalisis makna teologis lilin Advent melibatkan pendekatan hermeneutika simbolik yang mengintegrasikan eksgesis Alkitab, sejarah liturgi, dan kritik kontekstual untuk mengungkap bagaimana simbol cahaya melawan kegelapan dosa sambil menilai adaptasi budaya modern. Hubungan setiap lilin dengan teks nubuat seperti Yesaya 9:2 ("bangsa yang duduk dalam gelap melihat cahaya besar") dan Yohanes 8:12 (Kristus sebagai terang dunia), menilai apakah simbol ini memperkaya atau menyederhanakan doktrin inkarnasi. Dari Lutheran abad ke-16 hingga Katolik modern, kritis terhadap sinkretisme pagan (lingkaran musim dingin) yang berisiko mengaburkan esensi pertobatan Advent, seperti apakah lilin mendorong aksi sosial (keadilan dari tema damai) atau hanya ritual estetis, menggunakan pendekatan tematik progresif dari harapan luas ke persiapan Natal.Apakah bertahap penyalaan lilin merefleksikan perjalanan rohani pribadi (Roma 13:12, "buanglah perbuatan-perbuatan gelap") atau sekadar tradisi konsumtif? Pendekatan ini, seperti dalam analisis tematik liturgi, memastikan simbol tetap membangun hubungan dengan Kristus sebagai pemenuhan janji. Dari versi ala Protestan reformir empat lilin Advent melambangkan HARAPAN, DAMAI SEJAHTERA, SUKACITA, dan KASIH, dinyalakan secara bertahap setiap Minggu selama empat minggu menjelang Natal untuk mengingatkan persiapan rohani menyambut kelahiran Kristus sebagai terang dunia, dan kembalinya Kristus sebagai hakim. Jangan terbalik yah, saat penyalaan lilin Advent, nanti lilin Advent ketiga yang jambon malah dinyalain jadi lilin Advent kedua, ..... Yah ..... makna liturgis nya hilang dong.Kaitan dengan Ayat Kitab Suci, Lilin 1: Harapan (ungu) - Nubuat nabi seperti Yesaya 7:14 tentang perawan yang mengandung, memenuhi janji Allah sejak Kejadian 3:15. Lilin 2: Damai Sejahtera (ungu) - Efesus 2:14, Kristus merubuhkan tembok permusuhan; juga Maleakhi 3:1-3 soal persiapan jalan Tuhan.Lilin 3: Sukacita (merah muda, Gaudete) - Lukas 2:10-11, malaikat mengumumkan sukacita besar bagi semua orang. Lilin 4: Kasih (ungu) - Yohanes 3:16, kasih Allah yang mengutus Anak-Nya; juga malaikat di Lukas 1:30-31 kepada Maria.  Protestan menggunakan kalender Advent (Leksionari ) dengan empat lilin serupa untuk menghitung hari menuju Natal, menekankan persiapan rohani melalui penyalaan bertahap yang melambangkan harapan, damai, sukacita, dan kasih. Praktik ini lebih fleksibel dan kurang formal dibanding Katolik, dengan fokus pada pengajaran Alkitabiah tentang penantian Kristus. Dalam pemahaman lilin Advent versi ala Katolik, Dalam tradisi Katolik, lilin Advent biasanya berjumlah empat (tiga ungu dan satu merah muda) disusun dalam korona Advent, melambangkan HARAPAN (minggu pertama, lilin nabi), IMAN/KASIH (minggu kedua), SUKACITA (minggu ketiga, lilin Gaudete merah muda), dan DAMAI (minggu keempat). Lilin kelima putih di tengah sering ditambahkan dan dinyalakan pada Malam Natal sebagai simbol Kristus, Terang Dunia, yang melengkapi perjalanan dari kegelapan penantian ke terang keselamatan. Gereja Ortodoks tidak menggunakan lilin Advent dalam bentuk korona seperti Katolik atau Protestan Reformir; masa persiapan pra-Natal disebut Nativity Fast (40 hari), yang lebih menekankan puasa, doa, dan pertobatan daripada simbol lilin visual. Tidak ada tradisi spesifik empat lilin bertema harapan-perdamaian-sukacita-kasih. Kenapa khatolik menggunakan lilin besar putih sedangkan protestant reformir tidak? Alasan Penggunaan Lilin Putih Besar di Katolik,
Katolik menambahkan lilin kelima berwarna putih besar di tengah korona Advent, yang dinyalakan pada Malam Natal setelah empat lilin ungu/merah muda, melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyelesaikan masa penantian Adven dari kegelapan pertobatan ke sukacita kelahiran-Nya. Praktik Protestan Reformir, 
Protestan Reformir tidak menggunakan lilin putih besar pusat; mereka hanya menyala empat lilin bertema (harapan, damai, sukacita, kasih) secara kumulatif setiap Minggu Adven, dengan fokus pada Candlelight Service, penyalaan lilin saat ibadah Advent secara berurutan. Malam Natal menggunakan lilin individu tanpa elemen pusat tambahan. Ada pemahaman lain tentang lilin Advent. Masa Advent melambangkan penantian kedatangan Kristus melalui empat lilin yang dinyalakan bertahap, menghubungkan tema rohani dengan narasi Alkitabiah seperti nubuat nabi, perjalanan ke Betlehem, sukacita gembala, dan malaikat. Simbolisme ini menekankan perjalanan dari kegelapan dosa ke terang keselamatan, dengan lingkaran Adven sebagai lambang keabadian Allah.Makna Empat Lilin Utama, Lilin Pertama (Lilin Nabi/Messiah): Mewakili harapan dari nubuat para nabi tentang Mesias, seperti Yesaya 9:5, menandai awal terang di tengah kegelapan. Lilin Kedua (Lilin Betlehem/Maria): Melambangkan perdamaian dan kesetiaan melalui perjalanan Yusuf-Maria ke Betlehem (Lukas 1:38), mengingatkan kerendahan hati.Lilin Ketiga (Lilin Gembala): Menandai sukacita para gembala saat mendengar kabar malaikat tentang kelahiran Juru Selamat di Betlehem (Lukas 2:10-11). Lilin Keempat (Lilin Malaikat): Mewakili damai dan keamanan dari pengumuman malaikat, melengkapi persiapan Natal. Untuk versi ala khatolik Lilin Pusat (Kristus)
Lilin putih besar di tengah dinyalakan pada Malam Natal, melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyelesaikan penantian Advent. Masa Advent mencerminkan drama keselamatan melalui empat lilin yang dinyalakan bertahap, melambangkan perjalanan dari kegelapan dosa selama 4.000 tahun (dari Adam hingga Kristus) menuju terang penebusan, dengan setiap lilin menghalau kegelapan secara progresif sesuai Yohanes 8:12. Lilin Pertama: Harapan ( Lilin Nabi). Lilin ini melambangkan harapan keselamatan dari nubuat nabi seperti Yesaya 9:5 tentang Mesias, menandai awal terang Allah yang setia di tengah dosa dunia, mengingatkan janji pembebasan umat. Lilin Kedua: Perdamaian (Lilin Betlehem)
Mewakili perdamaian melalui kesetiaan Maria dan Yusuf ke Betlehem (Lukas 1:38), mencerminkan damai sejati dari hubungan penuh kasih dengan Allah sebagai bagian rencana keselamatan. Lilin Ketiga: Sukacita (Lilin Gembala)
Lilin merah muda ini (Minggu Gaudete) melambangkan sukacita keselamatan yang diumumkan malaikat kepada gembala (Lukas 2:10-11), menandai kegembiraan akan kedatangan Juru Selamat yang dekat. Lilin Keempat: Kasih (Lilin Malaikat)
Melambangkan kasih dan damai dari pesan malaikat "Damai di bumi" (Lukas 2:14), melengkapi penebusan dosa melalui pengorbanan Kristus yang akan lahir. Versi ala Khatolik Lilin Pusat: Kristus (Terang Penuh)
Lilin putih besar dinyalakan Natal melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia yang menyempurnakan keselamatan, mengubah kegelapan menjadi kehidupan kekal (Wahyu 21:5).
(09122025)(TUS)

Sudut pandang Kenapa tidak merayakan natal saat Advent

Sudut pandang Kenapa tidak merayakan natal saat Advent 

 PENGANTAR 
Kita terjebak dalam penantian panjang. Ada yang menunggu hasil medis dengan cemas, menunggu investasi berbuah, atau menunggu kabar baik yang tak kunjung tiba. Pada saat seperti itu, suara Tuhan dalam Yesaya 40 terdengar seperti oase: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku.” Itu tanda kepedulian Tuhan kepada orang yang merasa hidupnya “macet.”  Israel pernah berada di titik itu: terjebak dalam pembuangan selama satu generasi. Namun suara penghiburan Tuhan menegaskan bahwa Ia belum pergi. Janji-Nya justru semakin mendekat. Selanjutnya Tuhan juga mengingatkan bahwa masa penantian adalah kesempatan untuk menata hati atau “menyiapkan jalan.” Dengan “meratakan gunung”: merendahkan kesombongan yang ingin mengatur waktu Tuhan. Dengan “menutup lembah”:  membiarkan Tuhan menutup lembah keputusasaan agar harapan kembali bersemi. Dengan “meluruskan yang berlekak-leku”: menata ulang langkah, sebab dalam penantian kita mudah kehilangan arah. Saat hati direnovasi, penantian berubah menjadi proses pembentukan. Kita tidak lagi merasa terjebak, tetapi sedang dibawa maju selangkah demi selangkah. Adven mengingatkan bahwa penantian bukan ruang hampa. Penantian adalah ruang di mana Tuhan menata langkah kita. Sering kali justru di tengah kemacetan hidup, ada pembaruan. Ada hembusan angin segar! Sekarang, Bolehkah kita merayakan Natal saat Advent? Boleh .... sangat boleh, tidak ada juga larangan, cuman merayakan Natal saat Advent adalah memperlihatkan kebodohan kita, memperlihatkan bagaimana kita tidak mengerti pengajaran iman kita, kita tidak mengerti kenapa beribadah dalam lingkaran kalender liturgi, kenapa kita beribadah di hari Minggu pun kita tidak mengerti, kenapa kita beribadah dan berkarya di gereja pun, kita gak ngerti. Sebetulnya mudah dinalar, kenapa warna liturgi masa Advent dan masa prapaskah sama? Yaitu Ungu, karena itu masa kedukaan, karena dalam tradisi Yahudi menanti atau menunggu itu kedukaan, karena merupakan ketidak pastian. Bahkan beberapa denominasi, pada masa Advent dan masa prapaskah melakukan puasa dan pantang. Jadi, pantaskah merayakan Natal saat Advent, bernalarlah dan tanyalah diri sendiri . Adven yang dikerjakan oleh Yohanes (Pembaptis) amat terang dikerjakan siapkan infrastruktur, siapkan jalan, jangan ragu, ...... Kristus bakal kembali. Adven merupakan kesibukan bekerja dalam rangka menuju kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan tidak datang sekonyong-konyong. Ia perlu Adven. Adven bukanlah tujuan. Ia merupakan jalan untuk mencapai tujuan. Belum waktunya berpesta karena memang kita belum tiba di tujuan.Jadi, gak perlu pakai pesta, apalagi dilabeli pesta natal, perayaan natal, cukup ibadah raya natal, dan itupun dilakukan di gereja, untuk menghikmati keterhisapan kita pada anugerah persekutuan Tuhan dalam menghikmati Natal, Tuhan yang merapuh menjadi manusia, Tuhan melawat manusia, untuk menyelamatkan kan manusia, Tuhan berkarya Kata adven dari bahasa Latin ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ด, kata kerjanya ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฆ, yang berarti datang, tiba. Pada masa lampau kedatangan seorang penguasa di kota atau provinsi dalam suatu wilayah ekumenisnya juga menggunakan istilah ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ด. Misal, kedatangan Kaisar Agustus diabadikan dalam bentuk monumen atau uang dengan tulisan ๐˜ˆ๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ด ๐˜ˆ๐˜ถ๐˜จ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ช (Kedatangan Agustus). Istilah ini juga digunakan untuk kunjungan tahunan dewa ke kuil. Kata adven masuk ke khasanah Kristen ketika Kitab Suci Perjanjian Baru diterjemahkan ke bahasa Latin (๐˜๐˜ถ๐˜ญ๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ข) dari bahasa Grika. ๐˜๐˜ถ๐˜ญ๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ข menerjemahkan ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข (kedatangan) dengan ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ด dalam kitab Injil. Namun, dalam beberapa Surat Rasuli ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข dimaknai ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ข (kehadiran) (1Kor. 16:17; 2Ptr. 1:16). Perayaan-perayaan liturgis dalam Lingkaran Natal tidaklah sebanyak dan serumit yang terjadi dalam Lingkaran Paska. Panjang masa Adven (๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ด) bukan empat pekan (๐˜ธ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ฌ). Masa Adven ditetapkan ada empat hari Minggu (๐˜š๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ) dihitung mundur dari hari Natal (25 Desember) dengan hari Minggu terjauh disebut Minggu kesatu yang adalah awal masa Adven. Panjang masa Adven dapat saja hanya 22 hari jika hari Natal jatuh pada Senin.
Masa Adven mengandung dua gatra (๐˜ข๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ต๐˜ด): eskatologis dan historis. Eskatologis, umat bersiap diri dalam pengharapan akan kedatangan kembali Kristus (๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข). Gatra eskatologis mengisi tema Minggu kesatu dan kedua Adven. Historis, umat bersiap diri untuk mengenang menuju perayaan peristiwa kelahiran Yesus yang terjadi sekitar dua ribu tahun yang lalu. Gatra historis mengisi tema Minggu ketiga dan keempat Adven.
Saya sering mendengar alasan orang Kristen merayakan Natal di masa Adven. Kata mereka, Natal dihadirkan setiap hari di hati umat Kristen karena Yesus tidak lahir pada 25 Desember. Natal bisa dirayakan kapan saja, kata banyak banyak orang Kristen bilang begitu. Pendapat itu omong kosong. Saya belum pernah melihat orang kristen yang berpendapat seperti itu merayakan Natal pada Mei, Juni, Juli, Jupri, Jupronz.


PEMAHAMAN 
Alasan di atas tampaknya rasional, tetapi sesungguhnya menyesatkan. Mengapa? Iman Kristen tidak berpusat pada Natal. Tidak merayakan Natal tidak membatalkan iman Kristen. Jantung iman Kristen adalah Paska, Kebangkitan Kristus. Orang Kristen pergi beribadah setiap Minggu pada dasarnya merayakan Hari Paska, Hari Kebangkitan Kristus. Mengapa pada-pada akhirnya umat Kristen merayakan Natal? Agama tidak sekali jadi. Agama ber-evolusi. Peradaban berkembang, demikian juga kekristenan. Hari raya liturgi gereja dimula dan berpusat pada misteri Paska. Pada mulanya tidak ada susunan sistematis dan terencana untuk merayakan peristiwa-peristiwa Kristus. Secara evolusi gereja memberikan tanggapan atas peristiwa-peristiwa tersebut satu per satu. Bapak-bapak gereja sejak abad II merapikan, membentuk, menyusun, dan merekayasa (to engineer) kisah teologinya sehingga menjadi bermakna, bertema, dan bercerita saling berurutan satu dengan lainnya. Hari raya liturgi merupakan drama sarat makna; suatu rekayasa gereja untuk memastori dan membina umat agar dapat lebih menghayati kisah Kristus menurut kesaksian Alkitab dalam bentuk perayaan. Kata kunci masa Adven adalah bersiap diri; bersiap diri untuk mengenang, bersiap diri untuk menuju perayaan, dan bersiap diri menantikan kedatangan kembali Kristus. Jadi, masa Adven bukanlah waktu untuk merayakan Natal. Merayakan Natal di masa Adven ibarat ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ di bulan Ramadan. Umat diberi waktu merayakan Natal cukup panjang, dari 24 Desember 2025 selepas matahari terbenam sampai 11 Januari 2026 (Minggu Pembaptisan Yesus), masih bisa diperpanjang pada Minggu biasa sampai 15 February 2026 lah, sebelum Rabu abu, cukup fleksibel. Di sinilah kepentingan pemimpin umat dan umat  harus mengerti ilmu liturgi (liturgika atau liturgiologi). Kalau pemimpin umat dan umat tidak paham ilmu liturgi, maka mereka akan melakukan rasionalisasi jawaban seperti dalam pengantar di atas.
(09122025)(TUS)


Minggu, 07 Desember 2025

SUDUT PANDANG ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—ฟ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ฝ๐—ฒ๐—ธ๐˜๐—ถ๐—ณ ๐—œ๐—น๐—บ๐˜‚ ๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ต๐˜ฟ๐™ž ๐˜ฝ๐™–๐™œ๐™ž๐™–๐™ฃ ๐™ˆ๐™–๐™ฃ๐™–๐™ ๐™–๐™ ๐™๐™š๐™ค๐™ก๐™ค๐™œ๐™ž ๐™ˆ๐™–๐™ช ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™ฅ๐™š๐™ง๐™–๐™ฃ?

SUDUT PANDANG ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—ฟ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ฝ๐—ฒ๐—ธ๐˜๐—ถ๐—ณ ๐—œ๐—น๐—บ๐˜‚ ๐—ง๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ต
๐˜ฟ๐™ž ๐˜ฝ๐™–๐™œ๐™ž๐™–๐™ฃ ๐™ˆ๐™–๐™ฃ๐™–๐™ ๐™–๐™ ๐™๐™š๐™ค๐™ก๐™ค๐™œ๐™ž ๐™ˆ๐™–๐™ช ๐˜ฝ๐™š๐™ง๐™ฅ๐™š๐™ง๐™–๐™ฃ?

Menyoal lingkungan hidup tentu tidak boleh melepaskan peranan lahan yang menjadi anasir utamanya. Lahan ditakrifkan sebagai hamparan darat yang merupakan paduan sejumlah sumberdaya alam dan budaya. Budaya di sini adalah aneka ragam jelmaan ekonomi, sosial, dan politik yang dilakukan oleh manusia. Pengertian lahan selalu bernasabah dengan keperluan dan kepentingan manusia. Makna suatu anasir lahan bagi kehidupan manusia dapat berubah sejalan dengan perubahan zaman. Zaman berubah berpautan dengan perubahan aspirasi sosial, perspektif ekonomi, suasana politik, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tanah adalah anasir utama pembentuk lahan. Dengan kata lain perusakan tanah mengakibatkan perusakan lahan. Perusakan lahan akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan ekosistem secara makro. Tanah merupakan hasil alihrupa bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu yang sangat panjang dan bermaujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan. Tanah juga merupakan satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi lainnya menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem atau sistem ekologi.  

Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memerlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. Contoh,  struktur tanah berubah karena beban lalu lintas, susunan kimia tanah berubah karena pemupukan dan irigasi, irigasi juga mengubah regim lengas tanah (๐˜ด๐˜ฐ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฆ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฆ), dan morfologi tanah mengalami turbasi karena pengolahan tanah. 

Untuk keterlanjutan perikehidupan dan menjamin kesejahteraannya manusia tidak mungkin mengabaikan upaya mencegah pelunturan berbagai fungsi tanah. Tanah merupakan anasir utama lingkungan hidup yang secara mutlak harus dilindungi atau dihindarkan dari dampak yang merugikan. Kenyataannya dalam wacana lingkungan hidup tanah hanya dibicarakan secara sangat terbatas. Hal ini dapat dimengerti karena proses kerusakan tanah berjalan begitu lambat sehingga hampir tidak tercerapi oleh indera manusia. 

Dari perspektif ilmu tanah tanah merupakan ekosistem yang beraneka pada skala lokal dan sumberdaya yang sangat heterogen dari sisi kimia, fisika, dan hayati. Berbeda dari ini air merupakan ujud (๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ต๐˜บ) berskala regional-global sehingga secara nisbi seragam dan homogen dalam banyak sifat. Udara merupakan sistem global yang tidak tampak dan berada dalam keadaan tercampur baik searah permukaan bumi, meskipun bersusunan berlapis-lapis pada skala antariksa. Dengan demikian cuplikan air dan udara dari berbagai tempat di bumi akan sangat mirip dalam banyak sifat. 

Sebaliknya cuplikan dan profil tanah dari tempat-tempat yang berdekatan pun akan sangat berbeda dalam banyak sisi. Pengetahuan tentang peranan tanah di berbagai lahan adalah pokok bagi pemahaman daur unsur dan aliran energi di dalam ekosistem lokal, regional, dan global.


Orang yakin akan kepentingan besar menjaga mutu air dan udara sebagai syarat pokok dalam mengelola lingkungan bagi keterlanjutan kehidupan manusia yang sejahtera, layak, dan sehat. Keyakinan ini tercermin pada penerbitan sejumlah besar perundangan yang mengatur ketat penggunaan dan pengelolaan sumberdaya air dan udara. Berbeda dengan ini tidak satu pun peraturan atau undang-undang yang mengatur penggunaan dan pengelolaan sumberdaya tanah berpautan dengan lingkungan. Sebagai contoh, pembukaan hutan dengan pembakaran lahan menghasilkan CO2 yang berterbangan ke atmosfer, pengeringan lahan gambut yang mendorong oksidasi bahan organik, pencetakan sawah secara ekstensif yang menghasilkan banyak metan tak kasat mata membahayakan kesehatan ozon.
 
Dari sisi pandang lingkungan tanah merupakan sistem pendukung utama kehidupan manusia. Pernyataan ini dapat dibenarkan dengan bukti-bukti berikut ini: 

1️⃣ Tanah merupakan penentu utama kemaujudan (๐˜ฆ๐˜น๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ด๐˜ฆ) ekosistem teristrik karena berlaku sebagai sumber, pengalihrupaan dan penyedia hara tumbuhan, serta sebagai penyedia air bagi tumbuhan yang dialihrupakannya dari air atmosfer. Dengan demikian tanah menjadi penentu kemampuan lahan dalam produksi biomassa berguna.

2️⃣ Tanah merupakan suatu pabrik mini pendaurulang sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Jumlah pabrik mini itu hampir tanpa batas sehingga kemampuan tanah mendaurulang sisa-sisa organik juga hampir tanpa batas. Dengan demikian tanah menjadi pelaksana alamiah anggitan (๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ต) swasembada bahan dan energi berkenaan dengan pemantapan sistem lingkungan hidup.

3️⃣ Tanah berkemampuan membersihkan limbah dari bahan atau zat pencemar yang dikandungnya dengan cara menyaring, menjerap (๐˜ข๐˜ฅ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฃ), atau mengurai. Dengan demikian tanah berkesanggupan bertindak sebagai pelaku sanitasi lingkungan hidup. [Bedakan antara menyerap = ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฃ dan menjerap = ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฃ]

4️⃣ Tanah merupakan mata rantai kunci dan sistem penyangga dalam daur hidrologi bumi. Dengan demikian tanah berperan besar dalam penyediaan dan pengendalian air.

5️⃣ Tanah berpengaruh atas pertukaran bahang (๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ต) pancaran dan bahang terasakan, serta atas albedo permukaan lahan. Dengan kata lain tanah mempengaruhi neraca energi permukaan lahan.

6️⃣ Tanah menjadi pelaku daur biogeokimia, baik langsung maupun tidak langsung, sebagai sumber dan pencekal gas rumahkaca (CO2, CH4, dan NO2) yang lewat pemanasan global menimbulkan sindrom perubahan lingkungan global.


๐——๐—ฎ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ต ๐—”๐—น๐—ถ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ถ (DAS) atau ๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฅ merupakan sistem ekologi yang rumit. Ada begitu banyak anasir pembentuk DAS, yang pada dasarnya anasir-anasir itu juga merupakan suatu sistem. Lahan adalah anasir utama DAS. Tanah adalah anasir utama pembentuk lahan. Tanah sendiri adalah sistem. Di dalam tanah juga ada sistem-sistem lain yang bekerja seperti ditunjukkan pada nomor 4 di atas: ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ถ๐˜ณ ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜จ๐˜ช.

Hidrologi DAS secara sederhana dipahami sebagai sistem tata air di DAS; ada masukan, tersimpan, dan keluaran. Pergerakannya berulang sehingga disebut daur hidrologi. Jumlah air dalam daur ulang itu relatif sama dari tahun ke tahun. Demikian juga daur hidrologi di daerah bencana di Sumatera.

Dengan ilmu tanah berkolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya secara teknis suatu daur hidrologi dapat dikendalikan. Debit air yang diharapkan sepanjang tahun dapat direncanakan. ๐˜’๐˜ฐ๐˜ฌ bisa?

Dalam kehidupan normal DAS air yang tersimpan dari curah hujan (CH) karena pengaruh besar tegakan hutan. Penjelasan sederhananya begini: Kecepatan tinggi air yang jatuh dari atas atmosfer tertahan lajunya oleh tajuk pohon. Air jatuh dengan kecepatan lambat sehingga memampukan tanah menyerap air lebih banyak. Air hujan pun tidak langsung mengenai muka tanah karena tanah tertutup oleh seresah hutan. Tanpa tajuk pohon air langsung menghantam tanah dan bagian terbesar air mengalir limpas (๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ-๐˜ฐ๐˜ง๐˜ง) dan menggerus muka tanah ke segala arah dan ke sungai bukan meresap ke tanah. Anda dapat membayangkan berteduh di bawah pohon rindang dibanding di bawah pohon kelapa sawit.

Perubahan tegakan hutan tentu saja mengubah kemampuan tanah dalam menyangga daur hidrologi. Perubahan itu dapat berupa peralihan hutan menjadi permukiman, perkebunan, persawahan, pertambangan, dlsb. Apakah peralihan itu harus dilarang? Tidak hitam-putih. Apabila memang perlu peralihan itu untuk mendapat maslahat yang lebih besar, mengapa tidak? Di sini peralihan itu harus dikompensasi. Ilmu tanah dapat mengaji ini. Caranya? Dengan analisis sistem. 

Di Indonesia informasi cuaca tercatatkan bertahun-tahun. Ada data CH, suhu, evaporasi, panjang penyinaran matahari, dlsb. Data klasifikasi tanah juga ada. Lalu dibuatlah pengimakan (๐˜ด๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ) dengan pengacuan (๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ) matematika. Peralihan hutan menjadi pertambangan, sebagai misal, harus dikompensasi dengan menambah sistem penyangga daur hidrologi. Kompensasi dapat berupa penerapan biologi dengan menambah kerapatan tegakan hutan di sekitar pertambangan, dapat pula penerapan mekanis dengan pembuatan infrastruktur pengendalian laju ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ-๐˜ฐ๐˜ง๐˜ง. Pada dasarnya bagaimana membuat debit air DAS relatif terkendali dan mencegah limpahan air yang luar biasa besar seperti banjir bandang berlakangan ini.

Secara teknis hal itu dapat dilakukan. Orang bule bilang: ๐˜๐˜ต’๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ญ๐˜ฆ. Jika begitu, mengapa bisa terjadi bencana banjir?

Penghampiran analisis sistem (๐˜ด๐˜บ๐˜ด๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ๐˜บ๐˜ด๐˜ช๐˜ด ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฑ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ข๐˜ค๐˜ฉ) di atas sebenarnya sudah diperkenalkan pada awal 1990. Pada jenjang mahasiswa S1 sangat bolehjadi saya yang pertama mengajukan maslahat wacana ini lewat mata kuliah ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ dengan dosen pembimbing Prof. Tejoyuwono Notohadiprawiro. Saya diberi nilai A oleh beliau yang dikenal sebagai dosen ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ณ. Apakah karena penjelasan teknis saya mantap? Bukan! Saya diberi nilai A, karena dalam penutup saya mengurai bahwa wacana ini sulit diterapkan di Indonesia lantaran ๐—ณ๐—ฎ๐—ธ๐˜๐—ผ๐—ฟ ๐—ฝ๐—ผ๐—น๐—ถ๐˜๐—ถ๐—ธ.

Seperti yang saya katakan di atas bahwa aktivitas manusia berperan penting dalam peralihan fungsi tanah. Di sinilah apabila teologi mau turut aktif berperan dalam pencegahan bencana. Bencana banjir pada dasarnya merupakan akibat utama para pemegang kuasa politik dan uang tak bermoral. Bagaimana mau menghitung dan menerapkan kompensasi agar daur hidrologi seimbang apabila pembuat kebijakan dan pemegang uang tak bermoral?

๐—•๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—ป๐—ฎ ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ถ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐˜๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐—ฎ๐˜„๐—ฎ๐—ต

Kemarin saya menyinggung pencetakan sawah secara ekstensif akan menimbulkan bahaya pelepasan gas metan yang merusak kesehatan ozon. Bagaimana penjelasannya?

Metan (CH4) bersama CO2 dan NO2 masuk ke golongan gas rumahkaca. Namun, gas metan sangat kuat, 28 – 34 kali lebih kuat daripada CO₂ dalam memerangkap panas (20 – 100 tahun jangka waktu).

Mengapa sawah menghasilkan gas metan?

Sawah selalu tergenang sehingga kondisi menjadi anaerob. Ketika tanah digenangi air, oksigen tidak dapat masuk ke dalam tanah. Akibatnya mikrobia yang hidup di dalam tanah beralih ke metabolisme anaerob.

Mikrobia anaerob menghasilkan metana. Dalam kondisi tanpa oksigen sekelompok mikrobia khusus yang disebut metanogen mengurai bahan organik di tanah seperti: sisa-sisa jerami, akar tanaman yang mati, bahan organik alami tanah. Proses penguraiannya menghasilkan CH₄ (metana) sebagai produk sampingan. Fenomena yang sama seperti gas yang muncul di rawa, karena kondisinya mirip.

Sawah sangat luas sehingga emisi akumulatif besar. Apabila pencetakan sawah dilakukan masif dan ekstensif, maka luas lahan yang tergenang meningkat, jumlah metanogen meningkat, total produksi CH₄ naik dahsyat. Pada skala nasional sawah menjadi satu dari sejumlah sumber gas metan terbesar pada sektor pertanian.

Beberapa hal yang dapat membuat emisi lebih tinggi:
▶️ Jerami dibenamkan (banyak bahan organik untuk diurai)
▶️ Air tergenang tanpa jeda (tanpa fase oksigen, metanogen berkembang terus)
▶️ Pemupukan tertentu (misal urea berlebihan)
▶️ Jenis tanah kaya bahan organik

Pada zaman Orba Indonesia sudah mengalami tragedi pencetakan sawah sejuta hektar dari lahan gambut di Kalimantan. Projek ini pada akhirnya menjadi bencana. Prof. Tejoyuwono yang kala itu menjadi konsultan utama untuk pemulihan mengatakan bahwa dibutuhkan waktu sedikitnya 100 tahun untuk mengembalikan status lahan sampai nilai marginal, dan itu pun pemulihan lahan gambut hanya memperbaiki yang tersisa, tidak mengembalikan volume yang sudah lenyap.

Mengapa pencetakan sawah sejuta hektar dari lahan gambut itu menjadi tragedi?

Gambut terbentuk dari bahan organik yang menumpuk ribuan tahun dalam kondisi jenuh air sehingga tidak teroksidasi. Ketika dikeringkan, oksigen masuk ke pori-pori tanah, mikrobia menguraikan bahan organik. Dalam proses ini ia melepaskan CO₂ dalam jumlah besar.

gambut → kering → teroksidasi → habis menjadi CO₂

Indonesia menanggung banyak emisi karbon dunia dari proses ini.

Gambut yang mengering menjadi menyusut, memadat, hilang volumenya. Dampaknya
permukaan tanah turun 2–5 cm per tahun (bahkan lebih pada awalnya), daerah menjadi lebih rendah daripada permukaan air, rawan banjir, dan sulit dikembalikan. Ini berarti gambut “hilang” secara fisikal, bukan hanya kimiawi.

Gambut kering menjadi mudah terbakar, merembet ke bawah (๐˜จ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ง๐˜ช๐˜ณ๐˜ฆ), dan sulit dipadamkan. Kebakaran gambut mengakibatkan kabut asap lintas negara, kerusakan ekosistem besar, pelepasan CO₂, CO, PM2.5, dan toksin lainnya.

Gambut basah dapat menyimpan air seperti spons, tetapi saat ia dikeringkan pori-porinya rusak. Kapasitas menyimpan air hilang: mudah terbakar, mudah banjir.

Dari tragedi gambut ini sebenarnya Pemerintah punya cermin besar untuk berkaca diri.

Di sinilah para pendeta yang sudah dibekali ilmu teologi terus-menerus menyuarakan penegakan etika Kristen. Tak usah muluk-muluk kepada Pemerintah secara umum. Lakukanlah terlebih dahulu kepada warga jemaat yang memegang kekuasaan politik, yang pejabat pemerintah dan punya uang, untuk tidak serakah. Kristen tidak melarang orang menjadi kaya asalkan tidak serakah. Tentu suara pendeta itu akan mudah menancap ke benak warga jemaat apabila pendeta itu juga menjunjung etika, memiliki moral. 

 (08122025)(TUS)

Sudut Pandang NPD & “Ilmu Hitam”: Antara Manipulasi Psikologis dan Keyakinan Korban dan Energi Empath” yang Justru Menenangkan NPD; Kenapa Empath mudah terjebak NPD? Kenapa Empath Sangat Mudah Terjebak NPD? Mereka Nyaman, Tapi Tetap Menyakiti?

Sudut Pandang NPD & “Ilmu Hitam”: Antara Manipulasi Psikologis dan Keyakinan Korban, Kenapa Empath Sangat Mudah Terjebak NPD?

Dalam beberapa cerita masyarakat, ada pelaku dengan ciri Narcissistic Personality Disorder (NPD) yang seolah-olah menggunakan “ilmu hitam” untuk mengikat, mengendalikan, atau memperoleh suplai dari korbannya. Banyak korban merasa energi mereka “habis,” sulit pergi, atau merasa seperti “dipikat kembali” meski sudah tahu hubungan itu merusak.

Namun dari sisi psikologi, fenomena ini tidak dijelaskan sebagai kekuatan supranatural, melainkan:

1. Efek Manipulasi Psikologis yang Sangat Kuat

Pelaku NPD memakai teknik manipulasi seperti:
- Trauma bonding
- Gaslighting berat
- Love bombing intens
- Silent treatment ekstrem

Kombinasi ini membuat korban merasa seperti “terikat tak terlihat,” dan inilah yang sering dianggap sebagai “pengaruh gaib.”

 2. Kekuasaan Emosional yang Terasa Mistis

Korban sering berkata:

“Aku tahu dia jahat, tapi aku tetap balik.”

“Setiap aku mau pergi, ada saja hal yang membuatku kembali.”

“Aku merasa dia bisa membaca pikiranku.”

Secara psikologi, ini adalah efek dari:
- sistem saraf yang kelelahan,
- kecemasan kronis,
- kebutuhan akan validasi,
- rasa bersalah yang ditanamkan,
- dan identitas yang terkikis.

Semua itu membuat korban merasa seperti dikendalikan secara “tak kasat mata.”

3. Keyakinan Budaya tentang Ilmu Hitam

Dalam beberapa budaya, pelaku yang manipulatif, karismatik, atau pandai memainkan emosi sering dianggap “punya kemampuan khusus.”

Padahal:

yang bekerja adalah psikologi, bukan kekuatan supranatural.

pelaku NPD memang ahli membaca kelemahan orang, memicu rasa takut, membuat ketergantungan, dan memainkan timing.

Ini membuat korban merasa hubungan itu “dikunci.”

4. NPD Bisa Memakai Bahasa Mistis untuk Menakut-nakuti

Beberapa pelaku sengaja:
- mengaku punya “ilmu,”
- mengancam dengan hal-hal gaib,
- memakai simbol, ritual, atau gaya bicara tertentu,
- membuat korban percaya mereka “berbahaya.”

Tujuannya bukan karena mereka punya kekuatan, tapi untuk menanamkan ketakutan agar korban tidak melawan.

5. Ada Juga Pelaku NPD yang Memang Percaya pada Hal-Hal Mistis

Bukan karena “punya ilmu,” tapi karena:
- mereka memakai apa pun yang memberi rasa kuasa,
- mereka mencari kontrol penuh atas orang lain,
- mereka menggunakan kepercayaan gaib sebagai alat manipulasi.

 Jadi, apakah ada NPD yang “menggunakan ilmu hitam” untuk mendapatkan suplai?
Dalam realitas psikologi: tidak.

Dalam pengalaman korban: iya, karena efek manipulasi terasa seperti sesuatu yang tidak wajar.

Yang benar-benar terjadi adalah:
- kontrol emosi,
- ketakutan,
- trauma bonding,
- perasaan tidak berdaya,
- dan perubahan biokimia otak akibat stres.

Ini semua membuat korban merasakan pengaruh yang begitu kuat, hingga tampak seperti “gaib.”

 Kesimpulan:

Pelaku NPD tidak membutuhkan kekuatan supranatural.
Mereka menggunakan:
- manipulasi,
- strategi psikologis,
- tekanan emosional,
- dan ketakutan korban.

Jika korban percaya pada hal mistis, pelaku dapat memanfaatkannya sebagai alat kontrol.

Hubungan dengan NPD bisa terasa seperti “terkutuk,” tetapi mekanismenya sesungguhnya sangat manusiawi dan dapat dijelaskan secara ilmiah.


“Energi Empath” yang Justru Menenangkan NPD; Kenapa Mereka Nyaman, Tapi Tetap Menyakiti?

Banyak orang bertanya-tanya: Mengapa NPD terlihat paling “lengket”, paling nyaman, bahkan paling tenang justru ketika bersama seorang empath?
Padahal… empath-lah yang paling sering dihancurkan secara emosional.

Ini penjelasannya secara psikologis:

1. Empath Mengeluarkan Energi yang Menenangkan

Empath memiliki kelebihan alami:
- mampu membaca emosi orang lain
- responsnya lembut dan hangat
- sabar menghadapi orang sulit
- punya kemampuan membuat orang lain merasa dipahami

Bagi NPD yang hidup dalam ketakutan ditolak dan kebutuhan konstan akan validasi, energi seperti ini terasa aman.

Empath memberi suasana yang NPD tidak pernah dapatkan di masa kecil:
diterima tanpa syarat.

2. Empath Memberikan Cinta yang NPD Tak Bisa Berikan Balik

NPD tumbuh dengan luka:
- tidak pernah merasa cukup
- selalu butuh dikagumi
- tidak mampu mengelola rasa malu, kecewa, atau ditolak
- empati mereka rendah atau tidak stabil

Ketika empath mencintai dengan tulus dan dalam, NPD merasa:

“akhirnya ada yang benar-benar melihat aku”

“ada orang yang mau mendengarkan keluhanku”

“aku bisa jadi versi sempurna diriku di depan dia”

Ini membuat empath seperti charger emosional bagi NPD.

3. Tapi… NPD Merasa Terancam oleh Kedalaman Emosi Empath
- Saat hubungan mulai stabil, terjadi hal yang ironis:
- kedekatan emosional memicu rasa takut
- kerentanan membuat NPD merasa kehilangan kontrol
- cinta yang tulus terasa menakutkan karena mereka tidak bisa membalasnya

Apa respon default mereka?
Serangan. Penarikan diri. Siklus menyakitkan.

Karena bagi NPD:
Lebih aman menghancurkan hubungan daripada merasa rentan.

4. Energi Empath = Sumber Supply

Empath memberi:
- validasi
- perhatian
- pengertian
- kesabaran
- emosi yang “lezat” bagi NPD

Itu sebabnya NPD merasa nyaman, tapi juga merasa berhak untuk mengambil semuanya, bahkan sampai habis.
- Empath menjadi “tempat pembuangan” emosi NPD:
- kemarahan
- rasa malu tersembunyi
- rasa iri
- ketakutan

Dan tragisnya…
NPD tidak ingin kehilangan empath, tapi juga tidak mampu mencintai empath dengan sehat.

5. Kenapa Tetap Menyakiti?

Karena NPD:
- tidak tahu cara mencintai tanpa kontrol
- tidak bisa menghadapi konflik tanpa agresi
- takut kehilangan supply
- tidak tahan melihat orang lain terlalu “mandiri” atau bahagia
- merasa “aman” hanya ketika mereka dominan

Jadi meski mereka:
- merasa nyaman
- merasa tenang
- merasa terpenuhi, tetapi mereka tetap menghancurkan hubungan karena pola psikologis mereka tidak stabil.

Kesimpulan:
- Empath membuat NPD merasa:
- aman
- dipahami
- dihargai
- dikagumi
- ditenangkan

Tapi luka masa kecil NPD membuat mereka:
- tidak bisa menerima cinta
- tidak bisa membalasnya
- tidak bisa menjaga hubungan
- takut kehilangan kontrol
- akhirnya … menyakiti orang yang paling peduli pada mereka

Pesan untuk Empath

Jika kamu seorang empath, ingat:

Cinta kamu bukan masalahnya.
Luka mereka yang tidak pernah disembuhkan, itulah akar semuanya.
Dan kamu tidak bisa menyembuhkan seseorang yang menolak untuk sembuh.


Kenapa Empath Sangat Mudah Terjebak NPD?

Ada orang yang empatinya tinggi sangat mudah tertarik pada seseorang yang memiliki kelainan kepribadian NPD, yaitu empath. Sebaliknya, NPD juga sangat tertarik pada empath.

Hubungan yang tampak “magnetis”, tapi sebenarnya penuh luka psikologis.

Dalam dinamika hubungan, empath dan narcissist (terutama NPD) adalah kombinasi yang paling sering terjadi dan paling berbahaya. Empath yang penuh kasih mudah tertarik pada orang yang terlihat membutuhkan perhatian, sementara NPD membutuhkan sumber energi emosional yang stabil yang bisa mereka kontrol.

Hasil akhirnya?
Empath terhisap semakin dalam, sedangkan NPD semakin kuat.

Berikut alasan paling umum mengapa empath mudah terjebak NPD.

1. Empath Terbiasa Memahami, NPD Terbiasa Ditoleransi

Empath punya kemampuan alami untuk:
- membaca emosi orang lain,
- memahami luka batin orang lain,
- memberi ruang,
- memaafkan berkali-kali.

Sedangkan NPD terbiasa menerima:
- toleransi,
- perhatian tanpa batas,
- pemakluman,
- kesempatan kedua, ketiga, bahkan keseratus.

Empath tidak sadar bahwa “memahami” berubah menjadi membiarkan diri disakiti.

 2. NPD Menampilkan “Citra Ideal” yang Memikat Empath

Di awal hubungan, NPD melakukan love bombing:
- perhatian intens,
- kata-kata manis,
- janji besar,
- sikap seakan sangat cocok,
- menjadikan empath “orang istimewa”.

Empath yang peka terhadap hubungan emosional merasakan koneksi kuat, padahal itu hanya fase idealisasi.

Saat NPD berubah, empath tetap bertahan karena ingat “versi indah” dari awal hubungan, padahal itu topeng.

3. Empath Merasa Mereka Bisa “Menyembuhkan” NPD

Empath adalah penyembuh alami.
Mereka melihat luka inner child pada seorang narsistik dan mengira:

“Mungkin kalau aku cukup sabar, dia akan berubah.”

Faktanya:
NPD tidak berubah tanpa terapi intens, dan kebanyakan menolak terapi karena merasa tidak salah. Sementara itu, empath terkuras perlahan.

 4. Empath Terjebak Trauma Bonding

Hubungan dengan NPD penuh pola:

1. idealisasi (love bombing)

2. devaluasi (kritik, marah, gaslighting)

3. penarikan (silent treatment)

4. hoovering (ditarik kembali)

Siklus ini menciptakan trauma bonding, yaitu keterikatan kuat akibat campuran cinta + ketakutan + ketidakpastian.

Empath yang emosinya tajam dapat mengartikan ikatan traumatis ini sebagai “kedekatan mendalam.”

5. Empath Ingin Harmonis, NPD Menggunakan Konflik untuk Mengontrol

Empath:
- menghindari konflik,
- mencoba menenangkan,
- lebih memilih berdamai daripada berdebat.

NPD:
- menggunakan kemarahan,
- ancaman pergi,
- silent treatment,
- dan drama untuk menguasai situasi.

Empath menurunkan batasannya, NPD menaikkan kontrolnya.

6. Empath Sering Tidak Menyadari Manipulasi Halus

NPD ahli:

- gaslighting,
- playing victim,
- shifting blame,
- memutarbalikkan cerita.

Empath yang selalu reflektif lebih mudah bertanya:

 “Apa aku memang salah?”

Padahal itu hasil manipulasi psikologis, bukan introspeksi sehat.

7. Kebaikan Empath Menjadi Target Utama

NPD mencari supply dari:
- orang yang penyayang,
- orang yang loyal,
- orang yang mudah merasa bersalah,
- orang yang takut melukai perasaan.

Empath punya semua karakteristik itu.
Itulah sebabnya banyak ahli menyebut hubungan NPD empath sebagai “toxic magnet”.

 Kesimpulan: 
Empath Bukan Lemah, Mereka Justru Terlalu Kuat Menahan Sakit

Empath sering terjebak bukan karena:
- bodoh,
- kurang pengalaman,
- atau tidak punya harga diri.

Tapi karena:

- mereka punya hati besar,
- mereka memaafkan,
- mereka percaya pada kebaikan,
- mereka melihat potensi terbaik pada seseorang.

Sementara NPD melihat kesempatan untuk memanfaatkan itu.

Agar terlepas, empath perlu belajar:
- batasan,
- red flag,
- self-love,
- dan memahami nilai dirinya sendiri.

Jumat, 05 Desember 2025

Sudut Pandang ๐—ฆ๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€

Sudut Pandang ๐—ฆ๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€

Kendati jarang dikhotbahkan pada masa Natal, Silsilah Yesus versi Injil Matius sebenarnya bagian penting dalam teologi Natal Matius, bahkan bagian penting dari teologi seluruh Injil Matius. Namun, cilakanya nilai penting dan teologi itu lenyap ketika Silsilah Yesus dianggap “laporan historis”, sekadar memberi informasi mengenai nenek moyang Yesus. Bahkan, ada yang meyakini bahwa silsilah itu bersifat biologis: Yusuf keturunan biologis dari Abraham dan Raja Daud. 

Mari kita telisik Silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Lukas. 

▶️ ๐—ฅ๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜ƒ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ ๐—œ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—น ๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐˜‚๐˜€ (Mat. 1:2-17):

Abraham - Ishak -  Yakub - Yehuda - Peres -Hezron - Ram - Aminadab - Nahason -  Salmon - Boas - Obed - Isai - raja Daud. 

Daud - Salomo - Rehabeam - Abia - Asa - Yosafat -  Yoram - Uzia - Yotam - Ahas - Hizkia - Manasye – Amon - Yosia - Yekhonya – Sealtiel – Zerubabel – Abihud – Elyakim – Azor – Zadok – Akhim – Eliud – Eleazar – Matan – Yakub - Yusuf - Yesus. 

▶️ ๐—ฅ๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ฎ๐˜€๐—ฎ๐—ป ๐—ฆ๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜ƒ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ ๐—œ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—น ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ (Luk. 3:23-38):

[Garis keturunan sengaja dibuat dari atas ke bawah agar memudahkan perbandingan dengan Injil Matius.]

Allah – Adam – Set – Enos – Kenan – Mahalaleel – Yared – Henokh – Metusalah – Lamekh -Nuh – Sem – Arpakshad – Kenan – Salmon – Eber – Peleg – Rehu – Serug – Nahor – Terah – Abraham.

Abraham – Ishak – Yakub – Yehuda – Peres – Hezron – Arni – Admin – Aminadab – Nahason – Salmon – Boas – Obed – Isai – Daud. 

Daud – Natan – Matata – Mina – Melea – Elyakim – Yonam – Yusuf – Yehuda – Simeon -  Lewi – Matat – Yorim - Eliezer – Yesua – Er – Elmadam – Kosam – Adi – Malkhi – Neri – Sealtiel – Zerubabel – Resa – Yohanan – Yoda – Yosekh – Simei – Matica – Maat – Nagai – Hesli – Nahum – Amos – Matica – Yusuf – Yanai – Malkhi – Lewi – Matat – Eli – Yusuf - Yesus

▶️ ๐—”๐—ฝ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ต ๐˜€๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜ƒ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ ๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐˜‚๐˜€ ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐˜?

Sekurang-kurangnya ada ๐˜๐—ถ๐—ด๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—ป.

1. ๐˜ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜œ๐˜ป๐˜ช๐˜ข (Mat. 1:8)

Kesalahan kesatu itu ada dalam bagian silsilah dari Daud ke Yekhonya.

Daud - Salomo - Rehabeam - Abia - Asa - Yosafat -  Yoram - Uzia - Yotam - Ahas - Hizkia - Manasye – Amon - Yosia - Yekhonya.

Menurut Matius (1:8), Yoram memperanakkan Uzia. Padahal Silsilah Daud dalam 1 Tawarikh 3 sbb.:
Daud - Salomo - Rehabeam - Abia - Asa - Yosafat - Yoram - Ahazia (2Rj.8:24-25) - Yoas (2Rj.11-13) - Amazia (2Raj.14) - Azarya (/Uzia, 2Rj.15:32) - Yotam (2Rj. 15:7).

Jadi, anak Yoram seharusnya Ahazia, bukan Uzia. Apakah ayah Yotam bernama Uzia? Menurut 2 Rj. 15:32, ayah Yotam (juga) bernama Uzia; jadi tampaknya Uzia = Azarya (2Rj. 15:7; 1Taw. 3:11). Dengan kata lain dari Yoram ke Uzia (/Azarya) ada tiga raja yang dilompati Matius. Ketiga raja itu adalah Ahazia, Yoas, dan Amazia.

2. ๐˜ ๐˜ฐ๐˜ด๐˜ช๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข (Mat. 1:11)

Kesalahan kedua itu juga ada dalam bagian dari Daud ke Yekhonya. Padahal Silsilah Daud dalam 1 Tawarikh 3:15-16 begini: Yosia - Yoyakim - Yekhonya (Yoyakhin). Jadi, Yosia seharusnya memperanakkan Yoyakim, bukan Yekhonya. Yekhonya (Yoyakhin) adalah anak Yoyakim, bukan anak Yosia. Raja Yoyakim dilompati Matius.

3. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ข๐˜ญ๐˜ต๐˜ช๐˜ฆ๐˜ญ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ก๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ (Mat. 1:12)

Kesalahan ketiga itu ada dalam bagian dari Yekhonya ke Yesus.

Yekhonya – Sealtiel – Zerubabel – Abihud – Elyakim – Azor – Zadok – Akhim – Eliud – Eleazar – Matan – Yakub - Yusuf - Yesus

Padahal menurut Silsilah Daud dalam 1 Tawarikh 3:19, ayah Zerubabel adalah Pedaya (saudara Sealtiel). Namun, dalam bagian PL lainnya seperti dalam Ezra 3:2, Nehemia 12:1, Hagai 1:1, Zerubabel memang dianggap anak Sealtiel. Jadi, kesalahan ketiga itu tampaknya masih dapat “ditoleransi”.

▶️ ๐—”๐—ฝ๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ต ๐˜€๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜ƒ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐˜?
 
Selain tidak akurat Silsilah Yesus versi Lukas terasa janggal.

1. ๐˜ˆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ฅ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ (Luk. 3:33)

Menurut Lukas 3:33 Hezron memperanakkan Arni, lalu Arni memperanakkan Admin, dan Admin memperanakkan Aminadab.

Hezron – Arni – Admin – Aminadab

Padahal Silsilah Yehuda dalam 1 Tawarikh 2:9-10 begini: Hezron - Ram - Aminadab.

Matius 1:3-4 juga menulis silsilah yang sama: Hezron - Ram - Aminadab. Jadi, anak Hezron yang seharusnya Ram, bukan Arni. Ayah Aminadab seharusnya Ram, bukan Admin. Dengan kata lain dua nama yang tertulis dalam Lukas 3:33 adalah nama yang salah atau janggal.

2. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ข๐˜ญ๐˜ต๐˜ช๐˜ฆ๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ก๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ (Luk. 3:27)

Hampir semua nama yang tercantum dalam Silsilah Yesus versi Lukas dari Natan (anak Daud) sampai Yusuf (ayah Yesus) adalah nama-nama yang asing. Hampir semuanya tidak memiliki rujukan PL sehingga ada kesan semua nama itu hanyalah karangan Lukas atau jemaat sebelum Lukas. Berbeda dari Matius yang menyusun Silsilah Yesus berdasarkan garis keturunan Salomo, Lukas menyusunnya berdasarkan garis keturunan Natan, anak Daud juga. Anehnya dari Silsilah Natan itu ada juga nama yang sama, misalnya Sealtiel dan Zerubabel (Luk. 3:27).

Daud – Natan – Matata – Mina – Melea – Elyakim – Yonam – Yusuf – Yehuda – Simeon -  Lewi – Matat – Yorim - Eliezer – Yesua – Er – Elmadam – Kosam – Adi – Malkhi – Neri – Sealtiel – Zerubabel. 

Padahal kedua nama itu ada di Silsilah Salomo versi Matius (1:12). Selain kedua nama itu sama, statusnya juga sama: Sealtiel adalah ayah Zerubabel. Jadi, mengapa ada dua nama yang sama dan dalam status yang sama dalam Silsilah Natan versi Lukas? Mengapa nenek moyangnya berbeda (Salomo/Natan) dan ayah Sealtiel berbeda (Yekhonya/Neri)?

3. ๐˜Œ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ง (Luk. 3:23)

Kejanggalan berikutnya: Silsilah Natan versi Lukas itu berakhir dengan nama yang sama dengan Silsilah Salomo versi Matius: Yusuf (suami Maria, ayah Yesus).

Daud – Natan – Matata – Mina – Melea – Elyakim – Yonam – Yusuf – Yehuda – Simeon -  Lewi – Matat – Yorim - Eliezer – Yesua – Er – Elmadam – Kosam – Adi – Malkhi – Neri – Sealtiel – Zerubabel – Resa – Yohanan – Yoda – Yosekh – Simei – Matica – Maat – Nagai – Hesli – Nahum – Amos – Matica – Yusuf – Yanai – Malkhi – Lewi – Matat – Eli – Yusuf - Yesus

Namun, Yusuf versi Lukas ini adalah keturunan Natan dan nama ayahnya adalah Eli (Luk. 3:23). Padahal Yusuf versi Matius adalah keturunan Salomo dan nama ayahnya adalah Yakub (Mat. 1:18). Tampaknya ada dua kemungkinan di sini.

Kemungkinan kesatu, Yusuf anak Eli yang dimaksud Lukas memang bukan tokoh yang sama dengan Yusuf anak Yakub yang dimaksud Matius sekalipun “anehnya” keduanya menjadi suami Maria dan ayah Yesus. Kemungkinan kedua, Yusuf anak Eli itu merujuk tokoh yang sama dengan Yusuf anak Yakub.

Masalahnya: mengapa nenek moyangnya berbeda (Salomo/Natan) dan ayahnya berbeda (Yakub/Eli)? Jika silsilah adalah laporan historis biologis, keduanya tidak mungkin sama-sama benar. Jadi, ๐˜€๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐˜‚๐˜€ ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ต ๐˜€๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐˜€๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ต?

▶️ ๐——๐˜‚๐—ฎ ๐—ฆ๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฎ

Jika kedua silsilah itu dibandingkan dari Daud sampai ke Yusuf (suami Maria) hampir tidak ada nama yang sama kecuali Sealtiel dan Zerubabel. Jadi, cukup beralasan jika disimpulkan bahwa kedua silsilah Yesus itu adalah dua silsilah yang memang berbeda. Akibatnya pertanyaan ini sulit dijawab:

1. Yusuf keturunan Daud dari garis-keturunan siapa: Natan (Luk. 3:31) ataukah Salomo (Mat. 1:6)?

2. Siapakah ayah Yesus atau suami Maria: Yusuf anak Eli keturunan Natan (Luk. 3:23) ataukah Yusuf anak Yakub keturunan Salomo (Mat. 1:16)? 

▶️ ๐—จ๐˜€๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป ๐˜€๐—ผ๐—น๐˜‚๐˜€๐—ถ ๐—ธ๐—ฎ๐˜‚๐—บ ๐—™๐˜‚๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€

Usulan solusi dari kaum Fundamentalis seperti Gleason Archer adalah dengan beranggapan Silsilah Yesus versi Lukas itu sebagai silsilah Maria, bukan silsilah Yusuf. Jadi, Marialah yang bernenek moyang Natan dan memiliki ayah bernama Eli. Sepintas solusi itu seakan-akan bisa “menjawab” mengapa kedua Silsilah Yesus itu sangat berbeda. Sialnya solusi itu lebih didasarkan pada pembelaan ideologi Ineransi (๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ค๐˜บ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ญ๐˜ฆ) ketimbang pada bukti tekstual.

▶️ ๐—•๐˜‚๐—ธ๐˜๐—ถ ๐˜๐—ฒ๐—ธ๐˜€๐˜๐˜‚๐—ฎ๐—น๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐˜€๐—ผ๐—น๐˜‚๐˜€๐—ถ ๐—ธ๐—ฎ๐˜‚๐—บ ๐—™๐˜‚๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€

1. Hanya ada nama ๐˜ ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ง di Silsilah Yesus versi Lukas itu (3:23).

Tidak ada nama ๐˜”๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ข di sana. Seandainya benar silsilah itu adalah silsilah Maria, mengapa namanya tidak disebutkan secara eksplisit?

2. Dalam Injil Lukas tokoh yang secara panggah disebut ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜จ๐˜ข ๐˜‹๐˜ข๐˜ถ๐˜ฅ (Luk. 1:27) atau ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜‹๐˜ข๐˜ถ๐˜ฅ (Luk. 2:4) hanya Yusuf dan Yesus (Luk. 1:32; Kis. 2:30). Maria bukan keturunan Daud.

Solusi dari kaum fundamentalis seperti Archer tampaknya lebih membuktikan bahwa masalah yang mendasar bukan terletak dalam silsilah itu pada dirinya, melainkan terletak pada prapaham atau pemahaman pembaca terhadap silsilah itu. Jika silsilah itu dipahami sebagai laporan historis biologis lalu dibandingkan ke silsilah PL sebagai rujukannya, pembaca akan berkesulitan menjawab berbagai masalah yang berpautan dengan kebenaran historisnya. Jadi, ๐˜€๐—ถ๐—น๐˜€๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ถ๐˜๐˜‚ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ถ๐—ธ๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฝ๐—ฎ๐—ต๐—ฎ๐—บ๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ถ ๐˜€๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ฎ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ฒ๐—ผ๐—น๐—ผ๐—ด๐—ถ.

Sama halnya dengan “cerita” Injil sebagai sarana berteologi, dalam silsilah memang ada anasir-anasir historis. Namun, anasir-anasir historis itu ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐˜‚๐—ฏ๐—ฎ๐—ต silsilah teologis itu menjadi silsilah historis.

Sebagai contoh kepentingan silsilah dalam berteologi dapat kita lihat pada pembuka Injil Matius. Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Petulis Injil Matius sejak awal menyatakan imannya bahwa ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐˜€๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ธ ๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ถ๐—ฟ ๐˜€๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐— ๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—ฎ๐˜€ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ฅ๐—ฎ๐—ท๐—ฎ. Itu sebabnya ada orang Majus datang menyembah Mesias yang baru dilahirkan itu.

Teologi silsilah Injil Lukas berkebalikan dari Matius. Matius dari atas ke bawah. Lukas dari bawah ke atas: dari anak Yusuf (Luk. 3:23) sampai anak Allah (Luk. 3:38). Lukas mengusung teologi kenaikan. Lukas satu-satunya kitab Injil yang berkisah kenaikan Yesus. Dalam teologi Injil Lukas Yesus disebut Tuhan dan Mesias ๐˜€๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ถ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ธ๐—ถ๐˜๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—”๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ป๐—ฎ๐—ถ๐—ธ ๐—ธ๐—ฒ ๐˜€๐˜‚๐—ฟ๐—ด๐—ฎ lalu datang kembali sebagai Raja dalam kemuliaan-Nya.

Semoga bermaslahat.

MDS

Sudut ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ป๐—ด Matius 2 : 13-23, [๐— ๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚ ๐—œ ๐˜€๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น, ๐—ง๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—ป ๐—”], ๐— ๐˜‚๐˜€๐—ฎ ๐—•๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚

Sudut ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ป๐—ด Matius 2 : 13-23,  [๐— ๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ด๐˜‚ ๐—œ ๐˜€๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น, ๐—ง๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—ป ๐—”], ๐— ๐˜‚๐˜€๐—ฎ ๐—•๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚

Seperti yang pernah saya sampaikan bahwa pada mulanya jemaat Kristen tidak merayakan Hari Natal. Natal sebagai hari raya liturgi ditetapkan belakangan. Hari raya liturgi gereja dimula dan berpusat pada misteri Paska. Pada mulanya tidak ada susunan sistematis dan terencana untuk merayakan peristiwa-peristiwa Kristus. Secara evolusi gereja memberikan tanggapan atas peristiwa-peristiwa tersebut satu per satu. Bapak-bapak gereja sejak abad II merapikan, membentuk, menyusun, dan merekayasa (๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ณ) kisah teologinya sehingga menjadi bermakna, bertema, dan bercerita saling berurutan satu dengan lainnya. 

Meskipun demikian umat Kristen juga harus memahami bahwa kisah-kisah Kristus di dalam kitab-kitab Injil adalah kisah teologis, ๐—ฏ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ulasan laporan jurnalistik historis. Setiap penulis kitab Injil memiliki teologi masing-masing yang khas, unik, berbeda dari setiap pengarang kitab Injil kanonik. Perbedaan teologi ini ๐˜๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ dapat digabungkan untuk diharmoniskan. Perbedaan itu justru anugerah bagi kita sebagai pembaca produk akhir Alkitab bahwa tidak ada pendapat tunggal untuk memahami Yesus Kristus. Perbedaan kisah teologis ini juga menolong kita jangan sampai terbuai kepada orang yang berjualan “kesaksian” pribadi.

Bacaan ekumenis untuk Minggu pertama sesudah Natal hari ini diambil dari Injil Matius 2:13-23 yang diawali dengan Yesaya 63:7-9, Mazmur 148, dan Ibrani 2:10-18.

Bacaan Injil Minggu ini oleh LAI dibagi menjadi tiga perikop (๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ด๐˜ข๐˜จ๐˜ฆ): ๐˜—๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜”๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ณ (ay. 13-15), ๐˜—๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ต๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฎ (ay. 16-18), dan ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜”๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ณ (ay. 19-23). Bacaan Minggu ini khas Matius sehingga para ahli menyebut pengarang Injil Matius memiliki sumber sendiri alias Sumber M.

Muatan teologi di awal Injil Matius (pasal 1-2), yang mencitrakan teologi keseluruhan Injil Matius, Yesus adalah raja Yahudi mesianik keturunan Daud yang justru ditolak oleh para pemimpin Yahudi, tetapi diterima dan disembah oleh orang bukan-Yahudi. Para pemimpin Yahudi itu dicitrakan oleh Raja Herodes, sedang orang bukan-Yahudi dicitrakan oleh orang-orang majus.

Di awal Injilnya Matius langsung menggebrak bahwa Yesus juga menjadi ๐˜๐˜ด๐˜ณ๐˜ข๐˜ฆ๐˜ญ ๐˜‰๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ yang mengungsi ke Mesir dan dipanggil keluar (eksodus) dari Mesir. Eksodus adalah tema utama dalam sejarah keselamatan Israel (Perjanjian Lama atau PL). Tema eksodus menjiwai Injil Matius:
• Meskipun ada penolakan dan penindasan dari Raja Herodes (sejajar dengan Firaun di Mesir), Allah akan tetap berkarya melalui Anak-Nya, Israel baru (Mat. 2:15). 
• Musa memimpin Israel Lama, Yesus adalah pemimpin Israel Baru.
• Apabila Musa memberi kitab Taurat kepada umat Israel, Yesus pun memberi “kitab Taurat” yang baru kepada Israel Baru: (1) Matius 5-7, (2) Matius 10, (3) Matius 13, (4) Matius 18, dan (5) Matius 24-25.
• Musa menerima Taurat di gunung, namun Yesus lebih daripada itu, bukan menerima, melainkan memberi “Taurat” pertama-Nya di gunung (lih. ๐˜’๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต dalam Matius 5-7). Yesus membaharui Taurat lama dengan rumusan “๐˜’๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ง๐˜ช๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฐ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ...., ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ …”

Sebelum kita masuk ke pembahasan Bacaan Injil Minggu ini, kita segarkan lagi secara kelumit perikop yang mendahuluinya, yaitu perikop ๐˜–๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ-๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ซ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜›๐˜ช๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ณ (Mat. 2:1-13). Orang-orang Majus dari Timur itu adalah orang bukan-Yahudi pertama yang datang untuk menyembah Yesus sebagai Raja Yahudi yang baru dilahirkan (Mat. 2:2) karena mereka melihat bintang-Nya di Timur. 

Pengarang Injil Matius tampaknya mendapat inspirasi membuat kisah teologisnya dari Bilangan 22-24. Di sana ada raja jahat (Balak) yang hendak mencelakai bangsa Israel dan Musa. Di sana ada juga si penenung (magi) Bileam yang bukan orang Israel. Bileam juga melihat bintang (Bil. 24:17). Bintang yang dilihat Bileam itu menandakan kelahiran Raja Daud.

“Bintang Daud” itu juga dilihat dan diungkapkan orang-orang majus kepada Raja Herodes (Mat. 2:1), si raja jahat yang mau membunuh Yesus: raja mesianik keturunan Daud, Israel Baru, ๐˜”๐˜ถ๐˜ด๐˜ข ๐˜‰๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ. Raja Yahudi yang baru lahir itu adalah Sang Mesias yang dijanjikan Allah dan dinubuatkan di kitab nabi (Mikha 5:1). Ironisnya orang Yahudi sendiri tidak berusaha mencari rajanya yang baru dilahirkan itu, meskipun sudah punya petunjuk (kitab Mikha) tempat Ia akan dilahirkan: Betlehem. 

Herodes versi Injil Matius dan Injil Lukas merujuk orang yang sama: Herodes Agung. Akan tetapi Herodes versi Injil Lukas tidak tahu apa-apa mengenai kelahiran Yesus dan ia tidak didatangi orang-orang majus. Herodes versi Injil Matius mengetahui kelahiran Yesus melalui informasi dari orang-orang majus dan semua imam kepala serta ahli-ahli Taurat yang dikumpulkannya (Mat. 2:2, 4). Yesus adalah raja Yahudi yang baru dilahirkan sekaligus Mesias yang dijanjikan Allah. Herodes menganggap Yesus sebagai saingannya, musuh yang harus dibunuh. 

Herodes marah karena orang-orang majus itu tidak kembali kepadanya untuk memberitahu tempat Yesus berada. Ia lalu memberi perintah membunuh semua anak di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah. Atas ancaman pembunuhan itu Yesus harus menyingkir ke Mesir agar nubuatan nabi tergenapi: “๐˜‹๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜”๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ณ ๐˜’๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜’๐˜ถ” (lih. Hos. 11:1). Herodes adalah raja yang hendak mencelakai Yesus, sejajar dengan Balak raja jahat yang mau mencelakai bangsa Israel dan Musa.

Tema eksodus tampak dalam kisah pembunuhan anak-anak ini. Herodes adalah Firaun Mesir yang membunuh anak-anak Israel (lih. Kel. 1-2). Yesus adalah Musa yang luput dari pasukan Firaun itu. Pembunuhan anak-anak itu sekaligus menggenapi nubuatan nabi Yeremia (lih. Yer. 31:15). Matius yang mengutip ayat itu hendak memerikan (๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ค๐˜ณ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ฆ) cekaman teror itu lewat kesedihan Rahel, emak-emak Israel, yang anak-anaknya dibunuh oleh Herodes (Mat. 2:18).

Pengarang Injil Matius tampaknya tidak begitu suka memerikan Yesus sebagai Koresh, mesias dari Persia, yang mengalahkan Babel dan memulangkan orang-orang Yehuda (539-538 SZB). Matius lebih suka melukiskan Yesus sebagai Israel Baru dan Musa Baru dengan menampilkan adegan malaikat Tuhan (Yahweh) kepada Yusuf dalam Matius 2:20 yang sejajar dengan yang dikatakan Yahweh kepada Musa dalam Keluaran 4:19. 
• "๐˜’๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜”๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ณ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฃ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช." (Kel. 4:19)
• "๐˜‰๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ-๐˜•๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜๐˜ด๐˜ณ๐˜ข๐˜ฆ๐˜ญ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช." (Mat. 2:20)

Yesus dibawa kembali ke Israel oleh Yusuf untuk memerikan Yesus sebagai Musa Baru untuk memimpin Israel Baru. Dengan demikian nubuatan nabi dalam kitab Hosea yang dikutip di Matius 2:15 terjadi: “๐˜‹๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜”๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ณ ๐˜’๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜’๐˜ถ.” (lih. Hos. 11:1).

Meskipun Yesus adalah Musa Baru, namun Yesus harus dikenal sebagai “Yesus Orang Nazaret”. Untuk itu pengarang Injil Matius membuat alasan agar Yusuf tidak tinggal kembali di Betlehem dengan menampilkan Arkhelaus, anak Herodes, memerintah di tanah Yudea. Lewat mimpi Yusuf dinasihati untuk membawa Yesus (dan Maria) ke Nazaret di Galilea dan tinggal di sana agar tergenapi nubuatan-nubuatan nabi-nabi (Mat. 2:23). 

Entah nubuatan-nubuatan yang mana yang dimaksud oleh Matius dalam ayat 23. Tampaknya ia hanya hendak menyampaikan bahwa Allah akan selalu menggenapi janji-Nya. Hal ini sangat bolehjadi karena jemaat Matius bagian terbesar berlatar belakang Yahudi dan mengenal kitab-kitab PL sehingga tak terlalu sulit bagi Matius menulis kitab Injilnya. 

Selamat bertahun baru!

๐˜˜๐˜ถ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ: “๐˜“๐˜ฆ๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ญ ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ธ๐˜ฆ ๐˜๐˜ด๐˜ณ๐˜ข๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜ด๐˜ต ๐˜”๐˜ฐ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด. ๐˜๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ฌ ๐˜ถ๐˜ด 40 ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ด ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜จ๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฆ ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ต ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜”๐˜ช๐˜ฅ๐˜ฅ๐˜ญ๐˜ฆ ๐˜Œ๐˜ข๐˜ด๐˜ต ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฏ๐˜ฐ ๐˜ฐ๐˜ช๐˜ญ!” Golda Meir

Wassalam,
MDS (01012023)
๐Ÿ“ธ Yael Shelbia sekadar sampiran.

Kamis, 04 Desember 2025

Sudut Pandang Lukas 2:1-14 (15-20) dan Lukas 2:(1-7) 8-20 Sudut ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ป๐—ด [๐—›๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น, ๐—ง๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—ป ๐—”], Permulaan

Sudut Pandang Lukas 2:1-14 (15-20) dan Lukas 2:(1-7) 8-20
Sudut ๐—ฃ๐—ฎ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ป๐—ด [๐—›๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น, ๐—ง๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—ป ๐—”], Permulaan

Hari ini, 24 Desember 2022, umat Kristen mengakhiri masa Adven. Adven berakhir pada hari ini pada saat matahari terbenam. Hari ini, 24 Desember 2022, selepas Maghrib ๐˜€๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐—›๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น, Hari Kelahiran Yesus.

Secara tradisi yang kemudian menjadi liturgi baku ada tiga sesi ibadah Hari Natal: Kebaktian Malam Natal (๐˜”๐˜ช๐˜ด๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜•๐˜ฐ๐˜ค๐˜ต๐˜ฆ), Kebaktian Pagi (๐˜”๐˜ช๐˜ด๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ˆ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข), dan Kebaktian Siang (๐˜”๐˜ช๐˜ด๐˜ด๐˜ข ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜‹๐˜ช๐˜ฆ). Dalam kebaktian-kebaktian tersebut bacaan pertama diambil dari kesaksian dan nubuat Nabi Yesaya akan kehadiran Sang Mesias. Pembacaan Injil untuk homili menyesuaikan waktu ibadah.
• Kebaktian Malam: Lukas 2:1-14, (15-20)
• Kebaktian Pagi: Lukas 2:(1-7), 8-20
• Kebaktian lanjutan: Yohanes 1:1-14 (kalau ada)

Dari dua bacaan Injil yang berbeda itu diharapkan umat menjadi jelas ragam teologi keduanya. Kehadiran Yesus versi narasi Injil Lukas dan versi madah Injil Yohanes merupakan karya sastra teologis untuk mengungkapkan iman jemaat mereka masing-masing mengenai siapa Yesus.

Di dalam Alkitab sedikitnya ada lima pandangan tentang Yesus: Menurut Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Rasul Paulus. Kelima pihak ini juga membuat banyak sekali metafor untuk memerikan (๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ค๐˜ณ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ฆ) siapa Yesus. Kita sebagai penerima produk akhir Alkitab sepatutnya berbahagia dengan beraneka pandangan sehingga kita dapat merefleksikan hidup menurut kehidupan kita masing-masing. Juga perbedaan pandangan itu mengajari kita untuk tidak boleh mendaku satu-satunya ajaran yang benar tentang Yesus. Yesus tidak boleh diprivatisasi dan dimonopoli.

Dalam Sudut Pandang edisi Hari Natal ini saya mengambil bahan bacaan dari Injil Lukas, sesuai bacaan tahun A.

Pengarang Injil Matius menulis kisah kelahiran Yesus cukup singkat, penuh teror, dan langsung diceritakan sesudah Silsilah Yesus. Alur cerita Injil Matius ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต. Penulis Injil Lukas mengarang kisah Natal lebih rinci dan rumit. Pengantarnya cukup panjang.

Sebelum kisah kelahiran Yesus ada cerita kelahiran Yohanes (Pembaptis) yang ajaib. Yohanes dan Yesus menurut pengarang Injil Lukas adalah sepupu karena ibu Yohanes, Elisabet, bersaudara dengan Maria, ibu Yesus. Elisabet yang mandul mengandung secara ajaib seperti yang terjadi pada Sara istri Abraham, Ribka istri Ishak, Rahel istri Yakub, dan Hana istri Elkana. Namun keajaiban kehamilan Maria belum pernah terjadi sebelumnya karena ia masih perawan dan tak bersuami (Luk. 1:27, 34).   

Lukas memberi nama malaikat yang menjumpai Maria dengan Gabriel (Luk. 1:19,26). Gabriel adalah malaikat penyingkap Akhir Zaman yang pernah ikut ke panggung cerita di kitab Daniel (pasal 8-9). Kehadiran Gabriel pada awal Injil Lukas tampaknya hendak mengungkapkan bahwa Akhir Zaman itu sudah mula digenapi dengan kelahiran Yohanes dan Yesus.

Lukas menyampaikan pendapat teologis bahwa Yesus adalah Anak Allah sejak dalam kandungan karena Yesus dikandung dari Roh Kudus. Matius pun berpendapat demikian. Kedua penulis Injil ini tidak bersependapat dengan pengarang Injil Markus yang mengatakan Yesus adalah Anak Allah sesudah dibaptis oleh Yohanes.

Berbeda dari Matius yang bermatra “nasional”, latar kelahiran Yesus dalam Injil Lukas bermatra “internasional”, seluruh dunia. Lukas 2:1 tertulis “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah menyuruh mendaftarkan semua orang ๐—ฑ๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—ฟ๐˜‚๐—ต ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ถ๐—ฎ.”.

Para ahli Perjanjian Baru meragukan Gayus Oktavius alias Kaisar Agustus memberi perintah sensus. Di sini kita harus membaca ๐—ฐ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐—ฎ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ถ ๐—ฐ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐˜๐—ฎ. Tampaknya Lukas hendak menyampaikan bahwa konteks kelahiran Yesus adalah Kekaisaran Romawi yang sedang memerintah “di seluruh dunia”. Sejak awal Lukas sudah menegaskan bahwa karya Yesus untuk seluruh dunia. Dalam Injil Lukas jilid kedua (Kisah Para Rasul) sesudah Yesus naik ke surga, para murid-Nya akan melanjutkan karya-Nya ke seluruh dunia atau sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Dalam versi Injil Matius rumah Yusuf dan Maria di Betlehem dan mereka belum pernah ke Nazaret, Galilea, apalagi punya rumah di sana. Dalam versi Injil Lukas rumah Yusuf dan Maria di Nazaret, Galilea, dan mereka tak punya rumah di Betlehem. Jadi pengarang Injil Lukas membuat alasan agar Yesus lahir di Betlehem sekaligus menegaskan bahwa Yesus adalah keturunan Raja Daud seperti yang sudah dinubuatkan Nabi Mikha (Lih. Mik. 5:1).

Lukas melangkah lebih jauh ketimbang Matius yang mengisahkan secara singkat kelahiran Yesus di Betlehem. Dalam Injil Lukas Yesus yang baru lahir itu dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di palungan karena tidak ada tempat di ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข (Luk. 2:7). Ada yang memberi makna kataluma sebagai rumah penginapan dan ruang khusus menginap di dalam rumah. Apa pun pilihannya akan berimplikasi pada perbedaan penafsiran.

Terlepas dari perdebatan itu, jika kita membaca cerita sebagai cerita, pengarang Injil Lukas membuat alasan teologisnya untuk menjelaskan Yesus lahir di kandang dan dibaringkan di palungan karena tidak ada tempat di tempat yang ๐˜€๐—ฒ๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐˜€๐—ป๐˜†๐—ฎ. Mengapa?

Lukas sepertinya hendak menciptakan kesan kontras atau paradoks: Anak Allah yang Maha Tinggi ternyata lahir dengan cara yang sederhana dan di lingkungan masyarakat kelas bawah, yaitu para gembala seperti yang dikisahkan sesudah Yesus dilahirkan (Luk. 2:8-20). Juga, Lukas tampaknya merujuk kitab Yesaya “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." (Yes. 1:3). Para gembala itu merupakan Israel baru yang mengenal pemiliknya dan mengenal palungannya. Oleh karena itulah malaikat menjadikan palungan sebagai tanda bagi para gembala (Luk. 2:10-12). Sesudah malaikat itu pergi, para gembala menjumpai Yesus di palungan (Luk. 2:16).

Dari keseluruhan bacaan Injil Lukas hari ini kita dapat mengambil pesan-pesannya:

• Pesan malaikat Allah kepada kita (lewat para gembala) adalah kelahiran Yesus merupakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Sejak awal Lukas sudah mengungkapkan imannya bahwa karya Yesus ditujukan kepada semua orang baik orang Yahudi maupun orang bukan-Yahudi. Berbeda dari iman penginjil Matius: karya Yesus sebenarnya hanya untuk orang-orang Yahudi, tetapi karena ditolak mereka, barulah anugerah keselamatan diberikan kepada orang bukan-Yahudi.

• Yesus merupakan Mesias keturunan Daud yang dijanjikan Allah akan duduk di tahta Daud dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:32-33; Kis. 2:36). Akan tetapi untuk mencapai kemuliaan-Nya itu Sang Mesias harus menderita terlebih dulu (Luk. 24:26).

• Lukas menciptakan tokoh Maria sebagai teladan jemaat dan pembacanya bagaimana bereaksi atas kehendak Allah yang barangkali terasa menyakitkan. Misal, hamil tanpa suami itu sungguh menyakitkan. Lukas 2:19 “Tetapi Maria menyimpan ๐˜€๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—น๐—ฎ ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐—ถ๐˜๐˜‚ di dalam hatinya dan merenungkannya.”. ๐˜š๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ dapat dimaknai lebih luas pada semua yang terjadi dalam episode Kelahiran Yesus (Luk. 2:1-20). Menyimpan di dalam hati dan merenungkannya adalah tindakan penting. Itu syarat untuk berbuah (Luk. 8:15).

Dapat disarikan lagi: Natal barulah kisah permulaan. Kisah untuk direnungkan agar berbuah dalam kehidupan nyata, pengenangan harus seiring sejalan dengan perwujudan, ibadah simbolis ritual atau liturgis harus berubah dalam tindakan hidup keseharian . Tanpa berbuah membuat perayaan Natal menjadi hampa tak bermakna.

๐˜˜๐˜ถ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ: "๐˜ ๐˜ด๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ท๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜š๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข ๐˜Š๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ๐˜ด ๐˜ธ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด ๐˜ด๐˜ช๐˜น. ๐˜”๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ฐ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฆ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฎ ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ด๐˜ต๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฆ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ข๐˜ด๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ข๐˜ถ๐˜ต๐˜ฐ๐˜จ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฉ." Shirley Temple

Selamat Hari Natal!

(24122022)(TUS)

SUDUT PANDANG KISAH NATAL, KENAPA BERBEDA

SUDUT PANDANG KISAH NATAL, KENAPA BERBEDA

PENGANTAR 
Perbedaan ๐—ธ๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐—ต ๐—ก๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—น Injil Matius vs. Injil Lukas

๐—œ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—น ๐— ๐—ฎ๐˜๐—ถ๐˜‚๐˜€
▶️ Yusuf dominan, Maria figuran.
▶️ Yusuf dan Maria sudah suami-istri pada hari kelahiran Yesus.
▶️ Yusuf dan Maria tinggal di Betlehem, punya rumah di Betlehem, tidak pernah ke Nazaret apalagi punya rumah di Nazaret.
▶️ Yesus lahir di rumah.
▶️ Yesus dikunjungi orang majus.
▶️ Atas informasi kelahiran Yesus di Betlehem Herodes berubah seperti Firaun membunuh bayi-bayi U-2.

๐—œ๐—ป๐—ท๐—ถ๐—น ๐—Ÿ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐˜€
▶️ Maria dominan, Yusuf figuran.
▶️ Maria dan Yusuf masih belum suami-istri pada hari kelahiran Yesus
▶️ Maria dan Yusuf tinggal di Nazaret, punya rumah di Nazaret, tidak pernah ke Betlehem apalagi punya rumah di Betlehem.
▶️ Yesus lahir di kandang.
▶️ Yesus dikunjungi kawanan gembala.
▶️ Suasana damai, Raja Herodes tidak tahu apa-apa.

Walau banyak teori dalam tanggal kelahiran Kristus, Herannya banyak orang Kristen percaya kepada penjelasan tanggal lahir Yesus yang akurat menurut narasi Alkitab, bukan dari sudut inkulturisasi atau tradisi suci ..... Wk ..... Wk, padahal Injil di tulis berdasarkan kisah teologis atau kisah iman versi penulis Injil masing-masing. Percaya banget kepada pseudo-science.

PEMAHAMAN 
Mengapa berbeda?
saya menyampaikan perbedaan kisah Natal Injil Matius vs. Injil Lukas. 
Seorang Kristen, teman, juga seorang pendeta, mungkin tak tahu lagi caranya berapologia menanggapi post saya di blog penulisan dan di media sosial, seperti di bawah ini.

==awal kutipan==
Memang BEDA.
Tapi dalam hal ini ada perbedaan WAKTU PANDANG.
Injil Lukas moment pas lahiran.
Injil Matius moment beberapa waktu pasca lahiran.
Bukan sesuatu masalah.
Tetap nama Tuhan Yesus Kristus yg diagungkan dan dimuliakan.
Hosana haleluya ๐Ÿ™๐Ÿฝ
==akhir kutipan==

Penanggap di atas tampaknya tidak membaca kedua kitab Injil secara saksama. Injil Lukas justru lebih detil pasca-kelahiran. Kedua kitab Injil menceritakan dua kisah yang bertolak belakang pasca-kelahiran Yesus. 
▶️ Kitab Injil Matius berkisah mengenai horor pembunuhan bayi U-2 sehingga Yusuf mengungsikan Maria dan Yesus ke Mesir. 
▶️ Kitab Injil Lukas berkisah damai, bayi Yesus dibawa ke Bait Allah di Yerusalem mengikuti tradisi Yahudi.

Dari kronologi juga berbeda:
▶️ Matius: Betlehem, lalu Mesir, lalu Nazaret
▶️ Lukas: Nazaret, lalu Betlehem, lalu Yerusalem, lalu Nazaret lagi

Orang Kristen ๐˜ค๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด๐˜ฉ (jumlahnya sangat banyak) mudah terprovokasi dengan jenis postingan di atas. Mereka bereaksi dengan ajaran-ajaran dari apologet-apologet Kristen, yang argumen mereka tak dapat dipertanggungjawabkan.
Mau menggunakan jurus apa pun, perbedaan kisah Natal di atas tidak dapat disatukan dalam arti disinkronkan, karena itu memang dua cerita yang berbeda dan bukan kisah historis-objektif.
Bagaimana kita orang Kristen melihat kenyataan teks seperti ini? Upaya kita jangan mencoba menyinkronkan dua cerita itu. Jangan menipu diri sendiri dengan argumen yang tidak bertanggungjawab dari apologet-apologet Kristen.
Yang paling penting adalah mengajukan pertanyaan: ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฑ๐—ฎ?

Dengan berani mengajukan pertanyaan itu kita sudah mengatasi prapaham kita yang didapat sejak kecil bahwa bayi Yesus di palungan dikunjungi kawanan gembala dan orang Majus. Di sini kita sudah menerima ada perbedaan dalam kisah Natal. Ajukan lagi pertanyaan: mengapa berbeda?
Jemaat Matius dari kalangan Yahudi. Ketika Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh Titus, para pemimpin Yahudi menimpakan kesalahan kepada Jemaat Matius. Jemaat Matius adalah biang-sial. Mereka lalu mengusir umat Kristen dari sinagoge-sinagoge. Jejak ini terlihat dalam Matius 4:23 “ ... ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ-๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต ๐™ข๐™š๐™ง๐™š๐™ ๐™–...” Petulis Injil Matius sudah membedakan ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข (Jemaat Matius) dan ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข (orang Yahudi). Petulis Matius mengusung teologi ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐— ๐˜‚๐˜€๐—ฎ ๐—•๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚. Keselamatan dari Allah kali pertama ditawarkan kepada umat Israel, tetapi mereka menolak, lalu ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ถ๐—ฏ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐˜€๐—ฎ ๐—น๐—ฎ๐—ถ๐—ป. Itu sebabnya ada kisah orang majus menyembah Yesus dan Raja Herodes yang menolak kelahiran Mesias. Suasana kelahiran Yesus dibuat mirip kelahiran Musa, lalu diungsikan ke Mesir. Yesus adalah Musa Baru dengan umat Israel yang baru.
Injil Lukas sejak awal mengusung Injilnya bahwa ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐˜€๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—ฟ๐˜‚๐—ต ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ถ๐—ฎ karena Jemaat Lukas banyak datang dari kalangan bukan-Yahudi. ๐˜—๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ต๐˜ถ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜’๐˜ข๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ˆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ถ๐˜ด ....๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ง๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐™™๐™ž ๐™จ๐™š๐™ก๐™ช๐™ง๐™ช๐™ ๐™™๐™ช๐™ฃ๐™ž๐™–. (Luk. 2:1). ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ... ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข ๐™™๐™ž ๐™—๐™ช๐™ข๐™ž ... (Luk. 2:14). Lukas hendak menciptakan paradoks bahwa Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi, lahir di tempat bukan seharusnya dengan saksi kawanan gembala, yang secara legal tidak sah menjadi saksi, karena orang-orang buangan. Lukas memang memberi tempat istimewa bagi orang-orang pinggiran.
Anda sudah membaca komik atau menonton film-film Superman dengan cerita yang berbeda. Satu hal yang menjadi pakem dan tidak boleh berubah adalah Superman alias Kal-El adalah orang Krypton anak Jor-El.
Dalam menulis cerita kelahiran Yesus para petulis Injil mendapat kebebasan mengarang cerita atau kisah untuk menyampaikan teologi mereka. Akan tetapi, sama seperti kisah Superman, ada pakem atau tradisi yang harus ditaati dan tidak boleh diubah oleh para petulis Injil yaitu bahwa ๐—ฌ๐—ฒ๐˜€๐˜‚๐˜€ (๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐˜€) ๐—ฑ๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ต๐—ถ๐—ฟ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ถ ๐—•๐—ฒ๐˜๐—น๐—ฒ๐—ต๐—ฒ๐—บ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—œ๐—ฎ (๐—ต๐—ฎ๐—ฟ๐˜‚๐˜€) ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ ๐—ผ๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ก๐—ฎ๐˜‡๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐˜. Jadi, kronologi Lukas menjawab pertanyaan: bagaimana ceritanya Yesus orang Nazaret bisa dilahirkan di Betlehem? Kronologi Matius menjawab pertanyaan: bagaimana ceritanya Yesus yang lahir di Betlehem bisa menjadi orang Nazaret? Matius menghilangkan Yerusalem dalam kronologinya karena tampaknya ia sangat membenci para pemuka Yahudi di sana.

Semoga bermaslahat.
(05122025)(TUS)

SUDUT PANDANG MATIUS 1:18-25, Kejiwaan Yusuf

SUDUT PANDANG MATIUS 1:18-25, Kejiwaan Yusuf

PENGANTAR
Melihat peristiwa Yusuf ini unik, ada beberapa penafsir yang melihat asal muasal kemungkinan kegalauan Yusuf, Sangat dimungkinkan, Yusuf mengetahui sendiri kalau Maria hamil kalau dilihat dari susunan dan bentuk sastra bahasa aslinya, diperkirakan dari para ahli tafsir bahwa usia kehamilan Maria di Matius 1 antara 3-4 bulan, sehingga bahasa asli yg digunakan menampakan Yusuf mengerti Maria hamil dari tanda-tanda yang terlihat, artinya kehamilan Maria udah terlihat oleh Yusuf,  9 bulan Maria tidak di sentuh Yusuf oleh karena tradisi Yahudi kalau wanita hamil itu tidak boleh berhubungan, takut menggugurkan kandungan, setelah melahirkan 40 hari tidak boleh berhubungan agar tidak tercemar (dianggap masih ada darah di kemaluan wanita, 40 hari dianggap sudah bersih), Perkiraan kehamilan Maria di Matius 1 adalah 3-4 bulan, karena dari susunan bahasa aslinya, Yusuf mengetahui sendiri kehamilan Maria, artinya tanda-tanda kehamilan  itu sudah terlihat. Diluar sudut pandang sastra dan bahasa, penginjil Matius ingin menyampaikan kemesiasan Yesus atas bangsa Yahudi, oleh karena itu sastra perumpamaan itu dibuat bahwa Maria yang tidak sempurna perlambang bangsa Israel yang udah banyak salah thp Allah, tetap diterima Yusuf perlambang Allah yang menerima ketidak sempurnaan Maria (manusia). Karena, pada kebiasaan zaman itu peristiwa Maria itu pasti menyebabkan hukuman rajam, dan hukuman moral dari masyarakat bagi keluarga besar Maria, dalam sistem patriarki, Yusuf yang selamat Maria tidak. Tentang tradisi pertunangan Matius 1 : 18-25. Tradisi pertunangan pada masa Matius 1:18-25 adalah sebuah ikatan formal dan kuat dalam budaya Yahudi, yang sudah mengikat pria dan wanita secara hukum meskipun mereka belum tinggal bersama atau hidup sebagai suami istri. Pertunangan ini hampir setara dengan pernikahan dalam hal ikatan, dan hanya bisa dibatalkan melalui perceraian resmi. Maria dan Yusuf sudah bertunangan saat Maria mengandung Yesus dari Roh Kudus, tetapi mereka belum hidup bersama sampai setelah Yesus lahir. Dalam budaya Yahudi saat itu, pasangan yang bertunangan sudah disebut sebagai suami dan istri secara hukum. Jika salah satu pihak selama masa pertunangan berbuat tidak setia, perempuan bisa dihukum berat. Namun, mereka belum tinggal serumah dan belum melangsungkan pernikahan penuh, yang meliputi membawa wanita itu ke rumah suaminya untuk mulai hidup bersama. Pertunangan ini biasanya berlangsung sekitar tiga bulan sampai satu tahun sebelum pernikahan berlangsung. Yusuf digambarkan sebagai seorang pria yang benar dan penuh belas kasihan, yang awalnya mempertimbangkan untuk membatalkan pertunangannya secara diam-diam ketika mengetahui Maria mengandung, agar tidak mempermalukan Maria. Namun, malaikat Tuhan menegaskan bahwa anak yang dikandung Maria adalah dari Roh Kudus sehingga Yusuf menerimanya sebagai istrinya setelah Yesus lahir, tidak bersetubuh dengan Maria adalah tanda hormat Yusuf pada Tuhan, untuk menjaga kekudusan Maria di luar ayran tradisi zaman itu. Bagaimana sistem pertunangan Yahudi abad pertama bekerja, Sistem pertunangan Yahudi abad pertama terdiri dari dua tahap utama: kidushin (atau erusin/pertunangan) dan nisu'in (pernikahan penuh), di mana tahap pertama sudah mengikat secara hukum seperti pernikahan, meskipun pasangan belum tinggal bersama. Pertunangan dimulai dengan shiddukhin (persetujuan awal untuk menikah) dan tenaim (syarat kontrak), sering disertai ketubah (kontrak pernikahan) yang ditandatangani saksi, serta pemberian mahar atau cincin oleh mempelai pria kepada wanita. Ikatan ini sangat kuat; pembatalannya memerlukan prosedur perceraian (get), dan pelanggaran seperti perselingkuhan bisa dihukum berat.
Tahap Pertunangan (Kidushin)
- Keluarga mempelai pria memilih calon, sering melalui perantara, dan ayah pria membayar mahar kepada keluarga wanita sebagai tanda komitmen.
- Mempelai pria memberikan objek berharga (seperti cincin polos atau uang) sambil mengucapkan formula pengudusan, dihadiri dua saksi, membuat wanita secara hukum menjadi miliknya meski belum bersuami secara fisik.
- Masa tunggu biasanya 3-12 bulan untuk persiapan, selama itu pasangan dilarang berhubungan intim atau tinggal bersama.
Tahap Pernikahan Penuh (Nisu'in)
Pada hari pernikahan, mempelai pria "mengambil" wanita ke rumahnya di bawah chuppah (kanopi simbolis), di mana mereka mulai hidup bersama dan mengonsumasi pernikahan. Upacara mencakup berkat anggur, pemecahan gelas untuk mengingatkan kesedihan di tengah sukacita, dan tujuh berkat (sheva brachot). Dalam konteks Matius 1:18-25, Maria dan Yusuf berada di tahap kidushin saat Maria hamil, sehingga Yusuf mempertimbangkan perceraian diam-diam sebelum wahyu malaikat. Frasa "tidak bersetubuh dengan dia" dalam Matius 1:25 (dalam bahasa Yunani ou k ginลsken autฤ“n, yang secara harfiah berarti "tidak mengenal dia") merujuk pada tidak melakukan hubungan seksual atau tidak memiliki pengetahuan intim secara fisik dengan Maria hingga Yesus lahir. Ini menekankan bahwa Yusuf menjaga kemurnian Maria selama masa kehamilan supernatural oleh Roh Kudus, sesuai dengan konteks pertunangan Yahudi abad pertama di mana pasangan belum hidup bersama secara penuh. Konteks dan Arti Kata "Sampai" (Heลs)Kata "sampai" (heลs dalam Yunani) menunjukkan batas waktu hingga kelahiran Yesus, tetapi tidak secara eksplisit menyatakan apa yang terjadi setelahnya; interpretasi bervariasi antar denominasi Kristen . Beberapa tafsiran Protestan melihatnya sebagai indikasi hubungan suami-istri normal setelahnya, didukung ayat lain tentang saudara Yesus (misalnya Mat 12:46), sementara pandangan Katolik mempertahankan keperawanan abadi Maria tanpa kontradiksi. Frasa ini paralel dengan penggunaan idiom Ibrani untuk hubungan intim, memastikan Yesus lahir dari perawan. Dalam terjemahan Alkitab Indonesia seperti TB, BIS, dan TSI, ungkapan ini secara konsisten diterjemahkan sebagai "tidak bersetubuh" atau "tidak bercampur" untuk menyampaikan makna yang sama. Apa yang terjadi pada Yusuf, adalah manusiawi, orang yang mengalami dilematis seperti Yusuf pasti akan ketakutan, kemudian karena perang batinnya maka Yusuf pasti akan kelelahan. Takut dan lelah adalah kodrat manusia, Alkitab mengangkat issue ini, Allah beristirahat setelah mencipta di hari ke 7, nabi-nabi dan rasul-rasul mengalami ketakutan dan kelelahan, Yesus sendiri beristirahat, Yesus pun mengalami ketakutan layaknya manusia biasa, dlsb banyak dijabarkan. Tidur atau beristirahat itu menandakan tubuh lelah, tidak ada di dunia ini manusia yang tak pernah mengalami kelelahan dan ketakutan, karena itu kodrat manusia. Minum sejerigen atau se tong kopi tiada guna ketika tubuh memasang alarm tubuh ini kelelahan maka akan ngantuk terus tertidur (istirahat). Takut dan lelah itu wajar, yang tidak wajar adalah kemelekatkan pada takut dan lelah, Yusuf takut ..... Iya, Yusuf lelah ..... Iya, tapi Yusuf tetap berjuang dan tidak menyerah pada ketakutannya dan kelelahannya, itu digambarkan secara sastra dengan peristiwa tidur dan bermimpi serta perubahan keputusannya, lawatan surgawi mengubah ketakutan dan kelelahannya Yusuf menjadi ketidak menyerahkan dan ketidak hentikan juang pada kenyataan peristiwa yang di depan matanya. Maka, saya selalu mengatakan respon yang bermartabat orang beriman adalah respon atas peristiwa yang ada di depan matanya, nyata, bukan respon pada masa lalu, apalagi masa depan, Alkitab menjabarkan hal itu, maka Advent itu respon masa depan dengan berjaga-jaga serta waspada, dan isilah dengan karya, sedangkan Advent sebagai respon masa lalu dengan menghargai karya Allah yg terjadi dulu sebagai pengenangan dg karya masa kini.
Dari sudut pandang kejiwaan atau psikologi, Matius 1:18-25 menggambarkan kondisi kejiwaan Yusuf yang kompleks akibat situasi yang penuh tekanan dan krisis. Yusuf mengalami rasa kecewa, takut, kelelahan dengan perang batinnya dan sakit hati karena Maria, tunangannya, diketahui hamil sebelum mereka hidup bersama, yang memicu perasaan dikhianati, marah, dan kemungkinan malu sosial. Kejiwaan manusia tentu mengalami konflik batin dalam situasi semacam ini, di mana harapan yang telah dibangun hancur oleh realitas yang tak terduga, menyebabkan stres emosional yang berat pada Yusuf. Selain rasa sakit hati, takut, lelah, dilematis ada juga stigma sosial yang mungkin dialami Yusuf dari lingkungan sekitarnya karena hubungan Maria dianggap tidak sesuai norma sosial dan hukum pada masa itu. Namun, Yusuf menunjukkan karakter kejiwaan yang dewasa dengan tidak ingin mempermalukan Maria secara terbuka dan berencana menceraikannya secara diam-diam, yang menunjukkan adanya empati dan pengendalian diri di tengah tekanan emosional yang hebat. Kemudian datanglah pengalaman mistik berupa mimpi yang memberikan Yusuf penafsiran baru atas kejadian tersebut, mengubah rasa takut, kelelahan dan kebingungannya menjadi keberanian untuk menerima dan melaksanakan peran yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Dari perspektif kejiwaan, dalam karya sastra ini, mimpi ini berfungsi sebagai mekanisme kognitif dan emosional untuk mengatasi krisis, memberikan makna dan harapan baru, serta memperkuat tekad Yusuf dalam menghadapi stigma dan risiko sosial demi tujuan yang lebih besar. Mimpi ini atau lawatan surgawi (Allah), menjadi titik balik yang menunjukkan bagaimana seseorang dapat bertransformasi secara kejiwaan dalam menghadapi konflik dengan bimbingan kepercayaan dan nilai spiritual yang sudah didapatnya semasa hidup, sedari kecil. Yusuf mengalami konflik emosi: sakit hati, takut, lelah, marah, dan malu. Terdapat tekanan sosial akibat stigma masyarakat. Yusuf menunjukkan empati dan pengendalian diri. Mimpi sebagai mekanisme psikologis mengatasi krisis dan membangun makna baru. Transformasi psikologis Yusuf mengarah pada keberanian dan penerimaan peran spiritual.
Kalau ditelisik, ada dua tinjauan kejiwaan dalam peristiwa Yusuf ini, pertama Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit, beradaptasi, dan kembali ke kondisi semula setelah mengalami tekanan, kesulitan, atau perubahan yang signifikan dalam hidup. Ini bukan sekadar bertahan, tetapi juga berkembang dan menjadi lebih kuat setelah melewati masa sulit. Individu yang memiliki resiliensi mampu mengelola stres dengan cara yang sehat dan produktif, serta menunjukkan kapasitas untuk merespons secara positif terhadap masalah hidup yang dihadapi. Faktor-faktor yang membentuk resiliensi meliputi optimisme, regulasi emosi, keterampilan sosial, dukungan sosial, kemandirian, dan makna hidup. Resiliensi juga didukung oleh kesehatan fisik dan mental yang baik. Kedua, Reframing Kognitif merupakan teknik psikologis yang mengubah cara seseorang memandang atau membingkai suatu situasi, pengalaman, atau peristiwa dari perspektif negatif menjadi lebih positif, rasional, dan konstruktif tanpa mengubah fakta itu sendiri atau kenyataan di depan mata. Teknik ini berbasis premis bahwa interpretasi subjektif terhadap kejadian memengaruhi respons emosional dan perilaku, sehingga pergeseran kerangka berpikir dapat mengurangi stres, kecemasan, atau depresi. Reframing efektif menurunkan gejala kecemasan-depresi, meningkatkan regulasi emosi via aktivitas prefrontal cortex, dan mendukung perubahan perilaku jangka panjang dalam konseling. Studi neuroimaging menunjukkan penurunan aktivitas amygdala saat reframing, membuktikan dampak neurologis pada pengendalian emosi. Teknik ini relevan untuk resiliensi remaja menghadapi stigma sosial, seperti reframing cyberbullying menjadi kesempatan pertumbuhan.


PEMAHAMAN 
Reaksi Emosional Yusuf terhadap Aib dan Stigma, Yusuf menghadapi krisis emosional mendalam ketika mengetahui Maria hamil sebelum pernikahan mereka, memicu rasa dikhianati, sakit hati, dan kemarahan yang wajar dalam psikologi manusia terhadap pengkhianatan relasional. Reaksi awalnya mencerminkan konflik kognitif-disonansi, di mana keyakinan pribadi tentang kesetiaan pasangan bertabrakan dengan realitas, menyebabkan tekanan psikologis tinggi. Pengendalian Diri dan Empati, Meski menghadapi aib sosial yang berpotensi merusak reputasi di masyarakat Yahudi kuno, Yusuf memilih menceraikan Maria secara diam-diam untuk menghindari pemaluan publik, menunjukkan pengendalian impuls (self-regulation) dan empati tinggi yang melindungi martabat orang lain. Sikap ini mencerminkan kematangan emosional, di mana ia memprioritaskan belas kasih daripada balas dendam atau ekspresi marah terbuka, menghindari eskalasi stres menjadi agresi. Dampak Stigma Sosial, Stigma sosial terhadap kehamilan di luar nikah pada era itu menciptakan tekanan eksternal berupa malu komunal dan isolasi potensial bagi Yusuf, mirip dengan efek psikologis stigma modern yang memperburuk kecemasan dan depresi. Namun, respons Yusuf menghindari internalisasi stigma sepenuhnya, menjaga integritas diri melalui keputusan rahasia yang meminimalkan kerusakan sosial. Transformasi via Pengalaman Mistik, Mimpi dari malaikat menjadi katalisator reframing kognitif, mengubah persepsi aib menjadi panggilan ilahi, yang meningkatkan resiliensi psikologis Yusuf dan mengurangi beban emosional. Proses ini mirip terapi naratif dalam psikologi, di mana makna baru diberikan pada trauma, memungkinkan penerimaan dan keberanian menghadapi stigma demi tujuan lebih tinggi. Kaitan Ketakutan, Kelelahan, dan Mimpi Yusuf, Dalam Matius 1:18-25, ketakutan Yusuf muncul dari krisis relasional saat mengetahui Maria hamil, memicu pergulatan batin antara cinta, rasa dikhianati, dan norma sosial Yahudi yang ketat, sehingga ia berencana menceraikan secara diam-diam. Kelelahan jiwa Yusuf tercipta dari konflik berkepanjangan ini—semakin ia bergumul dengan keputusan, semakin lelah emosinya, mencapai puncak saat ia merasa "sudah beres" dan tertidur. Saat itulah mimpi malaikat datang, menghubungkan ketakutan dan kelelahan sebagai prasyarat psikologis untuk wahyu, di mana kelelahan memungkinkan alam bawah sadar terbuka terhadap reframing kognitif. Analisis Psikologis Kritis, Secara kejiwaan, ketakutan Yusuf mencerminkan anxiety response terhadap ancaman ego dan stigma sosial, sementara kelelahan adalah gejala emotional exhaustion dari cognitive dissonance—konflik antara harapan ideal dan realitas traumatis. Mimpi berfungsi sebagai mekanisme coping adaptif, mirip hypnagogic state di mana stres akut memicu insight restoratif, mengubah ketakutan menjadi keberanian melalui validasi ilahi dan pemberian makna baru. Kritiknya, narasi ini mengidealkan pengendalian diri Yusuf sebagai model saleh, padahal secara klinis, kelelahan semacam itu berisiko burnout jika tak diimbangi dukungan sosial, menunjukkan resiliensi spiritual Yusuf sebagai faktor protektif unik. Relevansi untuk Remaja Kekinian, Remaja modern menghadapi paralel ketakutan dan kelelahan dari cyberbullying, body shaming, atau stigma seksualitas di media sosial, di mana tekanan peer dan FOMO (fear of missing out) menciptakan exhaustion serupa, sering berujung insomnia atau mimpi buruk sebagai pelepasan stres. Analisis kritisnya: Kisah Yusuf relevan sebagai narrative therapy untuk remaja, mengajarkan reframing stigma menjadi panggilan pribadi, tapi kekinian menuntut integrasi dengan konseling digital untuk cegah isolasi, karena tanpa intervensi cepat, kelelahan bisa eskalasi ke depresi atau self-harm. Strategi adaptif: Dorong remaja "bermimpi" via journaling atau meditasi untuk insight, mirip Yusuf, sambil bangun support network guna hindari romantisme berlebih pada penderitaan soliter. Dampingi dan dukung remaja untuk tidak melekat pada ketakutan dan kelelahan, dengan memiliki daya juang dannketidak menyerahkan, menerima ketakutan dan kelelahan dalam hidup sebagai sesuatu yang wajar dalam hidup, tidak melekat tapi betjuang terus tanpa menyerah.

(04122025)(TUS) 

Daftar Pustaka:
[1] Finding God's Purpose in Pain | Matthew 1:18-25 Sermon https://cityharvestag.com/sermons/finding-gods-purpose-in-pain
[2] Do Not be Afraid: A Meditation on Matthew 1:18–25 https://theotherjournal.com/2011/12/do-not-be-afraid-a-meditation-on-matthew-118-25/
[3] Commentary on Matthew 1:18-25 https://www.workingpreacher.org/commentaries/revised-common-lectionary/fourth-sunday-of-advent/commentary-on-matthew-118-25-6
[4] Jangan Takut: Sebuah Renungan tentang Matius 1:18–25 https://translate.google.com/translate?u=https%3A%2F%2Ftheotherjournal.com%2F2011%2F12%2Fdo-not-be-afraid-a-meditation-on-matthew-118-25%2F&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp
[5] Matthew's Nativity Story, Critically Examined https://isthatinthebible.wordpress.com/2015/01/02/matthews-nativity-story-critically-examined/
[6] Matius 1:18-25 "Orang Tua Yesus" https://golgothaministry.org/matius/matius-1_18-25.htm
[7] 2. The Birth Of Jesus (Matthew 1:18-25) https://bible.org/seriespage/2-birth-jesus-matthew-118-25
[8] Matthew 1:18-25 https://studyscriptureonline.com/sermons/matthew-118-25%EF%BF%BC/
[9] Matius 1:18-25 | Tuhan Beserta Kita — Hal-hal Sejenis https://translate.google.com/translate?u=https%3A%2F%2Fwww.thingsofthesort.com%2Fsermons-2%2F2021%2F12%2F12%2Fmatthew-118-25-god-with-us&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp
[10] Pondering the Problems Surrounding Matthew and Luke's ... https://www.joeledmundanderson.com/historically-speaking-pondering-the-problems-surrounding-matthew-and-lukes-infancy-narratives-and-the-date-of-jesus-birth/
[11] Pengertian Resiliensi: Kemampuan Bangkit Hadapi Tekanan https://www.halodoc.com/artikel/pengertian-resiliensi-kemampuan-bangkit-hadapi-tekanan
[12] Mengenal Resiliensi dalam Ilmu Psikologi - BINUS Psychology https://psychology.binus.ac.id/2020/03/31/mengenal-resiliensi-dalam-ilmu-psikologi/
[13] Resiliensi: Pengertian, Aspek, Cara Meningkatkan https://kampuspsikologi.com/resiliensi/
[14] Resiliensi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Resiliensi
[15] 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian ... https://repository.uin-suska.ac.id/21320/7/7.%20BAB%20II.pdf
[16] [PDF] BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Resiliensi ( Resilience ... - etheses UIN http://etheses.uin-malang.ac.id/2643/6/09410018_Bab_2.pdf
[17] [PDF] 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Resiliensi a ... http://repository.iainkudus.ac.id/12752/5/05.BAB%20II.pdf
[18] BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Dan Konsep Resiliensi ... http://repository.uinfasbengkulu.ac.id/2151/3/BAB%20II.pdf
[19] BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. ... http://etheses.uin-malang.ac.id/647/7/10410012%20Bab%202.pdf
[20] RESILIENSI DAN KEBAHAGIAAN DALAM PERSPEKTIF ... https://media.neliti.com/media/publications/294805-resiliensi-dan-kebahagiaan-dalam-perspek-4ece8a76.pdf
[21] Reframing Adalah: Teknik Mengubah Perspektif untuk ... https://www.liputan6.com/feeds/read/5779684/reframing-adalah-teknik-mengubah-perspektif-untuk-hidup-lebih-positif
[22] TEKNIK REFRAMING DALAM PENDEKATAN KONSELING KOGNITIF-PERILAKU: STUDI LITERATUR https://www.academia.edu/124918124/TEKNIK_REFRAMING_DALAM_PENDEKATAN_KONSELING_KOGNITIF_PERILAKU_STUDI_LITERATUR
[23] Efektivitas Konseling Individual Dengan Teknik Reframing ... https://journal.unimar-amni.ac.id/index.php/sidu/article/download/1812/1450/4934
[24] Teknik Konseling Reframing | PDF - Scribd https://id.scribd.com/document/672750350/TEKNIK-KONSELING-REFRAMING
[25] Kajian Teori Reframing https://id.scribd.com/document/683258892/Kajian-Teori-Reframing
[26] [PDF] BAB II KAJIAN PUSTAKA - IAIN Kudus Repository http://repository.iainkudus.ac.id/4214/5/5.%20BAB%20II.pdf
[27] [PDF] Penerapan Teknik Reframing Untuk Mereduksi Perilaku Rendah ... https://eprints.unm.ac.id/25300/1/Adilla%20Fajriani_Artikel%20Ilmiah%20Skripsi_1744042022_Bimbingan%20dan%20Konseling.pdf
[28] Konseling Kognitif Dengan Teknik Reframing Pikiran Untuk Meningkatkan Self-Intraception https://scispace.com/pdf/konseling-kognitif-dengan-teknik-reframing-pikiran-untuk-1xi8chcic9.pdf
[29] BAB II - Digilib UINSA http://digilib.uinsa.ac.id/15155/5/Bab%202.pdf
[30] skripsi penerapan teknik reframing untuk meningkatkan ... https://eprints.unm.ac.id/25180/1/SKRIPSI.pdf

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...