Sabtu, 27 September 2025

SUDUT PANDANG IDEALISME BUTA, MENYOAL ISRAEL PALESTINA, MELIHAT SEJARAH GEOPOLITIK

SUDUT PANDANG IDEALISME BUTA, MENYOAL ISRAEL PALESTINA, MELIHAT SEJARAH GEOPOLITIK

Teriakan keras atas Negara Israel, Karena menentang keras penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina. Penolakan itu sesuai dengan amanat Konstitusi. Memang, bangsa kita bersikap tegas menentang semua bentuk penjajahan dan penindasan terhadap bangsa mana pun. Ini jelas! Tetapi tunggu dulu, idealisme tanpa memperhitungkan strategi dan konteks sosial-politik yang ada adalah ilusi. Oleh karena itu idealisme politik itu harusnya diimplementasikan secara realistis dan kontekstual. Indonesia mendukung lahirnya negara Palestina, tetapi juga mendukung eksistensi negara Israel. Posisi Indonesia jelas: two state solution. Indonesia tidak berat sebelah dalam memihak mana pun.  Sikap “Two State Solution” menunjukkan Indonesia berupaya merangkul keduanya. Indonesia memihak keadilan dan perdamaian bagi kedua bangsa. Idealisme politik diimplementasikan secara realistis-kontekstual. Indonesia kokoh memperjuangkan sikap ini dalam event bilateral maupun multilateral. Mantap sekali!  Sayangnya beberapa politisi mengacaukan posisi politik ini. Sikap mereka yang menentang  atau membela salah satu pihak, bertentangan dengan politik Indonesia yang realistis dan kontekstual tadi. Penolakan ini sangat emosional. Sikap ini merupakan pemaksaan idealisme politik yang tidak realistis dan tidak kontekstual. Bila sikap beberapa politisi dengan idealisme yang rigid tadi mau sungguh diterapkan inilah yang akan terjadi. Indonesia pasti memutuskan hubungan bilateral dengan Rusia karena negara ini menyerang Ukraina. Indonesia pasti akan melarang delegasi dan olahragawan Amerika Serikat datang sini karena Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan Irak. Seharusnya Indonesia memutuskan hubungan bilateral dengan Burma karena negara ini menindas etnik Rohingya. Indonesia juga harus memutuskan hubungannya dengan Arab Saudi karena negara ini menyerang negara Yaman Utara. Daftar ini masih bisa diperpanjang lagi… Politik ‘rabun mata’ dan rigid telah merusak Indonesia. 
 Mengamati sikap Indonesia terhadap Israel  itu sudah lama Orang Indonesia itu tidak banyak mengetahui secara detail tentang Israel,  jadi yang sesungguhnya sikap kita itu lebih Palestina ketimbang Palestina sendiri kenapa?  seperti saya katakan tadi, kita tidak ngerti sejarah geopolitiknya tapi nyolot seakan bener sendiri, jadi ini lebih Palestina ketimbang Palestina. kita sepakati dulu bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa termasuk bangsa Palestina tetapi dalam kasus Israel Palestina itu memang cukup rumit ya Jadi pertama sekarang kita melihat dulu sejarahnya Kenapa banyak negara-negara berkembang itu  mendukung perjuangan Palestina, melihat geopolitik dari tahun-tahun itu tahun 1940-an bahkan sebelumnya karena begini posisinya ya ketika itu kan perang dunia pertama perang dunia pertama itu Inggris berhadapan dengan Jerman jadi Inggris dan sekutunya Inggris Amerika dan sekutunya berhadapan dengan Jerman, Jerman itu dibantu sekutunya termasuk adalah Turki akhirnya perang dunia pertama itu kan dimenangkan oleh Inggris dan sekutunya, otomatis Turki sebagai pihak yang kalah, Jerman sebagai pihak yang kalah, dia harus menyerahkan wilayahnya,  wilayah yang dimaksud di sini antara lain adalah Palestina dan Palestina itu termasuk wilayah jajahan Turki, pada saat perjuangan perang dunia pertama itu,  sebetulnya baik orang-orang Arab yang tinggal di wilayah tanah suci atau Palestina itu mendukung perjuangan Inggris, begitu juga orang-orang Yahudi, sejak awal abad 19 munculnya gerakan zionisme Theodore yang sangat menginspirasi perjuangan orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah suci yang disebut Aliyah dan itu juga sama-sama mendukung Inggris, karena baik orang Israel melalui gerakan zionisme maupun orang Arab yang tinggal di Palestina itu sama-sama mendukung Inggris, semangat ketika Inggris menang, ya otomatis dia mendapatkan kompensasi ketika kemenangan itu, maka tahun 1917 Inggris mengeluarkan yang namanya deklarasi, itu di sepakati bahwa ada disetujui negara yang ini di holyland atau di tanah suci,  nah kemudian banyak dari negara-negara Arab waktu itu,  menolak  tentang eksistensi negara Yahudi di tanah suci.  Kemudian pada tahun 1937 itu Komisi lotville menyetujui tentang adanya dua negara dalam satu wilayah dalam koe eksistensi damai yaitu di wilayah tanah suci,  lalu dibagilah holyland itu menjadi mana yang wilayah Palestina 50% Mana yang wilayah Yahudi 50%,  yahudinya setuju, tapi orang-orang Arab itu memprovokasi Palestina, mereka tidak setuju dengan hadirnya negara Yahudi di tanah suci. Kemudian pada tahun 1947 yaitu PBB mengeluarkan resolusi 188 yang mengulang lagi  solusi dua negara dalam koe eksistensi damai di wilayah tanah suci. nah sekali lagi negara-negara Arab juga menolak, tetapi kemudian Israel mencuri start,  dia memproklamirkan kemerdekaannya sendiri setahun setelah itu 1948,  akhirnya terjadi perang kemerdekaan itu dan ketidakpuasan berlanjut terus sampai munculnya perang tahun 67, kemudian perang  tahun 73, dan konstalasinya terus berubah, akibat kekalahan perang tadi maka wilayah yang dulu 50% Palestina 50% Israel itu kemudian dikuasai  Israel, karena Israel pemenang perang, nah tetapi perkembangan selanjutnya itu kan menarik ya, Misalnya wilayah ini,  akhirnya dikembalikan ke Mesir, setelah itu damai.


 Nah sekarang itulah perkembangannya jadi konstansi politik pada waktu itu memang berbeda dengan sekarang,  jadi geopolitiknya sudah berubah,  Indonesia saat itu mendukung Palestina, Ya jelas karena sama,  Indonesia ya melihat bahwa Inggris dan sekutunya itu adalah imperialis, tapi persoalannya kan gini, persoalannya yang namanya negara Palestina itu tidak pernah eksis sebelum itu,  jadi Palestina itu adalah wilayah Turki, yang Kesultanan Turki sebagai wilayah jajahan juga dan ketika Turki kalah perang itu kemudian diserahkan kepada Inggris. nah ini cukup menarik, bahwa Israel masa kini, tidak sama atau bukan Israel yg ditulis dalam Alkitab, coba tadi amati perjalanan sejarah Israel masa kini. Tapi memang bangsa ini perlu belajar bahwa eksistensi Israel itu sudah dikenal di dalam prasasti Firaun meren peta atau menernepta tahun 1265 sebelum masehi,  itu artinya sumber-sumber sejarah di luar tanah itu memang eksis,  kemudian muncullah peristiwa eksodus Nabi Musa dengan Harun dan itu dicatat dalam kitab-kitab Suci baik itu tanakh yang oleh orang Kristen diterima sepenuhnya sebagai perjanjian lama maupun kitab suci Alquran, Israel itu Eksis artinya pernah sebagai kerajaan yang berjaya di tanah suci selama monarki Israel Raya kira-kira tahun 1000 sebelum masehi dari zaman Raja Saul, Raja Daud dan Raja Salomo,  kemudian Dua kerajaan ini kan terpecah menjadi dua, pasca kematian Raja Salomo yaitu kerajaan Utara yang didirikan oleh yerubiam sebetulnya itu memisahkan diri dari Kerajaan induknya yaitu kerajaan Israel raya yang pusatnya di Yerusalem, lalu kerajaan Israel ini yang berpusat di Tirsa kemudian nanti di Samaria,  itu didukung oleh 10 suku,  sementara yang di sebelah Selatan yang induknya itunya didukung oleh dua suku yaitu Yehuda dan Benyamin, rajanya putranya Salomo yaitu rahabean kerajaan di utara ini bertahan sampai tahun 722, sebelum mereka ditawan ke ashur, bangsa asur, sementara kerajaan yang di Selatan yang pusatnya di Yerusalem itu bertahan sampai tahun 586 sebelum masehi, lalu dibuang ke Babel,  melalui dekrit dari Kores Agung tahun 539 (Persia), oleh Yesaya, Koresh ini disebut sbg Mesias, Krn menyelamatkan Israel (jadi ada Mesias lain selain Yesus),  mereka kembali ke tanah suci karena berdasarkan catatan kitab suci, Alkitab dalam hal ini, maupun prasasti-prasasti yang sejaman misalnya silinder Polres Agung yang memuat tentang putusan atau Katakanlah deklarasi HAM yang pertama ini dari koresh agung raja Persia, itu sampai kemudian bangsa-bangsa yang dulu ditawan Babel itu kembali ke negara masing-masing bahkan diberikan hak untuk mendirikan rumah ibadah bagi Agama masing-masing, termasuk Israel maka didirikanlah Bait Suci di Yerusalem, masuklah kemudian zaman Persia, ya Ada Ratu ester, mordhekai menghadapi kejahatan Haman misalnya, kemudian setelah itu berada di dalam dua kekuasaan Yunani yang pertama pasca Alexander Agung menaklukkan Timur Tengah,  di Alexandria Mesir ada penguasa selogia seloukid yang ada di Syria,  nah dulunya hubungan antara Israel dan bangsa lain termasuk Yunani baik-baik saja sampai kemudian muncul zamannya antiokus 4 evipanese dimana Bait Suci bangsa Yahudi itu dilecehkan dengan memasang namanya patung sius dan diberikan persembahan babi persembahan yang menurut hukum Yahudi yang disebut hukum Imamat pasal 11 itu bukan binatang yang layak. Nah itulah akhirnya, maka Sejak saat itu mulai terjadi orang peningkatan  alergi terhadap babi.  Padahal yang yang dilarang dalam tradisi Yahudi Bukan hanya babi, unta juga dilarang,  cumi-cumi juga dilarang, semua ikan yang  tidak bersisik juga dilarang,  termasuk ya ikan patin yang enak itu, ikan lele yg enak juga, semua dilarang itu.  Sampai kemudian kerajaan ini menang,  raja yang berkuasa pada dinasti khas munaim itu,  yang pertama kali Yudas makabe,  di zaman interprestamental ini, kemudian masa itu muncul sektor Yahudi antara lain yang disebut klan  saduki, klan  parisi, dsb sampai kemudian kerajaannya kembali ditundukkan oleh Roma, kemudian Herodes Agung sebagai turunan orang Edom (trah Esau),  ibunya orang nabatian(Arab) keturunan Ismail Putra Abraham,  itu kemudian masuk agama Yahudi dan dijadikan Raja Yahudi,  Israel berada dalam penindasan,  muncullah zaman Yesus setelah zaman Yesus,  kemudian muncul perang Yahudi pertama antara tahun 66 masehi sampai tahun 70, akhirnya dihancurkan oleh Jenderal Titus (bukan aku loh ..... Wk .... Wk),  perang Yahudi pertama berlalu, kemudian orang-orang selot ya kelompok garis-garis keras Parisi  ini Memulai pemberontakan lagi pada tahun 132 sampai tahun 135, mereka sempat punya kerajaan dan menang perang bersama melawan Romawi,  itu nah hanya antara sekitar 4 tahun saja 132 sampai 135, kemudian Kaisar Adrianus meluluh lantakkan Yerusalem kembali, maka barkoba yang diproklamirkan sebagai Mesias Yahudi oleh rabia Kiba itu terbunuh, akhirnya bangsa Yahudi terserak- serak di seluruh dunia. lalu ini kebijakan yang penting nama eret/Israel/tanah Israel atau Midadh Israel/ negara Israel harus diganti, Selama ada kata Israel itu akan membangkitkan pemberontakan, nama Israel kemudian digantikan dengan Syria Palestina. Mengapa? karena tahu psikologinya orang Israel, filistin Palestina lama bukan Palestina sekarang ini, itu musuh bebuyutannya Israel. Makanya, dengan dinamakan nama musuhnya itu kan menimbulkan sakit hati yang luar biasa, provinsi Yehuda digabungkan dengan provinsi siria namanya Syria Palestina, sementara nama Yerusalem itu diganti dengan Alia kapitulina dan kota Yerusalem itu, di persembahkan kepada dewa Yupiter.  nah saat itu kemudian Israel diganti dengan nama Palestina dan tulisan-tulisan seperti Unus kemudian dan banyak sejarawan Romawi dan Yunani tidak lagi akrab dengan kata Israel tapi kata Palestina yang kemudian menjadi entitas. wilayah yang kemudian pada zaman Islam dihuni suku-suku Arab atau orang-orang Arab sampai zaman sekarang, kemudian tidak ada satu bangsa di muka bumi ini yang kehilangan tanah air selama 2000 tahun tapi tidak pernah terputus Harapan itu, selama 2000 tahun,  ya orang Israel  ini beragama Yahudi,  setiap kali perayaan Paskah, mereka selalu mengatakan tahun ini kita di sini,  masih di Irak, di London, di Rusia,  tapi dia punya keyakinan bahwa  tahun depan, kita di Yerusalem,  itu bergema selama 2000 tahun,  makanya dalam lagu kebangsaan Israel yang namanya hatifah itu kan digemakan "dia rindu Sion selama 2000 tahun,  dia selalu memandang ke timur,  dia ingin punya tanah air di negeri sendiri di Sion dan di Yerusalem". sementara nama Palestina itu tidak pernah eksis sebagai sebuah negeri, sebuah negara, tidak benar kalau  nama Palestina itu diberikan oleh kaisar hadrianus, nah pertanyaan berikutnya adalah Apakah Palestina yang sekarang ini sama dengan filistin dalam kitab suci? tentu tidak sama karena nama Palestina itu sejak tahun 135 itu hanya menunjuk wilayah teritorial dan wilayah yudea yang dipersatukan,  akhirnya disebut Syria Palestina, ketika kemudian orang-orang Arab setelah zaman Islam itu menghuni tempat yang sama itu, maka mereka menyebut diri "kami ini bangsa Palestina" artinya bukan filistin yang lama itu, maka kita orang Kristen juga tidak boleh mengutuk Palestina karena banyak sekali rakyat Palestina juga beragama Kristen begitu juga di negara Israel ada banyak orang Arab ya 18% penduduk Israel itu beragama Islam.  Jadi, artinya ini bukan konflik agama sama sekali, maka harapan saya, tentu Indonesia tidak usah terlalu jauh masuk dalam konflik negara lain tetapi bahwa seperti di awal bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa dan untuk itu kita sepakat hanya artinya jangan kontra produktif, seharusnya Palestina berusaha dengan cara yang lebih, apa ya .... kayak Indonesia gitu yang lebih sistematis,  yang lebih terukur, seperti dulu Indonesia itu, kan saat Konferensi Meja Bundar,  Perjanjian Renville itu kan wilayahnya berubah-ubah,  bahkan Kita pernah hanya punya wilayah Jawa dan Sumatera saja, tapi karena kejujuran diplomasi maka kita bisa akhirnya meraih wilayah seluruh Indonesia sekarang ini.  kalau Indonesia benar-benar menjadi negara non-blok,  ya suaranya untuk dua-duanya dong, baik Israel maupun Palestina, geopolitik kita sudah berubah,  dahulu negara-negara Arab itu kan musuhnya Zionis/Israel tapi sekarang ini, negara Arab bermasalah dengan Iran. Makanya, sekarang malah negara Arab bersahabat dengan Israel, sekarang ini Arab Saudi bergandengan tangan dg Israel, sementara Kita orang Indonesia tidak mengikuti perkembangan geopolitik yang baru, saya kira itu yang saya prihatinkan, jangan sampai ini jadi alat politik karena menjelang tahun 2024  Bagaimana bangsa kita bisa bersikap supaya agar Citra Bangsa juga tidak tercoreng di mata dunia internasional Terima kasih Tuhan Yesus memberkati

04.04.2023, Cepogo (TUS)

Sabsing, Sabda Singkat LUKAS 16:19-31

Sabsing, Sabda Singkat LUKAS 16:19-31

Ternyata ada loh .....  wuk ..... wuk, tot .....  tot, sirine dan Strobo ....  di Alkitab ya nggak persis sama sih, tapi mau tahu? ini Sabsing, Sabda Singkat Lukas 16 :19-31, buruan save di pikiran biar nggak ilang dari hati kita, Lukas 16: 19-31 Cerita terkenal banget,  perumpamaan atau metafora Yesus ini.
Orang Kaya dan Lazarus.
Ini kisah sarkas antara Sultan dan Butiran Debu, Kasta Arwana dan Ikan Sapu-sapu.
Kisah elit dan si alit, Si elit adalah crazy rich kemana-mana dikawal dan mobilnya ada wuk ....  wuk .....  tot ...... tot nya, plus lampu sirene strobo, semua orang harus nyingkir si Rina eutz si Elit dan strobonya mau bilang ke orang-orang, minggir lu miskin. Dan kisah si alit, si Megapoor  ..... Megamiskin ..... alias si Alit, Cari sisa makanan dengan bongkar-bongkar tong sampah, si Elite dan si Alit, Lalu dua-duanya meninggoy alias dut, yah mati, Si Elite dikuburkan di San Diego Hill alias makam super mewah, perum pns saja kalah, dihadiri pejabat, para Diva dan selebriti dan juga orang-orang tajir melintir dan sangat mungkin ada nikhum Avelim, para Peratap bayaran dalam budaya Yahudi atau Israel kuno. Juga ada podcast 1 episode Tribute dan Youtube yang memuja-muji, prestasi hidupnya  si Elit. Sementara si Alit mau dimakamkan aja nggak punya ongkos, tanah makam tak ada yang mo terima, mati susah dikuburpun sulit.
Nah ..... akhirnya dua-duanya tiba di final destination, alias Suuuurrrggggaaaa and Neeeerrrrrraaaaakkkkaaaa. Di sini banyak plot twistnya, reversal role, pembalikan peran. Sastranya si Lukas emang jago di pembalikan.
Pertama, nama si Alit adalah Lazarus bahasa Ibraninya Eliezer atau Elazar adalah Tuhan penolongku, jadi nama Lazarus kode keras dimana Yesus berpihak dan itu yang diinginkan Yesus bagi kita followersnya termasuk gereja, menjadi penolong orang miskin. Ayat 26 ada jurang tak terseberangi, Khasma Mega, sebutanya dalam tradisi Israel Kuno. Ini juga peringatan karena di ayat 20 ada pintu yang memisahkan si elit dan si alit, membuat mau lihat si elit ada strobo dan sirina yang memisahkan si elit dari realita si alit. Kenapa Si Elite di barbeque abadi tanpa saus bukan karena dia crazy rich tapi karena dia tidak ada belas kasihan, tidak ada keramahan, tidak ada kesanggrahan (gak ada penerimaan) terhadap si alit, itu sebabnya ketika sudah tiba di final destination enggak ada kesempatan lagi karena sudah ada khasma Mega, ada jurang pemisah, yang tak terlewati, kata-kata hari ini, jangan ada Wuk ..... Wuk ..... TOT ...... TOT ..... segala macam Strobo dan sirine yang memisahkan si Elit dan si Alit, diantara kita, pemisahan diantara kaum elit dan alit, karena jelas keterpihakan Yesus di mana.
Bye ...... Cao (T27092025)

Kamis, 25 September 2025

Sudut Pandang Injil Keempat, Sketsa Tepat

Sudut Pandang Injil Keempat, Sketsa Tepat

ketiga Injil Sinoptik adalah ibarat potret Yesus, tetapi injil Yohanes adalah sketsa tentang Yesus. Apa beda potret dengan sketsa? Potret memperlihatkan wajah sesungguhnya, sedangkan sketsa membuat penonjolan, misalnya kumis yang lebih lebat, telinga yang Lebih lebar, atau bibir yang lebih tebal. Potret adalah gambaran realistik, sketsa adalah gambaran simboiik. Potret mudah dikenali, sketsa perlu diterka. Itulah sebabnya Kitab Injil Yohanes lebih susah, bahkan paling susah dari semua kitab Injil. Kitab Injil keempat ini memang unik dan serba paling. la paling sistematik. Injil ini terbagi atas tiga bagian. Pertama, keunikan Yesus di hadapan dunia (PS. 1-12). Kedua, keunikan Yesus di hadapan para rasui (PS. 13-17). Ketiga, keunikan Yesus dalam penderitaan dan kebangkit an (PS. 18-21).
Selanjutnya, Yohanes pun menulis dua pengantar yang tidak terbandingi. Pengantar pertama (1:1-18) berkonteks budaya Helenise di
sini dipakai jargon Logos (artinya: nalar, makna, perkataan, pertimbangan, prinsip pemersatu alam semesta). Yohanes langsung membuat klaim yang mengejutkan, yaitu bahwa Logos sebenarnya "adalah Allah" (1:1). Lalu menyusul klaim yang lebih mengejutkan, yaitu bahwa Logos "telah menjadi manusia” (1:14). Lalü klaim yang paling mengejutkan, yaitu bahwa "manusia yang diam di antara kita” itü adalah "Anak Tunggal Allah” yang "menyatakan" Allah padahal "tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah” (1 : 14, 18). Yohanes yang unik bersaksi tentang Yesus yang unik.
Pengantar kedua (1:19-51) berkonteks budaya Yahudi. Di sini dipakai jargon-jargon budaya Yahudi, yakni Anak Domba Allah, Guru, Mesias, Anak Allah. Raja orang Israel dan Anak Manusia.Sinoptik melaporkan tentang Yesus, sedangkan Yohanes menafsirkan Yesus. Sinoptik memberi narasi, sedangkan Yohanes memberi interpretasi. Sinoptik menderetkan sebanyak mungkin fakta, Yohanes selektif dan hemat fakta.Penginjil Sinoptik memakai prinsip jurnalistik ipsis verbis, yaitu melaporkan ucapan seseorang setepat mungkin, namun Yohanes mengubah gaya ucapan Yesus dan Yohanes Pembaptis lalü menyesuaikannya dengan gaya ucapannya sendiri. Willi Marxsen dalam bükü Pengantar Perjanjian Baru menyimpulkan, "gaya ucapan Yesus dan gaya ucapan Yohanes Pembaptis, serta juga gaya laporan si penginjil itu, sama; yang berarti bahwa si penginjil sendiri membentuk gaya ketiga unsur tersebut. "
Ada banyak keünikan lain datam Injil keempat ini. Dibandingkan Sinoptik, Yohanes hanya sedikit melaporkan mukjizat perbuatan Yesus, Dalam injil Yohanes sama sekali tidak ada laporan pengusiran setan, juga tidak ada laporan penyembuhan kuşta. Sinoptik melaporkan bahwa lokasi Yesus mengajar selalu di daerah, menurut Yohanes justru di ibukota. Menurut Injil sinoptik Yesus pergi ke Yerusalem hanya sekali, menurut Yohanes empat kali. Menurut Sinoptık Yesus tiidak pernah membaptis baptis tetapi menurut Yohanes, Yesus pernah membaptis. "Sesudah itü Yesus pergi dengan murid-muridnya ke tanah Yudea dan la diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis" (3:22), Akan tetapii cepat-cepat Yohanes menarik kembali laporan itu, " ..... Yesus sendiri tidak membaptis” (4:2).
Sinoptik mencatat banyak perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus, tetapi Yohanes menggantinya dengan wacana-wacana Yesus yang panjang dan filosofis, kadang-kadang dalam bentuk alegori, misalnya tentang gembala. Pengaruh paduan budaya Helenis dan Yahudi tampak dalam kegemaran Yohanes memakai simbol-simbol yang abstrak. Salah satu favoritnya adalah hidup sejati atau kehidupan sejati, Iangsung Yohanes menegaskan bahwa hidup sejati diberikan oleh Yesus. Yesus adalah pemberi air yang hidup dan pemberi roti kehidupan. Lalu apa artinya hidup kekal atau hidup sejati? Jawab Yohanes, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utuş" (17:3). Berbeda dengan Sinoptik, Yohanes membuat sketsa Yesus. Di tangan Yohanes sketsa ini menjadi unik. Butuh ketelitian dan ketajaman untuk memahaminya. Apa tujuan pelukis sketsa ini? Jawab pelukisnya "Supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (20:31).
Pelukis sketsa ini ternyata berhasil. Sketsanya tepat. Sampai hari ini gereja mengaku Yesus Kristus sesuai dengan sketsa-sketsanya yaitu bahwa Yesus adalah roti hidup (6:35), Yesus adalah terang dunia (8:12), Yesus adalah pintu ke domba-domba (10:7), Yesus adalah Gembala yang baik (10:11), Yesus adalah kebangkitan dan hidup (11:25), Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup (14:6), dan Yesus adalah pokok anggur yang benar (15:1). Ketujuh sketsa ünik ini adalah karya pena penginjil unik ini.
26092025 (TUS)

SUDUT PANDANG TIGA PEKABAR SATU INJIL

 SUDUT PANDANG TIGA PEKABAR SATU INJIL

Sebutan Injil diambil dari kalimat pertama kitab Injil Yang tertua. "lnilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus (Mar 1:1). Secara harafiah kata itu berarti kabar baik. Akan tetapi, apa itu sebetulnya Injil? Jika Markus ditanya, mungkin la akan menjawab, "Aku menulis Injil, yaitu cerita yang objektif tentang hidup Yesus beberapa puluh tahun lalu, seperti sejarah yang terjadi. Tetapi tulisanku ini juga merupakan kesaksian imanku yang subjektif mengenai apa artinya hidup Yesus itu untuk zamanku." Injil merupakan ragam sastra yang belum pernah ada sebelumnya. Perintis ragam sastra ini adalah Markus. Kita lihat unsur-unsur jawab tadi. ”Cerita yang objektif. ” Injil bukan khotbah atau renungan, melainkan cerita yang melaporkan. Sifatnya historis objektif.  Tetapi  laporan yang objektif itu disampaikan sebagai kesaksian iman si penulis sehingga bersifat subjektif sesuai penghayatan si penulis tentang makna hidup dan karya Yesus bagi si petulis injil  ”Untuk zamanku!', zaman petulis injil. Sama seperti semua penulis, penginjil menyampaikan tulisannya untuk pembaca pada zaman di mana ia hidup, latar belakang audiens atau pembaca tertuju dan pembaca beberapa puluh tahun kemudian, bukan beberapa abad kemudian, perlu diingat konteks zaman penulisannya.
Terhadap pertanyaan di atas, mungkin Matius dan Lukas menjawab serupa dengan Markus, yaitu mereka menulis cerita berunsur historis objektif, namun juga berunsur penghayatan subjektif.  Nah, oleh sebab itu, ketiga kitab Injil sedikit saling berbeda, ketiga penulisnya tentu mempunyai penghayatan iman yang berbeda. Namun, persamaannya lebih banyak daripada perbedaannya, Ketiga kitab Injil pertama ini banyak sekali persamaannya sehingga disebut Sinoptik. Sebetulnya, secara harafiah, kata Yunani synopsis ikhtisar atau ringkasan, seperti sinopsis di sampul belakang sebuah buku. Namun, synopsis juga berarti pandangan bersama. Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik karena berpandangan sama bergaris besar sejajar dan hampir sama. Mengapa hampir sama? Karena garis besar Injil Markus diambil alih oleh Matius dan Lukas. Akan tetapi di pihak Iain Matius dan Lukas menambah banyak bahan yang tidak ditulis bahkan bahdn lisan atau mungkin tidak diketahui oleh Markus. Jadi, Markus dipakai sebagai sumber oleh Matius dan Lukas. Namun, baik Matius maupun Lukas mempunyai sumber tambahan masing-masing. Oleh sebab itu, ada cerita yang hanya terdapat di Matius, misalnya perumpamaan lalang di antara gandum (13:24-30). Demikian juga ada cerita yang hanya terdapat di Lukas, misalnya cerita tentang Zakheus (1 9:1-10). Ketika Matius dan Lukas menceritakan bahan yang sama terjadi juga perbedaan versi yang mencolok. Contohnya adalah versi Lukas tentang Pintu yang sesak (13:23-30) sangat berbeda dari versi Matius (7:13-14). Di Iain pihak, ada pula bahan yang 99% sama antara Matius dan Lukas, namun tidak terdapat di Markus. Misalnya, ucapan Yesus mengenai selumbar di dalam mata (lih. Mat. 7:3-5 dan Luk. 6:41-42).
Supaya penjelasan ini tidak menjadi rumit, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Matius dan Lukas lebih banyak sama dibandingkan dengan Markus. Matius dan Lukas menulis sekitar masing-masing 15 dan 25 tahun sesudah Markus. Jika kita membaca Alkitab dalam bahasa aslinya, tampak bahwa Matius dan Lukas lebih berkaidah dalam gramatika Yunani. Sebab itu, kedua penulis ini mengambil alih banyak cerita dari Markus sambil meluruskan struktur kalimat Markus. Perlu diingat bahwa semua perkataan Yesus diucapkan dalam bahasa Aram, padahal ketiga penulis ini mengarang dalam bahasa Yunani. Penerjemahan selalu berkemungkinan meleset. Barang siapa ingin mendalami Injil tentang Yesus, memang sebaiknya membaca sambil membandingkan ketiga kitab Injil pertama ini. Ada banyak persamaan sekaligus ada banyak perbedaan. Ketiganya saling melengkapi. Duduk perkara penyebab persamaan dan perbedaan.
Akan tetapi, kembali ke persoalan pada awal tulisan ini, mengapa Lukas cenderung memperkecil cerita pembaptisan Yesus? Lukas hanya menulis sebuah anak kalimat saja, yaitu "... dan ketika Yesus juga dibaptis (Luk. 3:21). Bahkan kalimat itu ditempatkan sesudah laporan tentang pemenjaraan Yohanes Pembaptis, seolah-olah pembaptisan Yesus terjadi sesudah pemenjaraan Yohanes Pembaptis atau seolah-olah bukan Pembaptis yang membaptis Yesus.  Nama Sungai Yordan juga tidak tercantum di dalam Lukas. Mengapa Lukas berbuat ini? Kita tidak tahu, tetapi agaknya Lukas ingin mencegah fanatisme para pengikut Yohanes Pembaptis yang disebut "murid-murid Yohanes" (Mat. 11:7). Ketika Lukas menulis injilnya sekitar tahun 90-an di Suriah, mungkin ketika itu para pengikut Yohanes Pembaptis sedang populer. Mereka cenderung bersifat sektarian, artinya hanya menekankan satu sektor tertentu dari ajaran yang umum. Akibatnya, mereka pun cenderung menganggap Yohanes Pembaptis sebagai tokoh utama. Tak bisa disangkal ada sentimen pertentangan murid Yesus dan Yohanes, bahkan Yohanes Pembaptis sempat ragu kalau Yesus adalah mesias, murid Yohanes Pembaptis pun ada yang memisahkan diri mengikut Yesus (Lukas 7:18-35, Matius 11:2-19). Nyata perbedaan Pandangan antara Yohanes Pembaptis dan Yesus tentang kemesiasan (Lukas 3:16-17, Matius 3:11-12)
Sudah tentu para penulis Injil tidak mendukung paham sektarian seperti itu. Injil bukanlah cerita tentang tokoh ini atau tokoh itu, melainkan tentang Yesus Kristus. Kalimat pertama dalam kitab Injil yang pertama sudah menegaskan hal itu. Bunyinya, "Arche ton euaggelion Iesou Christou", artinya, "Inilah Kabar Baik tentang Yesus Kristus" (Mrk. 1:1, BIMK).
25092025 (TUS)

Senin, 22 September 2025

SUDUT PANDANG ANALISIS KRITIK INJIL SINOPSIS

SUDUT PANDANG ANALISIS KRITIK INJIL SINOPSIS

Kitab-kitab Injil ditulis untuk menjawab pergulatan jemaat Kristen atas pertanyaan mengapa Mesias mati. Para petulis Injil menafsir Kitab Suci Yahudi (atau Perjanjian Lama), terutama 𝘚𝘦𝘱𝘵𝘶𝘢𝘨𝘪𝘯𝘵𝘢, ditambah dengan ucapan-ucapan lepas Yesus-historis dan sumber mereka sendiri, lalu dibangunlah kisah-kisah teologis mengenai karya keselamatan Allah lewat Yesus Kristus.
Meskipun demikian petulis Injil tidak selalu bersepakat dengan ucapan nabi-nabi di kitab PL. Sebagai contoh, petulis Injil Matius tidak bersetuju dengan ucapan Nabi Mikha dan Nabi Zakharia. Ia mengubah ucapan mereka untuk disesuaikan dengan teologi yang ia usung.
Berikut beberapa pertanyaan kritis untuk analisis Injil Sinoptik berdasarkan sinopsis dan kajian:
Bagaimana perspektif masing-masing penulis Injil Sinoptik memengaruhi cara mereka menampilkan peristiwa kehidupan Yesus?  Perspektif penulis Injil Markus fokus pada penderitaan Yesus sebagai Mesias, Matius menonjolkan Yesus sebagai penggenap nubuat Yahudi, dan Lukas menampilkan Yesus sebagai penyelamat universal bagi semua orang.Markus tulis Yesus sebagai Mesias yang menderita, fokus pada kesetiaan di tengah penderitaan. Matius tonjolkan Yesus pemenuh nubuat Yahudi, pengajar hukum Taurat. Lukas tonjolkan Yesus sebagai penyelamat universal yang peduli sama semua orang, terutama yang terpinggirkan.
Apa implikasi teologis dari perbedaan fokus antara Injil Markus, Matius, dan Lukas terhadap pemahaman Kerajaan Allah?  Implikasi teologis: Markus menekankan Kerajaan Allah sebagai penderitaan dan pelayanan, Matius lebih ke Kerajaan sebagai pemenuhan hukum, dan Lukas menonjolkan kasih dan penyertaan sosial dalam Kerajaan Allah.Markus ajarkan Kerajaan Allah identik dengan penderitaan dan pengorbanan. Matius lebih pada ketaatan hukum dan penegakan keadilan ilahi. Lukas tunjukkan Kerajaan sebagai kasih dan inklusivitas sosial.
Bagaimana penulis Injil Sinoptik menggunakan narasi penderitaan Yesus untuk membentuk identitas murid dan pengikut?  Narasi penderitaan Yesus: Membangun identitas murid sebagai pengikut yang rela berkorban dan setia meski menghadapi kesulitan.Penderitaan Yesus jadi contoh bagi murid supaya siap setia, berkorban demi kepercayaan dan pelayanan.
Sejauh mana analisis redaksi menantang keakuratan historis Injil, jika materi diedit untuk tujuan teologis?Analisis redaksi: Memberi tahu   bahwa penulis menyusun materi untuk menyampaikan pesan teologis, bukan sekadar catatan sejarah, jadi ada unsur penyuntingan sesuai tujuan iman.Penulis Injil nggak cuma catat sejarah, tapi juga susun buat sampaikan pesan iman, jadi ada penyesuaian berdasarkan kebutuhan jemaat.
Bagaimana peran tradisi lisan sebelum penulisan Injil memengaruhi kesamaan dan perbedaan isi ketiga Injil ini?  Peran tradisi lisan: Tradisi lisan menjaga kesamaan cerita tapi juga memungkinkan variasi sesuai kebutuhan komunitas masing-masing.Cerita lisan sebelum tulisan bantu pertahankan inti ajaran tapi juga bikin variasi sesuai konteks budaya dan komunitas
Apa kaitan Injil dengan liturgi leksionari? Kenapa gereja reformasi atau protestant bersepakat puncak atau mahkota liturgi leksionari di bacaan sabda, dan bacaan sabda berpuncak pada Injil? Bukan seperti gereja katolik atau othodoks yang bersepakat puncak liturgi leksionari ada pada sakrament perjamuan Kudus atau Ekaristi? Dalam perarakan Alkitab, ini sebetulnya yg disebut introitus (jalan masuk), meskipun yang diarak adalah Alkitab, 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀𝗹𝗮𝗵 𝗶𝗮 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗸𝗻𝗮𝗶 𝗞𝗶𝘁𝗮𝗯 𝗜𝗻𝗷𝗶𝗹. Yang diarak adalah Kitab Injil (𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮). Mengapa yang diarak adalah Kitab Injil? Jawabannya mudah: karena itu Gereja Kristen itu bersifat injili (bukan maksudnya aliran evangelikal lho!). Dalam bacaan ekumenis (RCL) 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menegaskan maknanya sebagai puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda. Bacaan-bacaan dalam Liturgi Sabda menunjukkan bahwa sejarah keselamatan yang dimula dari Perjanjian Lama dilanjutkan pada bacaan kedua, bagaimana sejarah keselamatan ada pada gereja mula-mula sampai akhirnya memuncak dalam diri Yesus Kristus, memuncak pada keteladanan Kristus, yang dimaklumkan dalam Injil. Sehingga banyak ritual simbolis pengagungan injil. Dengan demikian 𝘌𝘷𝘢𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘪𝘶𝘮 dan pemakluman Injil menunjukkan Tuhan Yesus Kristus yang hadir, bersabda, dan berdialog dengan Gereja-Nya. Bacaan Injil yang bermakna puncak kehadiran Kristus dalam Liturgi Sabda tidak dapat diganti oleh bacaan-bacaan lain, meskipun itu dari sumber-sumber spiritualitas (kisah-kisah orang suci, kisah-kisah inspiratif, dlsb.) atau lembaran-lembaran lepas seperti surat edaran pastoral. Apa kaitan liturgi leksionari dengan Injil Lukas 24:13-35? Hal tsb terkait pada pola tiga ordo dan empat ruang: kerangka selebrasi ibadah pada liturgi yang digunakan WCC 1982 Peru, Lima. Laksana bangunan, liturgi memiliki pola arsitektur. Mengambil kisah "Yesus menampa diri di jalan ke Emaus" Lukas 24:13-35, Constance Cherry memaparkannya sebagai pola liturgi ruang dengan inti (centre = pusat) pada firman dan pelayanan meja (Max Thurian dan Geoffrey Wainwright (editor), Baptism, Eucharist: Ecumenical Convergence in Celebration, (Geneva: wcc, 1983), 252).  Hal ini seperti yang dilakukan sejak zaman gereja awal, yaitu persekutuan yang berkumpul, bertekun dalam doa dan pengajaran, dan memecahkan roti (Kis 2:42, dirujuk oleh liturgi reformasi baik liturgi Calvin dan Luther). Hanya perbedannya, Cherry menempatkan pengutusan dalam "ruang" tersendiri, sedangkan Liturgi Lima menyatukan pengutusan dengan pelayanan meja.
Ordo-ordo liturgi, berdasarkan Lukas 24-13-35 itu (bnd. Kis 20:13-12 perihal berkumpul untuk firman dan pemecahan roti di hari pertama yang dirujuk liturgi Calvin dan Luther an), merupakan guliran (progression) dari awal hingga akhir. Selebrasi liturgi adalah perjalanan ziarah gereja, actual motion forward from beginning to end In a real way, worship moves! Worship is a journey - a journey into God's presence (gathering) of hearing from God (word), that celebrates Christ (table), that end send US into the world changed encounter with God (sending), (Constance M. Cherry, The Worship Architect: a Blueprint for Designing Culturally Relevant and Biblical Faithful Services, (Grand Rapids: Baker Academic, 2010). Guliran itu adalah perjalanan para murid Emaus (sebenarnya: menjauhi Yerusalem) bersama Yesus. Bagian pendahuluan (24:13-24) diawali dengan perasaan galau, tak tentu arah. Kemudian firman disampaikan (24:25-27), namun masalah selesai. Mereka tetap tak mengenali-Nya. Baru ke perjamuan (24:28-32), mata mereka terbuka mereka mengenal-Nya - tapi la lenyap, Pengalaman perjumpaan itu menginspirasi mereka (kembali ke Yerusalem) dan menceritakan kisah tersebut (24:33-35) Ibadah atau liturgi yang memperjumpakan gereja dengan Kristus Sang Firman, melandasi penekanan pada bacaan sabda dg puncaknya pada Injil (kisah karya keselamatan dan teladan Kristus (bagi gereja reformir/protestan yg tidak tiap kali ada perjamuan Kudus atau Ekaristi), di sisi yang lain perjamuan kudus atau Ekaristi, menjadi puncak atau mahkota liturgi bagi gereja khatolik dan orthodoks, menginspirasi gereja menjadi guliran pengutusan di dunia, tidak berputar di tempat, dari liturgi selebrasi ke liturgi aksi, dari pengembangan karya Kristus/Allah ke pengulangan karya Kristus/Allah dalam hidup keseharian.
 Injil itu penulisan yang historis obyektif atau penghayatan subyektif?Injil itu ditulis berdasarkan history obyektif, tetapi dari sudut pandang penghayatan subyektif petulisnya, history obyektif dan sumber lisan digunakan petulis untuk mengungkapkan penghayatan subyektif nya kepada audiens yang dituju, ada ide subyektif berdasarkan penghayatan petulis yang ingin ditujukan pada audiens, disisi yang lain ada bahan history obyektif di depan petulis dan bahan sumber lisan lainnya, salah satu ide yang kuat muncul adalah menjawab kasus-kasus permasalahan di surat-surat (yang tentunya ditulis lebih tua)
23092025 (TUS)


Sabtu, 20 September 2025

Sabsing, Sabda Singkat Lukas 16:1-13

Sabsing, Sabda Singkat Lukas 16:1-13

Betuuuul ....... gak salah Lukas 15 ampe  16, tentang 4 perumpaan Yesus, adalah sudut pandang petulis Injil Lukas untuk mengajarkan sikap hidup sosial, dari kritik tajam pada farisi, zaduki dan pemuka agama yang gak mau bersentuhan dg pendosa, bisa dilihat pada perumpamaan domba yang hilang dan dirham yang hilang, serta sikap hidup pemungut cukai si pendosa, akan kemauan dan kecerdikannya, pada perumpamaan anak yang hilang dan bendahara yang tak jujur. Yuuuuk ..... menarik untuk lihat perkara kecerdikan, Yes, ..... ya .... ya, intinya Yesus ngajarin kita buat *jadi cerdik dan kreatif* kayak manajer itu, jangan pasrah aja waktu masalah menghantam.  Cari solusi bahkan yang “gila” sekalipun, atur strategi, manfaatin relasi, dan ambil kendali hidupmu, jangan pasrah menyerah. Kalau kita jadi manajer itu, kira-kira kita mau coba strategi apa dulu nih?
Mari ngomong cara gen z .... wk ..... wk.
Kalau kita ngadepin masalah, masalah apa pun, keuangan atau lainnya, Yesus kasih tips gimana kita harus muter otak dan menemukan cara gila mengatasi situasi sulit itu. Ini Sabsing, Sabda Singkat, buruan save di pikiran, supaya enggak hilang di hati. Bacaan kita Lukas 16  ayat 1 sampai 13: Perumpamaan Bendahara yang Tak Jujur. Ceritanya gini, seorang manajer dituduh nyolong duit bosnya, terus mau dipecat. Sebelum cabut, dia muter otak: menemukan cara gila tapi efektif. Dia ngatur utang-utang orang kepada bosnya, biar mereka utang budi ke dia kalau dia nganggur. Ujungnya malah dia enggak jadi dipecat karena berhasil membereskan utang-piutang orang ke bosnya, dan nama baik bosnya jadi kinclong sebagai bos yang murah hati. Kalau sampai pecat ini manajer, kan orang bilang, "Loh, manajer sebagus ini kok dipecat?" Dalam konteks sistem tidak adil di bawah kolonialisme Romawi masa itu, kelakuan manajer ini sebagai bentuk everyday form of resistance (bentuk perlawanan sehari-hari), dalam      bukunya Scott Weapons of The Weak. Bukan karena moralnya parah-parah amat, tapi karena enggak banyak pilihan. Masa itu, manajer kayak gini tuh tergantung hidupnya dengan tuannya. Mirip banget, relate banget dengan budak-budak korporat masa kini yang harus job hugging (orang yang nempel sama kerjaannya, gak mau kehilangan kerjaannya). Jadi, si manajer harus bertahan, job hugging dan siap-siap kalau harus job hopping (lepas kerjaannya, cari kerjaan lain). Naaah, dengan prinsip... dari receh ke jenius, Yesus bilang, "Lah, manajer tertuduh salah aja, tahu loh ngatasin masalah, masak kamu yang ngandelin Tuhan pasrah aja?" Intinya... Yesus ngomong gini ke kita: "Kamu tuh di posisi yang sama kayak si manajer. Sadar bakalan ada bencana gede. Belajar dong dari dia, ambil tindakan tegas atasi situasi kamu sekarang." Dalam psikologi lewat manajer cerdik, eee, licik ini, Yesus ngajarin kita, first principle thinking (pertama yang ada di pikiran). Masalah diidentifikasi, lalu beraksi, cari koneksi and problem solving, negosiasi, ketemulah solusi akhir. Dalam istilah Lukas di ayat delapan, phonimos, cerdik. Jadilah manajer cerdik atas apa pun kondisi kita. Life hack hari ini: you are captain of your soul, master of your faith, do not hesitate. God will navigate. 
*Kamu adalah kapten jiwamu, penguasa imanmu, jangan ragu, Tuhan akan menuntun.*  
Kalau kita pegang itu, rasa takut pasti bisa dikalahin, deh! Masalah bisa dihadapin.

Cao ....... bye (T20092025US)

Sabtu, 13 September 2025

Sudut Pandang 𝗝𝗲𝗺𝗮𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗲𝗹𝗶𝘀 𝗝𝗲𝗺𝗮𝗮𝘁, perkara terjemahan KBBI

Sudut Pandang 𝗝𝗲𝗺𝗮𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗷𝗲𝗹𝗶𝘀 𝗝𝗲𝗺𝗮𝗮𝘁, perkara terjemahan KBBI

Banyak orang Kristen (Protestan) galat mencerap sehingga keliru menyebut Jemaat dan Majelis Jemaat (disingkat MJ). Kekeliruan ini terjadi karena memang kurang pengajaran eklesiologi dari pemimpin gereja mereka. Kurang pengajaran dapat juga terjadi karena pemimpin mereka juga tidak menguasai eklesiologi.

Jemaat dan Gereja adalah sinonim. Jemaat adalah himpunan atau persekutuan orang percaya kepada Kristus. Individu yang berhimpun itu disebut warga/anggota jemaat. Jemaat adalah satuan terkecil mandiri dalam satu sinode gereja. Jemaat dapat dianalogikan batalion dalam militer. Menyebut “Ia adalah jemaat GPIB” adalah keliru. Yang benar “Ia adalah warga/anggota GPIB”. Praktisnya 𝑤𝑜𝑛𝑔 GPIB. Lebih lengkap lagi warga GPIB, Jemaat “Karunia” Ciputat, misalnya. Dengan analogi militer “Saya adalah anggota GPIB, Batalion “Karunia”, Ciputat”.

Beberapa jemaat yang berdekatan secara geografis dikelompokkan dalam klasis-klasis atau brigade-brigade. Klasis-klasis itu dikelompokkan lagi ke dalam beberapa sinode wilayah dan kemudian berujung di satu sinode. Misal, Sinode GKI, Sinode GKJ, Sinode GKJW, Sinode GKI Papua, Sinode GMIST, Sinode GPIB, dlsb. Tentu tak semua gereja memiliki nama istilah pengelompokan yang sama. Misal, HKBP menggunakan resort untuk klasis dan distrik untuk sinode wilayah. Akan tetapi sistem organisasi pada dasarnya mirip. Mirip di sini bukan berarti 100% sama. Seperti halnya sistem organisasi TNI AD, AL, dan AU itu mirip, tetapi tidak 100% sama.

Batalion dipimpin oleh seorang komandan, sedang jemaat di gereja-gereja arus-utama dipimpin secara kolektif oleh MJ. MJ terdiri atas pejabat-pejabat gerejawi. Pejabat gerejawi itu siapa saja? Pendeta, penatua, diaken, dan beberapa gereja memasukkan juga guru Injil. Pendeta adalah jabatan gerejawi seumur hidup (kecuali dtanggalkan oleh karena satu dan lain hal), tetapi saat ia sudah emeritus tidak lagi masuk ke dalam anggota MJ. Penatua ada batas masanya. Ada yang setahun, dua tahun, tiga tahun bergantung pada peraturan Tata Gereja. Ada juga penatua yang berlaku seumur hidup, tetapi pada umumnya berbatas masa. Calon penatua dari warga jemaat dan diusulkan oleh warga jemaat yang tentu saja prosesnya berbeda-beda dari satu gereja dengan gereja lainnya. Demikian juga calon diaken. Di GKI tidak ada lagi jabatan diaken. Fungsi diaken diemban oleh penatua.

MJ adalah lembaga. Di gereja-gereja arus-utama pendeta dan penatua pada hakikatnya sama. Penatua bukan pembantu pendeta. Pendeta adalah penatua yang diberi dua hak khusus: melayankan sakramen dan menahbis. Ketua MJ belum tentu pendeta. MJ bisa memecat pendeta apabila melanggar Tata Gereja.

Orang sering berkata, “Oh dia sekarang sudah menjadi majelis.” Ini keliru. Yang benar ia menjadi penatua atau ia menjadi anggota majelis (dhi MJ). Analoginya: “Ia adalah anggota DPR, bukan ia adalah DPR.”

Di gereja-gereja kharismatik (dan sebagian evangelikal) pemimpin jemaat di tangan pendeta gembala jemaat, bukan MJ. MJ hanyalah perangkat pembantu pendeta. Di gereja kharismatik penatua adalah pembantu pendeta. Pendeta setiap saat bisa memecat anggota majelis. 

Penyusun KBBI jangan-jangan orang dari kharismatik? Di KBBI penatua adalah pembantu pendeta. Untung KBBI tidak menerjemahkan MAJELIS dengan MAhkluk JELmaan ibLIS bergurau ..... Xi ...... Xi

Semoga bermaslahat.

(05042022)(TUS)

Jumat, 12 September 2025

Sudut Pandang Lukas 15:1-10, 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗿𝗶𝘀𝗶𝗸𝗼 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻

Sudut Pandang Lukas 15:1-10, 𝗕𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗿𝗶𝘀𝗶𝗸𝗼 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻

Kenapa Yesus salah gaul? Salah bergaul dengan pemungut cukai malah ngopinya bareng pendosa? Kok gitu ya? Ini Lukas 15:1-10. Pembukaan perikop ini main blowing. Pemungut cukai dan pendosa sering datang nongkrong bersama Yesus mendengarkan nasehat sampai kata-kata hari ini. Follower Yesus termasuk para pendosa ini. Jesus friend of sinners, Yesus teman pendosa ....xi ... Xi. Padahal Amsal 1:13-14, Mazmur 1 itu kasih backup call jangan masuk circle pendosa, kaum error, mereka-mereka yang nyasar hidupnya. Bahkan tradisi Yahudi yang misalnya dicatat dalam MEKHILTADE Rabbi Ismael tegas, jangan sok akrab sama orang error meskipun niatnya mau ngajak dia kembali ke Taurat. Ini digaungkan juga banyak gereja sampai hari ini, orang Kristen harus menjaga kekudusan, jangan gaul sama pendosa dan mereka yang tidak percaya ....iiihhh .... busyet tenan.
Tapi sebenarnya ini benar ya argumennya, memang benar orang-orang error ini kan berbahaya, bisa menjebak domba yang lugu, dimangsa serigala yang belagu. Terus kenapa pemungut cukai dosanya besar? Ya karena mereka melanggar Taurat. Imamat 25:36-38. Ini soal riba. Lalu mereka juga proksi kekuasaan Romawi yang sering ambil keuntungan berlipat ganda. Ya kalau sekarang tuh ibarat PBB .... Eitz pajak tanah dan bangunan ... Wei, dipaksa naik 250 sampai 1000 persen. Itu para pemungut cukai ..... apa pejabat kita pemungut cukai? ... Lah. Tapi Yesus malah gaul dengan mereka bahkan casting Matius alias Lewi, seorang pemungut cukai sebagai muridnya. Belum lagi ada kisah Zakheus di Lukas 19. Nah, ini dia! Ini justru signature style Yesus, bagian paling ngena untuk tahu siapa Yesus, yaitu Tuhan yang enggak capek nyari mereka, nyari kita-kita yang ngakunya healing (domba healing) padahal ngilang (domba ngulang). Dan perumpamaan domba yang nyasar, duit yang ngumpet, dan lanjutannya anak yang hilang atau anak yang boros, Jesus friend of sinner, Yesus teman pendosa,  supaya mereka berbalik bertobat. Dia bukan Tuhan yang nunggu kita bertobat. Ia mencari dan menawarkan, eeeiiiio ..... pertobatan. Pas nemu, update status, di medsos (kaya gue aja .... Wk .... Wk) "Yes, ketemu juga." Dia bilang bukan orang sehat butuh dokter tapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat. Lukas 5:32.
Nah, ada banyak fun fact dari perikop ini tapi beberapa saja saya share (pelit .... Ah ... Wk ... Wk). Gambaran gembala dan domba diambil dari Mazmur 23 dan Yehezkiel 34, dan Yeremia 31. Gambaran gembala menggendong domba yang ditemukan biasanya karena kelelahan dan terluka ya. Itu diambil dari Mazmur 28:9, Yesaya 40:11. Plot twist terakhir, ayat 6 (Lukas 15) Yesus nyindir mereka. Gereja masa kini yang suka  sok suci banget, yang jaga jarak dengan mereka yang tersingkirkan, jaga jarak dengan yang berbeda, gereja yang dengan dalih apologetika atau dogma malah kehilangan kasih pada sesama. Jangan-jangan mereka bukan sahabat Tuhan.

Mari kita tingkatkan dengan akselerasi yang lebih serius ..... Wk ..... Wk .... Wk.

Yesus mengajar dengan banyak perumpamaan. Perumpamaan merupakan cerita di dalam cerita Kitab Injil. Meski tampak sederhana, perumpamaan Yesus sulit untuk dipahami. Petulis Injil Markus mengakui itu sampai ia berkelit di balik wibawa 12 murid Yesus. “𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘬𝘰𝘬,” begitu kira-kira kata penginjil Markus dalam Markus 4:10.

Namanya juga perumpamaan, tentu saja itu merupakan cerita imajiner yang sedang disampaikan oleh Yesus. Para petulis Injil menafsir perumpamaan Yesus. Penafsiran atau pemaknaan perumpamaan oleh mereka tidak sama. Misal, makna perumpamaan 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 versi Injil Lukas 15:4-7 berbeda dari makna perumpamaan 𝘋𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 versi Injil Matius 18:12-14, karena konteks keduanya berbeda.

Pada mulanya, sebelum Kitab Injil ditulis, tampaknya perumpamaan Yesus diceritakan berulang-ulang dan menyebar dari mulut ke mulut atau lisan dalam konteks para pengikut Yesus mula-mula. Dalam tradisi lisan itu sangat boleh-jadi perumpamaan Yesus mendapat tambahan atau pengurangan agar sesuai dengan konteks para pendengarnya masing-masing.

Minggu ini adalah Minggu keempat belas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis diambil dari Lukas 15:1-10 yang didahului dengan Keluaran 32:7-14, Mazmur 51:1-10, dan 1Timotius 1:12-17.

Bacaan Injil Lukas 15:1-10 hari ini mencakup dua perikop mengenai 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘮𝘣𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 dan 𝘗𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘳𝘩𝘢𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨. Kedua perikop ini tampak sederhana, tetapi sulit ditafsir.

Bacaan tentang dua perumpamaan di atas sebenarnya bagian dari tiga perumpamaan dalam Lukas 15:1-32:

▶️ Perumpamaan tentang domba yang hilang (ay. 4-7)
▶️ Perumpamaan tentang dirham yang hilang (ay. 8-10)
▶️ Perumpamaan tentang anak yang hilang (ay. 11-32)

Ketiga perumpamaan itu disatukan oleh Lukas barangkali ketiganya dianggapnya memiliki tema yang sama seperti yang ditafsirkan oleh Lukas dalam penutup ketiga perumpamaan itu.

▶️ 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘶𝘳𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵, 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯. (ay. 7)
▶️ 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶: 𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵-𝘮𝘢𝘭𝘢𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘰𝘴𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘰𝘣𝘢𝘵. (ay. 10)
▶️ 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘵𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘤𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘦𝘮𝘣𝘪𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘢𝘥𝘪𝘬𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪. (ay. 32)

Kepada siapa ketiga perumpamaan itu ditujukan atau apa konteksnya? Apabila kita membaca ayat 1-2, perumpamaan ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat atas pertanyaan mereka: mengapa Yesus mau menerima dan makan bersama dengan orang-orang berdosa? 

𝗣𝗲𝗿𝘂𝗺𝗽𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗼𝗺𝗯𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴 (ay. 4-7)

Perumpamaan ini memerikan seseorang memiliki 100 ekor domba. Ia kehilangan seekor di antaranya, kemudian meninggalkan yang 99 ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya. 

Padang gurun adalah tempat berbahaya. Perumpamaan ini hiperbolik. Mana mungkin pemilik/gembala meninggalkan 99 ekor demi mencari seekor yang hilang? Sesudah seekor domba itu ditemukan, ia berpesta dengan sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya.

Pemaknaan atau penafsiran Lukas tentang perumpamaan ini tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 (ay. 7). Domba yang hilang itu pasif, tidak mungkin bertobat, tidak pulang sendiri, tetapi ditemukan oleh pemiliknya. Lukas tampaknya melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (pemilik 100 domba): 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮 bersama dengan sahabat dan tetangganya.

𝗣𝗲𝗿𝘂𝗺𝗽𝗮𝗺𝗮𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗿𝗵𝗮𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴 (ay. 8-10)

Perumpamaan ini memerikan seorang perempuan kehilangan satu dari 10 dirham miliknya. Ia kemudian menyalakan pelita dan menyapu rumahnya untuk menemukan satu dirham yang hilang itu. 

Satu dirham adalah upah sehari pekerja. Dalam imajinasi kita perempuan itu orang miskin. Wajar ia mencari satu dirham yang hilang. Yang menjadi tak wajar adalah ia seperti pemilik 100 domba di atas mengundang sahabat dan tetangganya untuk bersukacita. 

Lagi-lagi pemaknaan atau penafsiran Lukas tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨 (ay. 10). Dirham yang hilang itu benda mati, tidak mungkin bertobat, tidak mungkin bersuara memanggil atau mendatangi pemiliknya, tetapi ditemukan oleh pemiliknya. Lukas kembali melalaikan tekanan ada pada tokoh cerita (perempuan pemilik 10 dirham): 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮 bersama dengan sahabat dan tetangganya.

Apabila jalan cerita dua perumpamaan di atas berbeda dari kesimpulan atau penafsiran Lukas pada ayat 7 dan 10, bagaimana menyampaikan kepada umat? Lebih khusus lagi bagaimana mengkhotbahkannya? Ada dua pilihan, tetapi pilihannya tidak dapat diambil dua-duanya. Harus dipilih satu dari dua pilihan yang sama-sama dapat dipertanggungjawabkan. Hanya saja setiap pilihan menghasilkan konsekuensi yang berbeda.

Pilihan kesatu, mengkhotbahkan kesimpulan atau pemaknaan Lukas pada ayat 7 dan 10. Konsekuensinya aman atau tidak berisiko, meskipun tidak 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨, karena sesuai dengan penafsiran petulis Injil Lukas dan memang teksnya mengatakan seperti itu.

Pilihan kedua, mengkhotbahkan tekanan pada tokoh cerita: 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻, dan 𝗯𝗲𝗿𝘀𝘂𝗸𝗮𝗰𝗶𝘁𝗮. Risikonya anda akan dicap liberal karena melawan kesimpulan Lukas. Mari memilih yang kedua, meskipun berisiko, menurut pemikiran saya loh, tapi ada dasar argumentasinya, sbb.

Mengapa saya memilih yang kedua? Seumpama, andaikata, jika saya menjadi walikota di wilayah yang penduduknya 99% Kristen. Penduduk minoritas (1%) hendak mendirikan masjid, namun penduduk mayoritas bergerak menolak. Apakah saya akan ikut menolak pengajuan izin (pilihan kesatu) atau saya akan memberi izin pendirian mesjid (pilihan kedua)?

Jika saya menuruti penolakan itu (pilihan kesatu), saya aman. Saya akan terpilih lagi untuk periode kedua. Namun, saya tidak akan mengambil pilihan kesatu ini. 𝘛𝘰𝘰 𝘦𝘢𝘴𝘺!

Saya mengambil pilihan kedua dengan memberi izin kepada penduduk minoritas mendirikan masjid, meskipun saya akan menerima risiko terancam tidak terpilih lagi. Warga yang 1% itu adalah warga saya. Saya akan bersukacita dengan mereka, karena saya tidak jadi kehilangan mereka yang hendak meninggalkan kota. Namanya murid Kristus ya harus berani membela kelompok marginal, minoritas, meskipun berisiko kehilangan jabatan.

(13092025)(TUS)

Sabtu, 06 September 2025

Sudut Pandang Mengawali Ibadah

Sudut Pandang Mengawali  Ibadah

Ada banyak cara mengawali ibadah di gereja. Ada gereja yang mulai dengan doa, ada yang dengan lonceng atau bel, ada pula yang mulai dengan nyanyian. Kebanyakan memulai ibadah dengan votum yang diambil dari Mazmur: ”Pertolongan kita adalah dalam nama yang menjadikan langit dan bumi” (124:8) . Ada yang menyambung rumus votum itu dengan kalimat ”yang tetap setia untuk selama-lamanya” (Mzm. 146:6) atau ”yang memelihara kasih seția untuk selama-lamanya dan tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya” (gubahan dari Mzm. 138:8). Ada pula votum berbunyi ”Dalam nama Allah, Bapa dan Allah, Putra dan Allah, Roh” (gubahan dari Mat. 28:19, untuk kasus ini saya tidak setuju yg ada hanya Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tidak ada itu secara alkitabiah, Allah Bapa, Allah itu ya yg disebut atau dipanggil Bapa, Allah Putra, Putra itu ya Allah itu sendiri demikian hal nya Roh Kudus).

Apakah Votum sebuah doa? Bukan. Kata Latin itu dulunya berarti dukungan suara (seperti kata Inggris vote dalam pemungutan suara). VOtum kemudian berarti pengesahan, komitmen atau janji. VOtum adalah pernyataan Allah bahwa Ia ada dan bersedia menerima kita. Sebab itu votum inilah yang nya merupakan awal ibadah di gereja, awal ibadah adalah Votum.
Bisa saja sebelum votum umat melakukan beberapa persiapan, misalnya menyanyikan kidung persiapan (preludium = lagu pendahuluan). Bisa juga dilakukan prosesi masuk oleh para petugas liturgis (pelayan tata ibadah) bersama paduan suara atau tanpa paduan suara. Namun semua ini belum merupakan awal ibadah, tapi pra ibadah. Sebab itu jika umat diajak menyanyikan kidung persiapan, janganlah ajakannya berbunyi "Marilah kita memulai kebaktian ini ......"
sebab kebaktian dimulai bukan  oleh umat yang bernyanyi melainkan oleh Allah yang menyatakan diri berada dan ada, oleh Allah yang berjanji setia mendengar umat, bukan pula oleh umat yang berdoa melainkan oleh Allah yang berada, bukan pula oleh lonceng. Allah yang menyatakan diri berada. Secara teologis sebenarnya kidung persiapan itu agak mengganggu. Lebih baik umat bersaat teduh dengan khidmat dengan iringan musik yang lembut.
Segera setelah votum, liturgis mengucapkan salam (Ini bukan salam biasa seperti "Selamat datang), melainkan salam liturgi. Ada salam yang diambil dari ibadah agama Yahudi yaitu "Selamatlah engkau" (1 Sam. 25:6), atau bisa juga selengkapnya: "Selamat! Selamatlah engkau, selamatlah keluargamu, selamatlah segala yang ada padamu." Ada juga yang memakai salam Gereja Perdana, yaitu "Tuhan menyertai Anda" yang dijawab oleh umat: "Dan juga menyertai Anda." Yang juga banyak digunakan adalah salam rasuli yang ada pada pembukaan surat-surat Perjanjian Baru, misalnya: "Kasih karunia dan damai seiahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu" (1 Kor. 1:3) atau lainnya. Biasanya kata "engkau" dan "kamu" diganti menjadi "Saudara" atau "Anda".
Karena salam bukan merupakan doa, maka salam diucapkan dan diterima bukan dengan mata terpejam. Salam juga bukan berkat, sebab itu liturgis tidak mengangkat kedua tangan, Seandainya tangan diangkat, cukup satu tangan saja sebagaimana lazimnya orang memberi salam, nah ...... salah kaprah terjadi di sini, ada yang tidsk memperkenankan pengkhotbah non pendeta untuk mengangkat tangan, ada yang tidak memperkenankan mengangkat 2 tangan kalau bukan pendeta, ada yang boleh mengangkat tangan hanya satu dan tidak diacungkan tangannya, dlsb .... ini salah kaprah, karena ini bukan berkat, ini salam liturgi, simbolisasi  ritual dari Allah yang berkenan menjawab umat, jadi ketika majelis dalam gereja presbyterian sudah menyerahkan Alkitab pada pengkhotbah non pendeta, itu simbolisasi ritual atau simbolisasi liturgis bahwa IMAM LITURGIS atau IMAM SELEBRASI atau IMAM PERAYAAN sudah diserahkan, bahkan berkat pun sebetulnya mengangkat tangan itu tidak menjadi masalah, karena Sang Imam mewakili dialog simbolis liturgis antara Allah dan umat.
Kalau ada orang memberi salam tentulah kita menjawabnya, Sebab itu salam liturgis dijawab oleh umat dengan kata AMIN (sesungguhnya, patutlah dipercaya dengan sungguh-sungguh, ya dan benar adanya, dlsb) yang diucapkan atau dinyanyikan.
Sesudah itu biasanya menyusul ayat introitus. Sebuah Alkitab dibaca oleh liturgis tanpa menyebut sumbernya, ada gereja yang menyebutkan sebagai pembukaan atau kata pembuka, sebab fungsinya bukan pembacaan Alkitab, ini memang dipahami dalam liturgi leksionari, karena fokus leksionari pada bacaan sabda, berbeda dengan liturgi lutheran atau Calvin, memang disebut INTROITUS karena itu ayat sumber dibaca, INTROITUS sendiri diartikan sebagai jalan masuk, yg dimaknai sebagai ritual simbolis adalah Allah bersabda setelah memberi salam atas pergumulan umat (leksionari), maka sabda itu tentunya harus cocok dg tema khotbah, dalam liturgi lutheran atau Calvin, dipahami sebagai ayat pokok khotbah sehingga sumber ayat disertakan.
Dalam liturgi leksionari, fungsi ayat ini adalah untuk menunjukkan tahun gereja atau tema tahun gereja yang berlaku pada hari Minggu itu, shg memang sumber ayat tidak dibaca berbeda dg liturgi lutheran atau calvinis, Oleh karenanya dalam liturgi leksionari sebagai pengganti ayat Alkitab bisa juga dibacakan beberapa kalimat biasa. Misalnya untuk hari Minggu Palma: "Pada hari ini gereja memperingati Yesus masuk ke kota Yerusalem. la disambut sebagai raja. Namun Yesus merasa sedih karena orang menganggap Dia sebagai seorang raja duniawi. Marilah dalam ibadah ini kita membuka hati menerima Kristus sebagai raja hidup" Kemungkinan Iain adalah ayat-ayat yang berfungsi panggilan ibadah bisa dimungkinkan, misalnya Yesaya 55:6, Mazmur 95:6-8; 145:18-19, Amos 5:4, dan sebagainya.
Itulah unsur-unsur yang biasanya mengawali ibadah gereja Unsur-unsur itu sama sekali tidak mutlak. Tidak ada kemutlakan bahwa dalam ibadah harus ada votum, dlsb yg terpenting ada simbolisasi ritual dialog antara Allah dan umat, yang terpenting juga adalah kesepakatan gereja lokal ataupun sinodal terlebih kesepakatan umat atau presbyter.
Yang penting bukanlah rincian unsurnya melainkan prinsipnya. Prinsip itu menyangkut apa peran Allah dan apa peran umat dalam suatu ibadah.

Peran kita dalam ibadah bukanlah sebagai pihak pemprakarsa. Ibadah ini terjadi bukanlah karena prakarsa kita. Bukan karena keputusan kita dan bukan pula karena usaha kita, dah bukan produk atau karya kita. Kita adalah pihak Yang diundang atau yang disapa. Tetapi ini bukan berarti bahwa kita pasif. Sebagai pihak yang disapa kita juga bertindak aktif yaitu menjawab sapaan Tuhan. Ibadah gereja terjadi karena Tuhan berprakarsa, Tuhan mengundang (ritual simbolis tentunya), Tuhan menyatakan diri hadir, Tuhan mau bertemu, Tuhan mau menyapa, Tuhan menyatakan diri hadir, Tuhan bertemu umat,Tuhan menyapa umat. Kemudian kita yang memang rindu kepada Tuhan langsung menanggapi. Tuhan mengundang maka kita datang. Tuhan menyatakan diri lalu kita mengamininya, Tuhan menyapa lalu kita menjawab. Bukan sebaliknya.

(07092025)(TUS)
Tulisan terkait :
1. http://titusroidanto.blogspot.com/2025/08/sudut-pandang-teologi-budaya-yahudi.html
2. https://titusroidanto.blogspot.com/2025/08/sudut-pandang-memahami-votum-dan-salam.html


Jumat, 05 September 2025

Sudut Pandang Lukas 14:25-33 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶



Sudut Pandang Lukas 14:25-33 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶

Kenapa saya meyakini Alkitab adalah tulisan kisah teologis penulisnya, kisah iman penulisnya, bukan buku yg turun dari langit bahkan sorga, seyakin itu pula saya mengakui penulisan Alkitab diinspirasi Roh Kudus, ini bagian  sejarah dan arkeologi serta sastra memperlihatkan. Harus saya perjelas dulu, biar gak salah kaprah, mulai dirujuk ke ayat 26, kata membenci menjadi terkait dengan maksud penulis Injil LUKAS tentang kemelekatan atau keterikatan atau sesuatu yang melebihi keterikatan atau kemelekatan pada Kristus, pada zaman itu keterikatan pada keluarga secara tradisi sangat kuat, menjadi barrier atau penghalang dalam pekabaran Injil yg dilakukan dg perjalanan melalang buana ke daerah di luar daerah kelahirannya. Dalam hal ini, meninggalkan/membenci istri dalam rangka mengikut Yesus, mengkabarkan Injil, pada konteks penulis Injil LUKAS adalah pemahaman totalitas mengikut Yesus pada konteks zamannya, yg menggebu bagi audiens atau sasaran pembaca Injil LUKAS pada zamannya, ingat pada zamannya. Sehingga kalau kita mau jujur pada kitab suci, memang penulis Injil LUKAS melarang perceraian/meninggalkan/membenci istri hanya ditujukan untuk mengganti istri dengan wanita lain, itu harus dipahami dengan jujur atas konteks audiens atau pendengar Injil LUKAS yang dituju oleh penulis Injil LUKAS. Sehingga wajarlah, totalitas mengkabarkan Injil, sampai melalang buana ke daerah-daerah di luar tempat kelahirannya, shg harus meninggalkan istri, anak, keluarga demi totalitas mengkabarkan keteladanan Yesus, menjadi gambaran kuatnya komitment mengikuti Yesus dalam penulisan Injil LUKAS, terlihat pula peristiwa pada zamannya yang diangkat penulis Injil LUKAS tentang gedung dibangun mungkin karena salah perhitungan shg ambruks menimbulkan korban jiwa yaitu peristiwa  FIDENAE AMPHITHEATER ambruks di tahun 26 Masehi membunuh 20000 orang, mungkin karena korupsi .... Wk ...wk atau pimpro nya korupsi .... Xi .... Xi, alias gak totalitas dan gak konsen bahkan konsern ... Wk ... Wk yg terlihat jelas pada ayat 28-30, itulah di gereja keuangan harus transparan dan akuntabel serta dapat dipercaya, ..... Wk .... Wk, FIDENAE AMPHITHEATER adalah bangunan yg disinyalir pada zaman penulisan Injil LUKAS yang diduga menjadi inspirasi penulis Injil LUKAS, secara arkeologi dan sejarah memang nyata, termasuk ayat 27 peristiwa penyaliban pada zaman itu, dimana orang disalib harus diarak dan dihujat sambil memikul salib seperti penyaliban Yesus menjadi inspirasi penulisan oleh penulis Injil LUKAS, jadi bukan nubuatan atau ramalan penyaliban Yesus, pada zaman itu pula kekalahan perang karena kurang persiapan menjadi inspirasi bagi penulis Injil LUKAS untuk mengusung totalitas komitment mengikut Yesus pada ayat 31-32. Peristiwa sezaman penulisan Injil LUKAS yang merujuk pada ayat 31-32 adalah peristiwa Raja Herodes Antipas anak Raja Herodes Agung, Raja saat Yesus lahir, yg kalah perang karena kurang perhitungan, gak konsen kali, gak totalitas, gak komit, Raja Herodes Antipas kalah perang dengan Raja Aretas di tahun 35, gegara sok-sok an, gak totalitas and gak fokus, semua perihal di atas mengusung ide penulis Injil LUKAS perkara totalitas dan komitment mengikut Yesus, otentik, akuntabel, dapat dipercaya, bukan dapat diperkaya .... Xi ...xi.

 Kelebihan bacaan ekumenis (𝘙𝘦𝘷𝘪𝘴𝘦𝘥 𝘊𝘰𝘮𝘮𝘰𝘯 𝘓𝘦𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯𝘢𝘳𝘺 atau RCL) adalah memaksa orang untuk membaca atau mengkhotbahkan bagian-bagian atau teks-teks Alkitab yang sulit. Dengan kehadiran RCL pengkhotbah tidak dapat memfavoritkan bagian Alkitab tertentu dan mengkhotbahkannya berulang-ulang seolah-olah isi Alkitab hanya itu. 

Ada dua jenis kesulitan pada teks-teks RCL yang disajikan. Kesatu, teks memang sukar ditafsir. Teks-teks seperti ini dihindari. Kedua, teks cukup mudah dipahami, tetapi sukar untuk dikhotbahkan karena bermuatan ucapan-ucapan radikal Yesus.
Hari ini adalah Minggu ketiga belas setelah Pentakosta. Bacaan ekumenis Minggu ini diambil dari Injil Lukas 14:25-33 yang didahului dengan Ulangan 30:15-20, Mazmur 1, dan Filemon 1:1-21.

Bacaan Injil Minggu ini termasuk yang sulit untuk dikhotbahkan karena berisi ucapan radikal Yesus. LAI menjuduli perikop bacaan dengan 𝘚𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴. Sekadar menyegarkan ingatan bahwa bacaan masuk ke dalam rangkaian 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘬𝘦 𝘠𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘭𝘦𝘮 (𝘑𝘰𝘶𝘳𝘯𝘦𝘺 𝘕𝘢𝘳𝘢𝘵𝘪𝘷𝘦) yang dimula sejak Minggu ketiga setelah Pentakosta (lih. Sudut 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 edisi 29 Juni 2025).

𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘺𝘶𝘯-𝘥𝘶𝘺𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘠𝘦𝘴𝘶𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘢𝘯-𝘕𝘺𝘢. 𝘚𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘐𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, (ay. 25) "𝘑𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢-𝘒𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘯𝘢𝘬-𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢-𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯, 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 26)  𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘶𝘭 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘣𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 27) 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘺𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘶𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘶𝘬𝘶𝘱 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶? (ay. 28) 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪, 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘫𝘦𝘬 𝘥𝘪𝘢 (ay. 29) 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢: 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. (ay. 30)

𝘈𝘵𝘢𝘶 𝘳𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘫𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬 𝘥𝘢𝘩𝘶𝘭𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘵𝘪𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘪 𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘶𝘭𝘶𝘩 𝘳𝘪𝘣𝘶 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨? (ay. 31) 𝘑𝘪𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘮 𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵-𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪𝘢𝘯. (ay. 32)

𝘋𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘢𝘱-𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘶𝘳𝘪𝘥-𝘒𝘶. (ay. 33)”

Penginjil Lukas mengambil bahan dari sumber Q (𝘘𝘶𝘦𝘭𝘭𝘦, bahasa Jerman, artinya sumber, kumpulan ucapan Yesus tanpa konteks) untuk ayat 25-27 dan sekaligus meracik bahannya sendiri untuk ayat 28-33. Meskipun perikop Lukas 14:25-33 merupakan bacaan yang sukar dikhotbahkan, karena berisi ucapan radikal Yesus, tetapi teks ini cukup mudah untuk dipahami.

Ucapan kesatu (ay. 26) dan ucapan terakhir (ay. 33) secara eksplisit sudah disampaikan: segala sesuatu harus dilepaskan untuk menjadi murid Yesus. Ayat 28-30 mengingatkan bahwa keputusan untuk menjadi murid Yesus janganlah atas dasar emosional. Iman bukanlah urusan perasaan belaka seperti yang kerap terjadi dalam so-called Kebaktian Kebangkitan Rohani (KKR). Itu sebabnya saya sering mengatakan jangan pernah percaya kepada orang yang baru saja berpindah agama atau “lahir baru” menjadi pengajar iman anda.

Ayat 31-32 tampaknya berpesan eskatologis atau semacam “ancaman” terhadap orang yang tidak mau melepaskan segala sesuatu demi mengikut Yesus. Yesus akan datang sebagai raja (𝘱𝘢𝘳𝘰𝘶𝘴𝘪𝘢) dan segala sesuatu akan menjadi milik Raja Yesus pada akhirnya. Namun Raja yang akan datang itu diunjukkan (𝘪𝘯𝘥𝘪𝘤𝘢𝘵𝘦𝘥) 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘶𝘩 (ay. 32). Dalam Injil Lukas kedatangan Yesus kembali memang diyakini masih lama terjadi (bdk. Luk. 19:12, 21:9).

Ayat 26 di atas mirip atau sejajar dengan Injil Matius.

“𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘒𝘶; 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘪-𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘦𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘬𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪-𝘒𝘶.” (Mat. 10:37)

Kedua petulis Injil mengambil sumber yang sama: Sumber Q. Jika sumbernya sama, mengapa redaksionalnya berbeda? Jika berbeda, teks mana yang lebih mendekati Sumber Q?

Menurut banyak pakar Perjanjian Baru ciri ucapan Yesus adalah radikal. Ucapan Yesus di Injil Lukas radikal, sedang ucapan Yesus di Injil Matius dilunakkan. Lukas menggunakan diksi 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪, sedang Matius memakai 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩𝘪.

Mengapa dapat terjadi perbedaan narasi? Dapat diduga berbeda konteks. Situasi jemaat Lukas berbeda dari jemaat Matius. Jemaat Lukas mengemban misi memberitakan Injil sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Jemaat kecil dengan misi besar (atau ambisius?) tentulah membutuhkan totalitas untuk menuntaskan misi. Tinggalkan ayah, ibu, istri, atau anak-anak, jika mereka menghambat misi.

Meninggalkan istri apakah berarti Injil Lukas tidak melarang perceraian? Satu-satunya alasan perceraian yang ditentang oleh Lukas adalah perceraian untuk kawin lagi dengan perempuan lain (Luk. 16:18). Lukas tidak bersetuju dengan Markus 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘪𝘤𝘦𝘳𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 (lih. Mrk. 10:8-9, 11-12). Lukas tampaknya menganggap perkawinan bukan sesuatu yang mutlak harus dipertahankan, apalagi dipertahankan “atas nama Allah”. Tinggalkan istri, jika ia menghambat misi ( eiiitttzzz ...... He ..... Eitz ...... inget konteks atau latar belakang pada zamannya loh .... Wk .... Wk)

 (06092025)(TUS)

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT

SUDUT PANDANG LILIN ADVENT PENGANTAR Seiring berjalan kesepakatan ekuminis di Lima, membawa beberapa kesepakatan antara denomina...